2. Anak Mama

201 35 63
                                    

Alunan musik barat yang merambat dari earphone menemani Valen menyelesaikan rutinitas pagi hari. Sarapan sudah tertata rapi di atas meja, semua pakaian kotor juga sudah ia cuci dan dijemur di sisi rumah. Tinggal satu pekerjaan lagi dan ia akan segera melanjutkan pencarian Nata.

Wanita itu membuang napas panjang, karena usapan terakhir di lantai menjadi penutup tugas hari ini. Saat dia berbalik, kaleng yang berisi air kotor berguling bebas ke arah kakinya. Lantai bersih itu kembali digenangi air. Valen menarik kasar kabel yang menutupi telinga, lalu menatap sang pelaku.

"Makanya kalau dipanggil itu didengerin," kata mamanya, Rika. "Setrikain baju Mama dulu, nih. Mama tunggu lima menit." Rika berlalu setelah melemparkan baju ke arah Valen. Untung saja tangannya sigap menangkap, jika tidak baju itu akan jatuh ke genangan air dan masalah baru muncul.

Netranya melayang ke arah lantai yang tergenang air, ia sengaja menjatuhkan tongkat pel ke lantai saat ia harus mengamankan baju Rika. Baru saja ia meletakkan kemeja berwarna baby pink di meja yang berada di sudut ruang, suara berdebum disertai pekikan nyaring menyapa rungu. Saat Valen melihat sumber suara, wanita itu segera menghampiri yang tubuh terjengkang di atas genangan air. Sekuat tenaga Valen tidak meledakkan tawa.

"Jangan sentuh gue!" bentak Lusi sambil mendorong tubuh Valen. Alhasil tubuh Valen juga ikut basah.

Gadis cantik yang baru saja keluar dari SMA, kini tengah melanjutkan studi di salah satu kampus ternama di Jakarta. Sejak SMA, ia sudah membawa kendaraan roda empat, berbeda jauh dengan Valen yang selalu menjadi penghuni setia TransJakarta dan pelanggan setia ojek online. Namun, ia tidak mau mempermasalahkan hal transportasi itu. Valen bukan wanita lemah yang suka membuang air mata.

"Mama!"

Valen menghela napas pelan, lalu berusaha berdiri sendiri. Rika dan Reza--suaminya--datang tergopoh mendengar panggilan putri kesayangan. "Astaga, Anak Mama!"

Wanita yang sudah berdiri sendiri dengan baju bagian belakang basah hanya bisa tersenyum pedih. Seperti biasa, anak itu pasti akan memulai drama. Valen sendiri sudah hapal.

"Ma, baju baru aku ...," rengek si putri manja.

Reza membantu Lisa berdiri, sedangkan Rika menghadap Valen yang sudah memasang telinga gajah. "Kerja yang bener! Cepat beresin!" Wanita itu mendorong dahi Valen hingga kakinya melangkah mundur.

"Mama ...." Panggilan Lusi membuat Rika kembali menatap pilu putri kesayangan.

"Kamu ganti baju yang lain, nanti Mama beliin yang baru lagi." Rika membawa Lusi dalam pelukan menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Lihat aja pembalasan gue, batin Lusi saat ekor matanya menangkap gerakan Valen kembali membersihkan lantai.

Reza juga pergi dari sana tanpa berkata apa pun, hanya lirikan tajam untuk Valen.

Wanita berparas cantik itu menyunggingkan senyuman pahit di awal hari. Ia segera membereskan semua pekerjaan agar bisa cepat mendekam di antara tumpukan buku. Ingin hati melawan, tapi bibirnya memilih terkatup dan mengerjakan semua perintah. Valen akan percaya keajaiban, jika hidupnya bisa berubah dalam sekejap.

Derap langkah dari tangga tak membuat tubuh Valen melihatnya, sampai tubuh jangkung berseragam putih abu-abu berhenti di belakangnya. "Gue berangkat."

Wake Me UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang