-#08

168 22 4
                                        

Sebelumnya-! Aku mau bilang. Kemaren kayaknya ada sedikit masalah di Wpku, mengkanya pas aku udah post chap #07 kok di edit cerita dia nggak ngepost dan sedangkan kalian udah komen serta vote. Jadi kalian bisa cek ulang cerita di chap #07 biar nggak bingung:)

Happy Reading!

Ocang mendengkus kasar melihat Farant malah tertidur di sofa, jelas-jelas ada San di ranjang rumah sakit itu sedangkan yang diutus menjaga tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ocang mendengkus kasar melihat Farant malah tertidur di sofa, jelas-jelas ada San di ranjang rumah sakit itu sedangkan yang diutus menjaga tertidur. Mati-matian ia tak mengumpat karena katanya pamali ngomong kasar di rumah sakit.

Mendudukkan diri di kursi samping ranjang inap San adalah cara membuat kakinya tak mati kepegalan, omomg-omong ke mana Rafa? Mengapa lama sekali berbicara dengan dokter Jaka. Ah, sudahlah, mungkin lama karena memang sangat penting.

Tangannya terulur menaikkan selimut yang menutupi setengah badan San agar lelaki itu tak kedinginan, walau menurut Ocang orang sakit di hadapannya sungguh menyebalkan, dengan keadaan seperti ini membuat Ocang ingin tertawa mengingat air muka San yang sungguh berbeda ketika bermain dengan mereka dan dengan keadaan seperti ini.

Ketika sibuk dengan pikirannya, pintu ruangan terbuka hingga mengalihkan atensi Ocang pada pintu. Rafa masuk dengan wajah pucat sehingga membuat Ocang memberikan air agar lelaki itu tenang. Ketika merasa sedikit tenang barulah Rafa membuka suara.

"San ngidap leukimia." Sontak air di mulut Ocang sedikit tersembur di wajah Farant karena kebetulan ia duduk di depan lelaki tinggi itu.

"ANJRIT!" sarkas Farant terkejut. Suara lantang Farant membuat Rafa memukul pelan lengannya mengingatkan ini masih di rumah sakit.

Oke mari tenang. Ocang saja yang baru berteman dengan San belum lama rasanya tumpukan batu menghipit saluran pernafasannya hingga membuatnya susah bernafas. San si kuat, San si moodmaker menyimpan ini sendirian? Mengapa? Apa yang ia takutkan jika bercerita pada mereka. Takutkah San kalau teman-temannya akan meninggalkan ia? Astaga! Itu terlalu jauh! Mau San terkena musibah sehancur apapun, mau dia dihujat senegara itu tidak memutus pertemanan mereka.

Bayangan saja teman kalian yang selalu terlihat ceria, baik-baik saja, selalu tertawa, selalu tersenyum ternyata menyimpan sesuatu yang seharusnya itu diberitahu pada kalian selaku orang terdekatnya—kalau tidak minimal sedikit saja bercerita agar tidak selalu merasa bersalah.

Sekiranya itu apa yang San rasakan selama ini; meras bersalah. Jujur saja dia ingin memberitahu semua itu, namun, terlalu takut jika penyakitnya ini membuat keadaan di antara mereka berubah.

Bukan San saja—dokter Jaka selaku orang yang pernah merawat San merasa bersalah pada Rafa karena tidak berkata jujur.

"Terus, keadaan San gimana?" tanya Ocang setelah rileks.

"Kata dokter masih lemah karena lo tahu kan, setiap pulang sekolah masih latihan dan minggu lalu pulang muncak. Andai gue tahu gue nggak bakalan ikut dan nggak bakalan ngizinin San." Rafa menghela nafas panjang lalu dihembuskannya dengan pelan.

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang