-#06

184 26 11
                                    

Happy Reading!

Rafa melepaskan pelukan lebih dahulu—ditatapnya mata San lalu memukul kepala San sedikit keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafa melepaskan pelukan lebih dahulu—ditatapnya mata San lalu memukul kepala San sedikit keras. Tentu saja yang dipukul mengadu kesakitan dengan tangan mengelus kepalanya sendiri.

"San! Kita nih apa seh?!" seru Rafa lumayan kencang.

"E–eh? Gimana Raf?" San segera menurunkan tangannya kemudian menatap Rafa bertanya.

"Gini loh, gue capek mikir ini sejak dulu. Status kita apa?" ulangnya.

"Ya, sahabat. Emang lo mikirnya apa?" ujar San.

"Sahabat mana sampe ciuman, ngasih tanda di leher satu sama lain, bahkan kalau mandi aja barengan."

Mari kita perhatikan kata-kata seorang Rafa Artur Adelard. Berciuman, memberi tanda, dan ... mandi bersama? Secara logis saja sahabat mana yang melakukan hal seintim serta sejauh itu? Oke, untuk di luar negeri mungkin adalah hal biasa. Akan tetapi, ini negara berbendera merah putih.

Rafa yang tidak mendapatkan respon mendecih malas dan mencubit pelan lengan San, dan ... itu berhasil guna membangunkan si sahabat dari lamunannya.

"Jadi? Kita apa?" tanya Rafa dengan tatapan bingung, hampar, dan putus asa.

"Huft. Gue mau jujur aja ke lo. Gue denger semua perkataan lo waktu kita di mobil pas pulang muncak." Rafa langsung bungkam.

"Kedua, gue masih ragu dengan perasaan gue kayak lo ke gue," lanjutnya.

~~~

Rafa mengurung dirinya di dalam kamar, ia bingung mengapa San melakukan ini? Dan mengapa dia harus bertanya setelah sejauh ini? Sungguh. Rafa merutuki kebodohannya. Di luar sana orang berkata mereka seperti pacaran dan ternyata itu benar. San selama ini menganggapnya sebagai pacar, tetapi Rafa masih belum bisa menerima situasi baru ini. Dia butuh waktu. Dia butuh memikirkannya lebih leluasa lagi.

"Bang Raf, ada paket neh. Lu punya yak?!" teriak Raja dari bawah. Rafa segera bergegas turun dari kasur guna mengambil paket miliknya.

Dirampasnya paket itu lalu naik lagi ke kamar—tak tahu terimakasih memang. Raja hanya geleng-geleng dan kembali melanjutkan PR miliknya.

Raja yang sibuk mengerjakan PR seketika terdiam begitu sadar nama barang yang tertera di kotak paket tadi, ya, dia tadi sempat membacanya karena tidak sengaja. Nama barangnya kalau tak salah seperti mainan se—

"BANG RAFA! LO BELI TOYS SEX YA!"

Raja segera berlari ke atas untuk ke kamar Rafa, tetapi langkahnya terhenti begitu mendengar suara-suara nista. Yaudah dengan cekatan dia turun lagi ke bawah dan kembali naik dengan teplok milik sang mama. Digedornya pintu berwarna putih itu sampai akhirnya dibuka oleh Rafa dengan wajah berkeringat.

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang