Happy Reading!
01.40~
Tidur itu tampak sangat nyenyak seolah tak ada beban sama sekali, akan tetapi, suara seseorang membuatnya terbangun dalam keadaan berkeringat. Ketika dilihat sekarang pukul berapa ia menjatuhkan lagi tubuh ke kasur lalu menghembuskan nafas kasar. Ia mengusap wajah kasar.
"Argh, kenapa sih gue!" Raja menatap langit-langit kamar sambil mengingat perkataan Felix di mimpi tadi.
"Hehe aku kuat kok!"
Apa maksudnya? Kenapa tiba-tiba kekasih manisnya berucap seperti itu—terlebih lagi dalam mimpinya. Daripada pagi nanti telat sekolah, Raja memilih kembali tidur mencoba tidak terlalu memusingkan hal tadi.
~~~
Ruang makan sudah dipenuhi oleh Mama, Ayah, Rafa, dan Raja. Mereka sarapan diiringi candaan ringan dari Ayah. Karena memang kedua orang tua itu baru saja pulang dari luar kota kemarin. Hingga ketika Rafa hendak menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, pertanyaan sang Mama membuatnya terhenti.
"Raf, Mama denger San sakit? Sakit apa?" tanyanya.
"Ah?" Rafa bingung menjelaskannya, tidak mungkin ia bilang beberapa hari yang lalu San drop dan mengidap leukimia. Bisa-bisa nanti dua orang tua itu turun tangan sehingga membuat San risih.
"Eh, bang udah telat. Yah, Ma Raja sama bang Rafa ke sekolah dulu." Raja yang pintar segera menyalim keduanya disusul Rafa.
Hari ini mereka memutuskan boncengan naik motor saja, motor metic btw. Katanya capek kalau pulang sendiri-sendiri. Bagaimana Felix? Pagi tadi ia mengabari pada Raja jika hari ini absen karena mau nemenin Kakaknya berobat.
Setelah memakai helm dan melihat bensin barulah motor melaju menjauhi rumah. Di jalan keduanya bercerita tentang Leka yang akan mewakili sekolah dalam perlombaan matematika. Walau anaknya sedikit gesrek, otaknya kalau sudah dalam hitung menghitung paling encer kayak air terjun; ngalir terus—apalagi hitung duit. Seusai perbincangan Leka mereka beralih pada perlombaan basket bulan depan yang pastinya diwakilkan Farant.
"Loh, San?" Raja menepuk pundak Rafa hingga motor itu berhenti di tepi.
"Eh, kok naik angkot? Dia bilang bakalan dianter sama Bian," ujar Rafa melepas helmnya. Saat memanggil San sayang lelaki itu sudah terlanjur naik.
Raja segera menginterupsi kakaknya untuk kembali berjalan karena hari ini ia mau menyalin catatan milik Jay. Beruntung saat tiba di lampu merah, lampu itu sudah hijau—jadi mereka tidak perlu menunggu.
Sesampainya di sekolah bertepatan San tiba, ketiganya berpapasan tepat di gerbang sekolah. San hanya mengucapkan salam dan dibalas keduanya, setelah ia langsung masuk. Tidak aneh sih soalnya memang kalau pagi apalagi jika baru sampai sekolah nanti keduanya menaruh tas baru menghampiri salah satu dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebalik | SanJin✓
FanfictionKebalik, orang-orang itu mengatakannya pada San dan Rafa karena tahu sebenarnya San-lah yang seorang dominan. Akan tetapi, sepertinya definisi itu baru disadari sekarang. Eits, namun sesuatu yang mengejutkan akan merubah itu semua.