-#09

131 21 5
                                    

Happy Reading!

San dan Bian sekarang sedang makan siang di rumah makan padang dekat kost San, hari ini sih Bian yang mentraktir karena hitung-hitung buat balas traktiran si kakak sepupu lalu-lalu hari.

Dua orang itu makan seperti biasa, hanya saja sejak awal datang Bian melirik ke seluruh penjuru rumah makan itu karena merasa ada yang memerhatikan mereka berdua. Yes! Dugaan Bian benar. Seorang gadis yang tampaknya berumuran sekitar 17-18 tahun diam-diam memerhatikan mereka dari balik topinya. Mungkin karena Bian hanya melirik dari ekor mata—si gadis tidak menyadari dia tertangkap basah.

Ketika dilihatnya gadis itu mengarahkan ponsel mahalnya ke arah dua-duanya, secepat kilat Bian bangkit lalu menutup tubuh San menggunakan tubuh tiangnya. Dia sedikit melihat dan gadis itu ternyata langsung pergi—hah sepertinya ia baru sadar kalau sudah tertangkap basah oleh Bian.

"Napa sih lu?" tanya San karena tiba-tiba Bian berdiri di belakangnya.

"Oh, enggak, tadi ada nempel di baju lu mengkanya gue ambil. Nih." Dengan pintar Bian menunjukkan barkot yang memang selalu ia bawa ke manapun entah apa faedahnya.

San mengangguk paham dan kembali makan. Sedangkan Bian kembali melihat arah belakang, cih apa yang gadis itu inginkan.

~~~

Felix menulis buku catatannya di meja belajar Raja karena kebetulan hari ini ia singgah ke sana. Raja sendiri sedang turun mengambil cemilan.

Ketika sedang mencatat ponselnya berbunyi pertanda seseorang mengirimkan pesan. Saat melihat siapa pengirim pesan Felix menautkan kedua alisnya bingung.

Kakak ipar

[Lix, bilang ke Raja nanti jam lima-an buat ngecek San di kostnya ya. Gue lagi ada kerja kelompok di rumah Ocang.]
15.30

[Iya Raf.]
✓✓

Hem, mungkin Rafa hanya khawatir pada sahabatnya karena baru ke luar rumah sakit sedangkan ia ada kerkom. Felix meletakkan ponselnya dan kembali mencatat sembari menunggu Raja.

Saat mencatat pintu kamar terbuka menampilkan sosok Raja dengan nampan di tangannya, dia meletakkan nampan itu di meja lain lalu menghampiri Felix. Dipeluk kekasihnya dengan dagu diletakkan ke bahu si manis.

"Raja, kamu jam lima disuruh ke kost San buat ngecek dia," ucap Felix teringat akan pesan Rafa.

"Loh? Bang Rafa yang suruh?" Felix mengangguk tanpa menoleh pada Raja.

"Lah, emang dia ke mana?" tanyanya lagi. "Ada kerkom di rumah Ocang," jawab Felix.

Raja hanya mengangguk mengiyakan dan kembali memerhatikan Felix yang sedang menulis, sejak tadi dagunya tak bisa diam mendusel di sana sampai membuat yang ditumpangi kegelian. Akhirnya setelah selesai dengan catatan—Felix membalikkan tubuhnya menatap Raja. Oh, astaga, sungguh pemandangan yang indah. Matanya yang sayu menatap mata rusa Raja sehingga tak sadar langit mulai mendung.

Dengan enteng tangan Raja menggedong Felix kemudian dihempaskan ke kasur, tubuhnya dibawah mendekat sampai pada akhirnya hanya tinggal sedikit lagi kedua bibir itu itu bisa bersentuhan. Dengan penuh kelembutan Raja menyatukan bibirnya pada bibir Felix—awalnya hanya lumatan kecil. Namun, perlahan itu tergantikan oleh lumatan nafsu. Tangannya tak tinggal diam, menganggur di sana ia mencoba melepas pakaian Felix.

"Eungh, jangan! Kamu harus ke kost San," ucap Felix setelah penyatuan bibir mereka terlepas.

Raja hanya bisa menghela nafas pasrah lalu membaringkan tubuh di samping Felix. "Bang Rafa keknya makin protektif ama San," ucap Raja tiba-tiba.

Felix menolehkan kepalanya. "Wajar menurutku sih. Toh secara mereka sahabatan lama banget, pasti kalau satu di antaranya ada apa-apa pasti satunya lagi tuh protektif banget." Felix tersenyum tipis.

"Lix, kalau seandainya ya, bang Rafa nggak sedeket itu sama San bisa kali aku nyelip buat dapetin San?" Felix mengerutkan dahi bingung; apa-apaan ini.

"Maksudnya kamu ngomong gitu apasih?"

"Hehe aku mau ngerebut San dari bang Raja." Ya, satu lemparan bantal mengenai Raja sampai lelaki itu tertawa lepas. Ah, lucu sekali pacarnya kalau cemburu.

~~~

San sekarang sedang berbaring di kasur sendirian, iya sendirian karena Bian sudah pulang ke rumah. Matanya ingin sekali terpejam. Namun, tontonan di hp miliknya tidak bisa membuat diri itu menutup mata. Lampu kamar dimatikan karena San suka gelap-gelap, terlebih lagi ini sedang hujan.

Di meja samping kasur terletak satu mug berisi susu cokelat untuk dirinya sendiri, juga ada laptop yang tadi digunakannya untuk menonton film. Omong-omong di hp-nya ia hanya menonton acara mukbang.

"San?" Suara itu membuat yang berbaring langsung bangkit ke arah pintu. Ketika dibuka yang ia temukan sosok menjulang Raja dengan makanan di tangannya.

"Sore San, gue kagak disuruh masuk?" San yang baru sadar segera menyingkir memberi Raja jalan.

Saat masuk dan duduk barulah San bertanya ada apa adik dari Rafa ini datang. Seusai dijelaskan lelaki itu hanya mengangguk paham. Mereka berdua berbincang ringan, sorot mata keduanya mengapa memancarkan sesuatu yang berbeda. Ketika saling tatap dan hanya diam—senyuman tipis langsung terukir di keduanya.

Malamnya hujan masih saja awet sehingga Raja belum pulang dari kost San, sebenarnya bisa saja ia menyuruh sang kakak menjemput. Namun—melihat San sendirian di sini membuatnya tak tega meninggalkannya sendirian. Maka berakhir dua orang itu menonton nitflix dalam gulungan selimut.

"Raja, kaki lu ah," ucap San mencoba menyingkirkan kaki Raja karena dengan sengaja lelaki itu mengelus telapak kakinya.

"Dingin hehe." San merotasikan matanya malas dan sedikit bergeser agar tak terlalu berdempetan dengan Raja.

Film yang ditonton bergenre Horror, katanya biar mendukung suasana juga. Memang karena pada dasarnya San orangnya gampang kedinginan dan dia hanya mendapat sedikit selimut—ia beranjak mendekat ke Raja lagi dan alhasil selimut terbagi rata. Raja hanya terkekeh lalu melanjutkan tontonannya.

Tak terasa lelaki dengan mata rusa itu sudah sangat lama di kost San sampai jam menunjukkan pukul setengah sembilan. Sebenarnya San juga sudah tertidur.

Raja pelan-pelan bangkit dan mengecek sahabat kakaknya, sudah tidur. Ketika ia hendak menuju pintu racauan San menghentikan aksinya.

"Ergh, Rafa gue sayang sama lu." Raja membeku. Dengan cepat ia membuka pintu lalu menutup secara pelan.

Bersambung~

Otakku kehabisan ide tolong🙂🔪

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang