-#17

300 28 5
                                        

Happy Reading!

Mari berfokus kepada dua insan yang sedang bermesraan tanpa memikirkan pandangan orang lain, karena dua-duanya bodo amat, orang-orang merekam fenomena langka itu kemudian dipost di sosial media

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari berfokus kepada dua insan yang sedang bermesraan tanpa memikirkan pandangan orang lain, karena dua-duanya bodo amat, orang-orang merekam fenomena langka itu kemudian dipost di sosial media. Namun, mereka bisa mendengar beberapa remaja perempuan dan lelaki berbisik.

"Njir lu yakin yang pendek seme? Kagak yakin gue, pasti yang tinggi." Salah satu remaja perempuan itu sedikit bersuara.

"Heh, udah diem entar kalau ketahuan bahaya bagong," jawab yang lelaki.

San terkekeh lalu meminum es kopi di depannya, Rafa sendiri memilih minum americanonya. Keduanya sampai saat ini belum berbicara akibat bisikan-bisikan tadi. Mereka hanya menyimak sambil tertawa dalam diam. Huft, menurut San jelas-jelas pihak bawah di sini merupakan Rafa—lihat saja parasnya saja manis, lah dia? Badannya l men kayak daddy-daddy hot. Ya, salahkan dirinya sedikit lebih pendek dari kekasihnya itu, eh, abaikan. Menurut Rafa ini sedikit lucu. Di mana biasa orang-orang akan mudah menebak mana pihak bawah dan atas karena memang kentara dari pesona diri masing-masing. Namun, di sini Rafa sifat ukenya lebih cenderung pada sikapnya daripada bagaimana cara dia berdandan. Oke, saat rambutnya panjang memang bisa dilihat ia adalah uke, tetapi saat rambutnya pendek dan sedang memakai kemeja putih kelonggaran seperti sekarang siapa yang menebak dia adalah uke?

"Pfft, San coba cek toktik deh." San mendongakkan wajahnya lalu mengangguk.

Ketika dibuka, ia segera beralih pada akun yang mentag dirinya di komen, sebenarnya yang mentag adalah Rafa sendiri. Ketika video itu dilihatnya dia terkekeh sambil geleng-geleng. Komennya sama semua, di situ San dikira pihak bawah; uke.

"Anjirlah, tau gitu rambut lu jangan dipotong," ucap San di sela-sela tawanya.

"Yee yang minta gue potong rambut siapa? Setan?" jawab Rafa memutar matanya malas.

Mereka hanya geleng-geleng lalu diam lagi, saat ini San ingin berkata sesuatu tetapi bingung apakah ini waktu yang tepat apa bukan. Sampai dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya pelan.

"Rafa," panggilnya, sedangkan yang dipanggil menatap dirinya.

"Sekarang lo harus pulang, waktu lu di sini udah habis, gue juga harus balik bareng Racka, Leka dan Felix." Rafa mengerutkan dahinya bingung dan hendak menggengam tangan San, tetapi tiba-tiba tubuh San menjadi transparan.

"Lo harus relain gue, gue udah tenang di sini bareng mereka." San menolehkan kepalanya ke belakang lalu menemukan Racka, Leka, dan Felix tersenyum sambil menyuruhnya untuk pergi sekarang juga.

"Ikhlasin gue, doain gue, dan harus lo inget kita udah beda. Waktu gue di sini udah habis, waktu lo di sini udah habis dan sekarang lo harus pulang. Jaga diri ya." San berdiri lalu mulai menitikkan air mata.

"Gue sayang lo, sayang lo melebihi apapun. Gue nggak mau lo terjebak di halusinasi ini terus menerus. Bangun, mulai kehidupan baru dan yang terpenting ikhlasin gue. Lo masih ada kehidupan yang perlu dilanjutin, bukannya terjebak dalam satu orang terus menerus. Perlu lo inget gue sayang lo." Detik itu juga San menghilang dan seketika Rafa terbangun di ruangan serban putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang