-#03

271 41 3
                                    

Happy Reading!

Paginya Rafa menatap San heran karena lelaki itu tampak diam terus saat diajak berbicara, saat ditanya dia malah buang muka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya Rafa menatap San heran karena lelaki itu tampak diam terus saat diajak berbicara, saat ditanya dia malah buang muka. Ini mereka mau muncak kenapa jadi canggung begini.

"Astaga, San, lo kek nggak biasa aja cipokan ama gue. Biasa juga lu nyosor duluan nih bibir!" ujarnya sambil menunjuk bibir kiss-ablenya itu.

"T–tapi nggak ampe lumat-lumatan bego!" jawab San sembari menoyor kepala Rafa.

"Hilih iya-iya! Maap!" Tuhkan, yasudahlah biarkan pagi ini diisi pertengkaran dua oknum bernama San dan Rafa.

~~~

Haikal dan Artha lagi nungguin Ocang juga Yoshi ke luar rumah—katanya sedikit lagi, tetapi sudah ditunggu beberapa menit nggak muncul orangnya. Bahkan sampai mereka selesai membeli cemilan dekat minimarket sana belum turun juga. Sampai akhirnya yang ditunggu ke luar juga—wajah-wajah tak berdosa itu menatap Artha dan Haikal bingung.

"Ritual?" tanya Haikal sebal.

"Paansih Pin. Kita disuruh nyabut rumput belakang ama nyokap njir!" Artha dan Haikal langsung melotot, pantasan saja lama sekali.

"Njir, yaudah buruan, kasian yang lain nunggu ampe lumutan." Setelah mengatakan itu keempatnya naik ke motor—Artha dibonceng Haikal. Ocang dibonceng Yoshi.

Saat di pertengahan jalan mereka lihat Leka lagi beli makanan gitu di warung—yaudahlah disamperin. Saat ditanya untuk apa Leka menjawab sarapan mereka nanti. Memang horkay beda. Berakhir mereka jalan kayak mau karnaval; samping-sampingan. Mana Leka hari ini nggak pakai mobil. Hingga akhirnya tiba di rumah Rafa—yang lain sudah ngumpul seperti Farant, Racka, Dika, Andhika, dan Felix. Rafa, San, dan Raja sudah pasti ada.

Hendak melangkahkan kaki masuk udah dicegat Felix, katanya suruh cuci kaki pakai selang taman. Siapa yang mau nerima orang masuk rumah kalau kaki aja kotor kena lumpur. Salah sendiri tadi malam sempat hujan.

"Elah Lix, berat ini." Leka memohon sambil mengangkat bungkusan sarapan mereka.

"Kagak-kagak! Sini makanannya, lu cuci kaki sana. Enak bet." Felix merebut sarapan itu dan menyuruh Leka mencuci kakinya.

Omong-omong apa mereka membawa tas? Sudah pasti. Mengkanya tadi Artha sedikit kesusahan membawa motor karena di depan ada beberapa bawaannya dan Haikal. Siapa yang membawa kotak obat? Andhika. Penyedia makanan? Leka dan Racka. Minuman? Rafa dan Dika.

Seusai mencuci kaki mereka masuk lalu duduk bersama untuk sarapan, mamanya Rafa dan Raja menyediakan minuman agar tidak serat. Nggak lucu kalau makan, tetapi sama sekali tidak ada minuman.

Saat Rafa mengunyah ayamnya, matanya tertuju pada San yang belum makan. Berhubung makanannya sudah mau habis ia segera menghabiskannya lalu mengambil alih nasi San. Tentu saja lelaki itu terkejut dan semakin terkejut kala Rafa menyuapkan nasi serta kerupuk ke dalam mulutnya.

"Makan aja kek beban banget. Kagak ada penolakan, lu makan gue yang suap."

Mutlak gengs, mutlak inimah. Yang lain cengo, San juga cengo namun mulutnya tetap ngunyah. Artha yang sedang minum tersedak. Hem, mungkin dia memang ditakdirkan untuk selalu tersedak kalau melihat San dan Rafa uwu-uwuan.

"Minum yang bener napa." Ocang mengelap mulut Artha menggunakan tisu di depannya. Ya, modar Arthanya karena diperhatiin dengan manusia seperti Ocang yang di mana idaman semua umat.

"Mata lu kagak usah keganjenan ama kakak gue, mau gue sumpel pake tisu tuh mata biar kek pocong?" Yoshi melempar tisu bekas pada Artha.

"Hah? Sejak kapan matanya pocong disumpel pake tisu? Bukannya di idung?" Yah, Farant nambah-nambahin.

Racka juga mengiyakan ucapan Farant dan mereka tosan gitu, padahal lihat pocong asli belum pernah ini sangat meyakini kalau pocong hidungnya disumpel pas bangun.

"Tapi ya, Andhika kalau ketemu pocong gue yakin tuh pocong kabur duluan takut denger omongan nyai." Ini kenapa dari sumpelan pocong ke Andhika kalau ketemu pocong?

"Keburu mati lagi dia karena omongan nyai," timpal Raja.

Andhika sih belum ngomong; sibuk makan dia. Daripada dibalas mending dibuang ke kali buaya aja nanti. Hareudang dia tuh! Bawaannya mau ceburin Raja dan Dika selaku provokator di sana.

Seusai makan semuanya belum jalan, turun dulu makanannya; kata Artha begitu sih. Sambil menunggu pencernaan menerima makanan dengan baik mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Aktivitas rata-rata tenang—tetapi tidak berlaku untuk upin-ipin kita.

"Haikal anjir ih! Ini foto siapa?!" Haikal yang sedang memainkan hpnya Felix menoleh bertanya.

"Ini foto cewek siapa?!" Felix mengulang pertanyaannya sambil menunjukkan foto seorang perempuan cantik di hp Haikal.

"Anak kelas sebelah. Masalah?" ujarnya acuh.

"Ngeselin banget sih!"

Lah, langsung pergi orangnya. Haikal jadi linglung sendiri. Ini Felix nggak perhatikan ada teks di bawahnya kalau foto anak kelas sebelah ini pengajuan masuk klub seni. Tuh—memang uke itu maunya benar terus. Eh, Haikal bukan uke ya?

Raja yang melihat sang kekasih merajuk sambil memeluknya terkekeh setelah itu mengkode Haikal agar berpura-pura lelaki tupai atau ipin dari si Felix pergi; karena Felix paling tidak bisa ditinggal mendadak oleh Haikal.

"Yaudah gue pulang aja kagak ikut muncak, maaf Lix." Tuhkan benar. Baru saja mau ke luar Felix menarik tangannya dan memeluk lelaki itu sambil menyembunyikan kepalanya di dada Haikal.

Semua orang termasuk mamanya Rafa dan Raja tertawa melihat adegan itu—memang ya, uke kalau sahabatan itu nggak bisa dipisah.

Bersambung~

Hehe maaf kali ini pendek 🙈

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang