-#05

204 30 7
                                    

Happy Reading!

Seusai mandi Rafa mendapati San tengah berbaring di kasurnya sambil bermain ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seusai mandi Rafa mendapati San tengah berbaring di kasurnya sambil bermain ponsel. Dia langsung mengambil kaos dan celana pendek selutut di lemari miliknya lalu memakainya dengan cepat, beruntung ia sudah memakai dalaman duluan saat di kamar mandi—jadi tinggal pakai atasan serta bawahan saja. Seusai berpakaian tungkainya melangkah pada meja belajar miliknya, San yang melihatnya mengernyit dan menghampiri Rafa.

"Lu kenapa Raf?" tanyanya setelah duduk pada kursi di sebelah meja belajar milik Rafa.

"Gue kepikiran ama mimpi gue," ucapnya tanpa menatap manik San.

"Mimpi? Emang mimpi apaan?" San mendekatkan jarak dan menatap lekat manik Rafa.

Rafa tidak mengubris pertanyaan San kali ini, dia malah bangkit dari tempatnya dan beranjak ke kasur. Sam terdiam bingung akan apa yang Rafa lakukan—nggak mungkin ada penunggu yang nempeli Rafa semenjak mereka pulang muncak, 'kan? Akan tetapi, ia memilih diam daripada bertanya—tampaknya Rafa butuh waktu.

~~~

Masa liburan mereka dilalui dengan lancar, terkecuali bagi San. Pertama—dia memikirkan mimpi yang Rafa maksud, dan kedua tentang perasaan Rafa yang ia dengar di mobil saat itu.

Ini sudah pukul delapan lewat tiga puluh, artinya jam istirahat sedikit lagi. Guru di depan sibuk menulis di papan sebagai bahan materi selanjutnya, tetapi San hanya diam hingga tak menyadari sang guru telah ke luar begitu bel berbunyi. Murid-murid bersorak heboh. Ada yang langsung ke luar ada juga yang diam dalam kelas.

Artha dan Farant memerhatikan temannya dari kursi masing-masing lalu bertukar pandang sejenak, setelahnya mereka mengangguk lalu menghampiri San.

"Kenapa lo?" tanya Farant menepuk bahu San.

"Hah? Eh, bu Jessi mana njir?! Ini juga kok sedikit muridnya?!" hebohnya.

"Udah istirahat bego. Lu juga ngelamun terus, nggak nyatet pula. Kenapa sih?" timpal Artha.

San hanya menggeleng dan mengajak dua temannya ke kantin, palingan Rafa sudah ke kantin lebih awal. Oh ya, Rafa dan San itu beda kelas saat naik ke kelas sebelas. Entahlah nanti saat kenaikan kelas dua belas.

Ketika di koridor ketiganya berpapasan dengan Dino serta kakaknya; Bintang. Bintang merupakan siswa yang populer karena ia itu tampan tetapi cantik, dan untuk masalah keseringannya dalam kegiatan sekolah jangan ditanya. Walau orangnya mageran—Bintang sangat aktif dalam kegiatan sekolah.

"Kak Bintang, Din. Mau ke mana?" sapa San ramah.

"Eh. San, Artha, Farant. Hehe mau ke kelasnya Joshua. Biasa ngajak ke kantin," jawab Bintang.

"Nah kebetulan ketemu lu pada di sini, baru aja mau gue samperin ke kelas. Ngantin yok." Dan berakhir Dino gabung dengan tiga sekawan ini.

Jalan saja semua mata tertuju pada mereka—siapa yang mau menyia-nyiakan rupa setampan mereka? Hanya orang bodoh mungkin. Terlebih lagi Farant yang digadang-gadang bisa memenangkan piala dalam pertandingan basket bulan depan. Apa yang kurang? Ah, baiklah sepertinya butuh diingat jika semua manusia memiliki masalah serta kekurangan tersendiri.

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang