Kebalik, orang-orang itu mengatakannya pada San dan Rafa karena tahu sebenarnya San-lah yang seorang dominan. Akan tetapi, sepertinya definisi itu baru disadari sekarang.
Eits, namun sesuatu yang mengejutkan akan merubah itu semua.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lelaki dengan tinggi semampai ini merebahkan diri di kasur setelah bermain dengan teman-temannya, walau terlihat tidak memikirkan apapun—tetapi aslinya dia sedang memikirkan sang sahabat sedang apa sekarang, mengapa ia berkata seperti itu. Kalaupun bercanda, San tidak akan mengatakannya dengan nada serius dan Rafa percaya akan hal itu. Ponselnya tergelatak tak jauh dari tempat di mana dia berada sekarang. Akan tetapi, jiwa kemalasannya muncul sehingga Rafa mengabaikan banyaknya notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya.
Sampai tiba-tiba dia kembali teringat pada mimpinya-ya, mimpi di mana San menjatuhkan diri di tanah keras. Akankah sahabatnya menyembunyikan sesuatu darinya, atau ada hal yang tak dia ketahui. Soalnya sejauh ini San tampak baik-baik saja layaknya orang sehat tanpa adanya penyakit atau masalah.
"BANG RAFA! LU MESEN APA AJA SIH?! INI PAAN?!" Rafa terlonjak kaget begitu mendengar suara Raja yang amat keras.
"JAN DIBUKA WOY! RAJ-yah anjir." Saat hendak menyuruh Raja tidak membuka paket itu, ketika di tangga ia langsung terdiam saat Raja sudah membuka paketnya.
"Hah? Makanan kucing? Impor dari Korea lagi. Bang untuk sapa ini?" Raja menunjukkan kotak makanan kucing pada Rafa.
"Eh, a-anu untuk kucingnya San. Dia baru beli kucing persia," jawab Rafa sambil menggaruk tengkuknya kikuk.
Raja mengernyitkan dahinya bingung mendapat jawaban seperti itu, namun tangannya terulur untuk memberikan makanan kucing itu pada Rafa.
~~~
Keesokannya di kelas sebelas MIPA-3 beberapa murid sedang melaksanakan piket, sisanya di luar dan ada yang belum datang. Rafa mendapat jadwal piket hari ini-tangannya lekas mengambil gagang sapu dan menyapu lantai kelas itu.
Di sampingnya ada Racka dengan aktivitas yang sama; menyapu. Walau sedang menyapu, celotehan Yoshi dan Dika yang berisi penistaan seorang Racka ini. Namun, Rafa malah bersyukur karena dengan celotehan dua temannya ia tak terlalu memikirkan masalahnya dengan San. Bayangkan saja kau sibuk bercanda dengan sahabat dan tiba-tiba sahabatmu berkata dia menganggap dirimu lebih dari sahabat-apa tidak terkejut. Oke-oke. Rafa tidak masalah dengan itu-akan tetapi, ingat kembali, dia butuh waktu guna menyesuaikan diri. Namun, dengan cara dia menjaga jarak dengan San sepertinya salah. Rafa tipe orang susah menerima suatu keadaan jika dalang dari keadaan baru itu jauh darinya.
Hanya saja, di saat-saat seperti ini, memori masa lalu membawanya bernostalgia. San dengan boneka dalam dekapannya menghampiri Rafa yang sedang bermain dekat selokan. Ditepuknya bahu sempit milik Rafa hingga anak lelaki itu membalikkan badannya. San tertawa kala melihat ada noda di pipi sahabatnya, ada-ada saja memang, bermain dekat selokan. Mereka berjalan bersama. Masih dengan boneka dalam dekapan San serta tangannya satu lagi menggenggam tangan Rafa. Mereka sesekali menunjukkan wajah-wajah konyol hingga tertawa.