-#02

343 45 0
                                    

Happy Reading!

Kamar Rafa yang awalnya seperti kapal pecah sudah rapih setelah San merapikannya, untung saja lelaki ini sabar dengan kelakuan dramatis Rafa—kalau tidak sudah San tinggalkan Rafa sejak lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar Rafa yang awalnya seperti kapal pecah sudah rapih setelah San merapikannya, untung saja lelaki ini sabar dengan kelakuan dramatis Rafa—kalau tidak sudah San tinggalkan Rafa sejak lama. Akan tetapi, yang namanya bersama sejak kecil perasaan nyaman tidak perlu alasan. Sedangkan Rafa sibuk mencari piyama miliknya yang pas di tubuh San. Berhubung sekolah mereka memberikan libur kepada semua murid selama seminggu, San berniat menginap di rumah Rafa saja. Toh pemberitahuannya baru kemarin sebelum pulang sekolah. Selagi menunggu Rafa mencari piyama, San ke meja belajar lelaki tinggi itu guna melihat-lihat—siapa tahu ada hal baru. Saat melihat-lihat isi meja tersebut—satu hal menarik perhatiannya. Lettering indah bertuliskan "San is Rafa mine." Jelas sekali karena itu terpanjang pada bagian dekat laptop Rafa. Pelan-pelan ia terkekeh. Rafa diam-diam menjadikannya dirinya miliknya seorang ... ada-ada saja.

Seusai mendapatkan piyama, Rafa mendekati San dan langsung melepas pakaian lelaki itu. Bahkan San terkejut tetapi hanya bisa diam sampai akhirnya piyama terpasang pas pada tubuhnya. Walau rajin berolahraga dan bisepnya ada, pinggang San ramping kayak Haikal.

Saat mau meletakkan pakaian sang sahabat, pintu kamar itu dibuka oleh Felix sehingga munculah tubuh mungilnya di ambang pintu.

"Gue ama Raja mau ke luar. Nitip?" tanyanya.

"Enggak Ja, nanti aja deliv. Jan lupa tutup pintu ye!" sahut Rafa dari kamar mandi.

"Oh, oke. Omong-omong San. Lo lucu bener pake itu, gambar kucing lagi, hihi." Baru saja mau dilempar pakai bantal Felixnya sudah kabur, setelah perginya Felix ke luarlah Raja dari kamar mandi.

Rambutnya yang basah membuat San menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, ya astaga, lelaki ini sengaja membasahkan rambutnya untuk menggoda dirinya atau bagaimana? Tidakkah Rafa tahu jika sekarang sahabatnya tengah dilanda sesak nafas?

Tanpa kepekaan lelaki itu malah melepas kaos oblongnya mengganti piyama yang sama dengan San, oh ya, ini sudah jam tujuh malam kalau kalian tahu. Secara mendadak San terbatuk kala melihat punggung putih nan mulus Rafa, astaga! Walau bahunya lebih lebar darinya mengapa kulit lelaki itu sungguh mulus dengan pinggang yang setara dengan kakaknya Dino.

"Ergh, Fa, besok mau ke mana?" tanya San mencoba menetralisir keadaannya.

"Nggak usah lah di rumah aja. Paling entar si Yoshi, Haikal, Ocang, sama Felix ke sini," balasnya begitu selesai mengancing piyamanya.

San hanya mengangguk paham dan merebahkan diri di kasur yang ukurannya sedang, tetapi cukup bagi dua orang dengan ukuran tubuh proporsional seperti dua manusia ini. Saat menatap langit-langit kamar Rafa—baru ini San sadar jika Rafa sangat menyukai hal-hal berbau bintang. Lihat saja ketika sedang menatap langit kamar tersebut, Rafa menyalakan lcd bintang-bintang kejora. Akan tetapi, menurutnya ini hal wajar, toh memang lelaki itu kalau dibilang identik dengan hal-hal malam. Mulai bulan, bintang, planet dan sebagainya.

"RAFA! SAN! WOY TURUN WEH, EMERJENSI INI!"

Kalau saja keduanya ada riwayat penyakit jantung sudah dipastikan sekarang mereka tergeletak tak berdaya. Itu suara Leka, teman lelaki mereka dengan suara seperti lumba-lumba; sebelas dua belas dengan Raja lah.

Dengan langkah malas nan berat mereka turun mengikuti ruang tamu—di sana ada Leka, Haikal, Felix, Raja, Artha, Farant, Andhika, Yoshi, Ocang, Racka, dan Dika. Ruang tamu Rafa berasa mau ada acara arisan ibu-ibu—apalagi suara hebohnya Artha dan Dika. San dan Rafa akhirnya bergabung dan menunggu tetua berbicara. Ya ... siapa lagi kalau bukan Ocang.

"Udah semua? Jadi gini. Tadi Yoshi ngajakin buat muncak—jadi mau kagak?"

Rafa dan San kira ada hal penting—ternyata cuman ngajakin muncak. Ditataplah Leka yang memberikan cengiran tak berdosanya. Untung saja imut anaknya, kalau tidak sudah ditebas mungkin kepalanya dengan San.

Mereka menyutujuinya dan memutuskan buat dua hari saja di puncak, toh, sisanya mau istirahat. 

~~~

Malamnya di kamar Rafa hanya Rafa saja yang tertidur, sedangkan San masih terjaga. Dia sesekali mengecek barang bawaan siapa tahu ada yang tertinggal. Akan tetapi, setelah membuat diri lelah bukannya terlelap malah semakin terjaga. Di sampingnya Rafa tidur menyamping—iya menyamping menghadap dirinya. Kebayang nggak bagaimana kondisi San sekarang? Apalagi dekat banget wajah mereka, kalau dia mundur alhasil bokongnya bersentuhan dengan lantai.

"Eungh ...." San melotot saat Rafa semakin mendekat alhasil bibirnya dan bibir si lelaki tinggi itu bersentuhan.

Secara tiba-tiba Rafa mulai menggerakkan bibirnya; melumat bibir tipis San. Bukannya membalas San hanya diam tak berkutik, sungguh apakah ia sedang mimpi?! Atau Rafa sedang mengigau?! Eh, tetapi setahunya mengingau tidak sampai seperti ini. Saat sibuk dengan pikirannya mata Rafa terbuka lalu menatap San bete.

"Bukannya dibales diem aja! Au ah, kesel!"

Tuhkan, makin bingung.

Bersambung~

Leka Aditama Kiki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leka Aditama Kiki

Dia teman sekelas Yoshi dan sanhat lebih dekat dengan konco-konco Yoshi ini. Suaranya kalau teriak setara dengan Raja; kayak lumba-lumba. Wajahnya gemesin banget walau ngeselin sampai mau disumpahin.

Kebalik | SanJin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang