• Act 1 Part 4

24 5 0
                                    

Pertemuan mereka jadi lebih cepat dari biasanya. Miss Jung mendominasi percakapannya, tidak ada seorang anak pun yang mau membantah saran dari beliau. Hanya kata 'iya-tidak' keluar dari mulut mereka.

Walau begitu itu saran yang cukup bagus, sebab mereka juga sepertinya membutuhkan relaksasi untuk menikmati udara segar desa. Walau tujuan yang diberikan Miss Jung bukan daerah terkenal seperti Paju atau Jeju, tapi tidak ada salahnya juga. Mungkin kampungnya ada di daerah pegunungan dengan udara sejuk dan sawah sayuran tersebar di mana-mana.

Rasanya mereka seperti tidak akan dilepaskan begitu saja bahkan setelah memutuskan untuk pulang masing-masing. Miss Jung masih menunggu di depan pintu kafe, menatapi mereka yang ingin beranjak dari tempat saja ragu.

"Kenapa kalian tidak pulang?"

Tidak ada yang bersuara. Donghyuck menarik ujung baju Mark hanya untuk memberi kode, tetapi kekasihnya juga bingung untuk melakukan apa. Renjun bersedekap, Junkai memasukkan tangan dalam saku hoodie sembari meremat kainnya - Ia masih tidak berbicara setelah kedatangan Miss Jung, tanpa alasan -.

Sementara Jeno yang sudah siap menaiki motor vespanya harus mengurungkan niat saat mendapat pertanyaan dari gurunya. Jaemin menoleh sebentar pada Jeno, kemudian menggaruk tengkuk. Berpikir bagaimana jawaban atau reaksi yang diberikan.

"Miss Jung, tidak pulang dulu?" Mark berceletuk, memutuskan setelah beberapa saat tidak ada yang menjawab.

"Miss masih belum percaya, siapa tahu kalian berkumpul lagi di tempat lain."

Jaemin akhirnya menghela napas. Ia menggamit tangan Jeno, memberi kode untuk pergi sekarang.

Jeno paham, kemudian mengulurkan helm pada Jaemin sambil berkata, "Pakai dulu helm-nya, Na."

Selepas Jeno menaiki motor dan menyalakan mesin, Jaemin membungkukkan badan tanda hormat pada guru. "Pulang dulu, Miss." Ia lantas menaiki jok belakang dan meninggalkan mereka terlebih dahulu.

Dalam perjalanan, Jaemin tidak henti-hentinya untuk berpikir kemungkinan terhadap Miss Jung. Gurunya benar-benar misterius. Dia tidak bisa paham tentang apa yang terjadi.

Mungkin di awal kelihatannya peduli, tapi ujungnya seperti menyeret mereka terlalu dalam lagi. Kemarin masalah perundungan Jaemin, sekarang liburan. Caranya menyelesaikan masalah sama, tapi motif alasannya tidak diketahui.

Jaemin tidak terlalu dekat dengan Miss Jung, ia jadi tidak tahu bagaimana kepribadian guru itu. Atau mungkin dasarnya saja beliau labil, eh, seperti remaja.

Jeno yang menyadari pacarnya jadi lebih pendiam dari biasanya kemudian bertanya saat lampu merah menyala. "Kamu baik-baik aja?"

"Baik, kok. Kenapa?"

Jawabannya tidak memuaskan bagi Jeno. Dia masih ingin lebih tahu tentang apa yang terjadi pada Jaemin hingga kemarin meninggalkan sekolah begitu saja. Namun, jelas pemuda itu tahu batasan, tidak mau memaksa jika Jaemin menutupi diri. Mungkin pacarnya butuh waktu sejenak.

Akhirnya diputuskan Jeno untuk memanjakannya. Ia menarik kedua tangan Jaemin untuk dilingkarkan pada pinggang. "Hati-hati di belakang, nanti jatuh." Jeno tersenyum simpul, kemudian melajukan vespanya lagi setelah lampu hijau menyala.

Ini hal yang disukai Jaemin dari Jeno. Lelaki itu benar-benar mengerti bagaimana suasana hatinya dan tahu bagaimana harus bereaksi. Dirinya bersyukur bisa bertemu dengan Jeno, setidaknya Jaemin bisa terjaga walau sering kecolongan.

"Jeno."

"Hmm?"

"Makasih."


Keepers of The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang