• Act 2 Part 2

20 4 0
                                    

Junkai benar-benar kesulitan membuka matanya. Semua badannya terasa begitu remuk. Pandangannya agak mengabur, tapi dapat diatasi setelah beberapa saat ia memulihkan dirinya.

Tidak aneh, sebab ia terjatuh pada lantai yang beralaskan keramik. Mungkin dirinya sempat pingsan untuk beberapa saat, pikirnya. Kendati demikian kesadarannya langsung terkumpul kala menemukan tidak ada seorang pun di sekitar. Renjun menghilang, itu yang ditakuti oleh Junkai.

"Injun-ah, kamu di mana?"

Dia bangkit perlahan, lantas membersihkan tubuhnya yang penuh debu dan juga lumut. Langkah pemuda itu agak terhuyung - sebab pusing yang masih menguasai - sementara mulut terus berteriak memanggil nama kekasihnya.

"Renjun!"

"Aku di sini." Suara itu berasal dari ruangan sebelah. Tanpa berpikir panjang lagi, Junkai bergegas menghampirinya dengan hati lega.

Lelaki itu melihat kekasihnya sedang menatapi sebuah papan besar pada dinding yang kotor. Kendati jaring laba-laba dan lumut merayapi, tapi tulisannya masih bisa dibaca. Hanya saja itu alfabet, Junkai tidak terlalu mahir membacanya. Karena berasal dari Cina dan sudah lama tinggal di Korea membuat Junkai kurang memahami huruf alfabet.

"Kamu bisa baca tulisannya?" tanya Junkai.

Renjun menggeleng sebagai respon. "Aku bisa baca, tapi aku enggak yakin cara bacanya seperti bahasa Inggris."

Dalam papan tersebut terlihat daftar-daftar dengan huruf besar di atasnya: 'Perangkat Desa'. Bahasanya asing, dan Junkai setuju bahwa ini bukan bahasa Inggris. Itu berarti mereka tidak ada di Korea saat ini?

"Maman?" Renjun mengerutkan keningnya, membaca salah satu kata di sana. "Apa itu? Ini di mana?"

Ketika menyadari akan suatu hal yang memang tak beres pada tempat ini, Junkai langsung mengambil kesimpulan, "Sepertinya, kita tidak lagi di Korea, Renjun."

"APA!?" Renjun reflek terkejut setelah mendengar penuturan sang kekasih. Bagaimana tidak, padahal mereka beberapa waktu yang lalu masih berada di Korea dan setelah melewati portal aneh tadi tiba-tiba mereka malah berada di tempat yang tidak pernah mereka kenali sebelumnya.

"Iya, aku rasa begitu. Bagaimana kalau kita memeriksa tempat ini? Mungkin kita bisa menemukan suatu petunjuk," usul Junkai pada Renjun yang disetujui olehnya.

"Baiklah ayo kita telusuri tempat ini, aku juga memang berfirasat tadi, saat kita melewati portal aneh itu sudah ada yang tidak beres."

"Aku pun juga berpikir seperti itu. Aku sebenarnya tak ingin berpikir negatif, tapi kurasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Miss Jung pada kita semua."

"Iya, sekarang kita malah terpisah dengan anak-anak yang lain. Ayo Junkai-ge kita selidiki tempat ini sekaligus mencari yang lain."

Tanpa banyak bercakap lagi, mereka pun keluar dari tempat yang Renjun sebut sebagai Perangkat Desa tadi. Betapa terkejutnya mereka saat keluar dari gedung tersebut. Tempat ini ternyata adalah sebuah desa tak berpenghuni. Bahkan beberapa rumah yang terlihat jelas sudah ditinggalkan oleh pemiliknya dan tak berpenghuni lagi.

Mereka juga terkejut saat melihat warna dari langit yang nampak tak lazim seperti berwarna merah darah. Firasat mereka memang sudah terbukti tentang tempat ini yang sepertinya bukanlah suatu tempat sembarangan.

Renjun merasakan aura ditempat ini begitu negatif, kelam dan juga seperti ... nampak banyak kesedihan yang ditinggalkan pada tempat ini. Mereka terus mengeksplorasi tempat tersebut sambil meneriakkan nama sahabat mereka yang malah terpisah tadi saat memasuki portal ruang dan dimensi itu.

Keepers of The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang