• Act 1 Part 3

21 5 0
                                    

Dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan oleh anak-anak lain, Jaemin terus mendapat serangan panggilan dari nomor baru tak dikenal hingga Jeno yang memboncengnya merasa heran dengan kekasih manisnya ini. Berkali-kali dia menekan tombol reject dan mengabaikan, tapi tidak juga ponselnya berhenti bergetar. Jaemin risih, terpaksa ia matikan dan masa bodoh kalau mereka [Teman Perkumpulan Nomin] yang menelepon.

Motor yang dibawa Jeno lantas berhenti di depan kafe yang sudah mereka booking sebelumnya. Jaemin turun dari motor Jeno sembari melepas helmnya, sementara Jeno yang sudah selesai melepas helmnya membantu Jaemin yang nampaknya masih kesusahan dengan helmnya.

Bucin tak tahu tempat memang.

"Ayo, Mereka semua sudah menunggu di dalam, eoh."

"Ne, oh Nono kau duluan saja yah masuk aku ingin membeli sesuatu di samping kafe sebentar."

"Ah, baiklah kami tunggu jangan lama-lama Yah Nana...," ujar Jeno sembari mengusap pelan rambut Jaemin.

"Emm.... " Lalu Jaemin mengecup sebentar pipi Jeno dan melangkah pergi, Jeno gemas tentu saja dengan tingkah sang kekasih, meskipun terlihat dingin dan pendiam, sebenarnya Jaemin adalah sosok polos yang lucu dan periang jika sudah berada didekat orang yang dia sayangi.

Saat Jaemin hendak keluar dari toko disamping kafe tersebut tiba-tiba dirinya merasa ada yang menepuk bahu kanannya.

Jaemin menoleh lalu melongo saat tahu kalau Miss Jung juga ada di toko ini.

"Oh, halo, Miss." Dia menunduk sedikit sambil memberi salam, sementara gurunya tersenyum simpul.

"Jaemin kabarnya baik?"

Pemuda itu mengangguk. "Baik, Miss." Pertemuan yang mendadak ini membuatnya canggung, terlebih saat Jaemin ingat tatapan Miss Jung dan beliau yang menyuruhnya pulang lebih dulu. Aneh saja baginya, setelah semua itu berlalu, tapi sikapnya sekarang seperti tidak ada apa-apa.

Tapi sejak kapan Miss Jung sedekat ini padanya?

Bukan apa, tapi Jaemin dikenal tidak lebih dari 'anak akselerasi' di sekolahnya. Lantas ia mencoba membaca ekspresi Miss Jung, takut-takut ada sesuatu.

Senyuman beliau tertarik sempurna, matanya berbinar seperti bertemu hal berharga, dan garis wajahnya jadi lembut. Jaemin tidak pernah merasa bahwa Miss Jung bisa terlihat selunak ini, sebab sehari-hari matanya melihat beliau selalu bersama dengan wajah killernya.

Rasanya jarang guru mengenal Jaemin di luar sekolah. Kalau ingin menyapa di area sekolah pun, biasanya mereka membutuhkan nametag sebab dia kurang dikenal. Kurang aneh apa Miss Jung ini?

"Panggilan tadi tidak diangkat?"

"Eh?" Jaemin sedikit tercengang. Bagaimana Miss Jung tahu kalau telepon yang masuk tadi tidak dia angkat?

Pemuda itu kemudian merogoh ponsel dalam saku celananya. Ia mulai berasumsi. "Miss Jung yang menelepon?"

Lebih terkejut lagi saat Miss Jung mengangguk membenarkan hal tersebut. "Itu namanya tidak sopan kalau tidak dijawab," Tegur beliau dengan wajah dinginnya hingga membuat Jaemin kaku, tapi selepas ucapannya berakhir senyuman itu kembali muncul.

"Saya minta maaf, Miss." Jaemin jadi bingung harus melakukan apa setelahnya, mengedip saja takut disalahkan. Ia masih menghadap pada Miss Jung dengan tubuh kaku juga canggung dalam perasaannya.

Sampai akhirnya satu pertanyaan dari Miss Jung mampu membuatnya bertingkah normal lagi. "Minggu pagi begini mau ke mana?"

"Cuma keluar, Miss."

"Bersama teman-teman?"

Duh. Jaemin agak risih kalau ada yang kepo tentang dirinya. "Iya, Miss." Namun, haram hukumnya tidak menjawab pertanyaan dari guru sendiri.

"Sebentar lagi ulangan semester ganjil, kamu juga sudah kelas tiga. Kenapa tidak belajar di rumah?"

"Cuma sebentar, kok, Miss. Ketemu, terus pulang." Setelah beberapa saat, Jaemin jadi menyesal menjawab dengan kalimat itu. Kenapa dia tidak bilang mau belajar bersama, ya? Benar juga.

Miss Jung justru terlihat tertarik setelahnya. Beliau berkata, "Miss tidak bisa memastikan kalian benar-benar ketemu terus pulang. Siapa tahu kalian malah bermain keluar sampai lupa waktu. Ingat, Jaemin, kamu anak akselerasi. Jangan mempermalukan diri sendiri kalau ujung-ujungnya kamu gagal."

Jaemin lagi-lagi kaku. Dia curiga juga merasa terganggu dengan Miss Jung. Kenapa juga harus mengurusi masalah siswanya? Jaemin tidak pernah bertemu dengan guru seperti ini. Jaemin kira punya guru perhatian itu seru, ternyata tidak.

"Miss ikut kalian."

"Tapi, Miss-"

Jaemin tidak bisa berkutik lagi melihat gurunya ini yang begitu memaksa. Mau tak mau iya hanya mengangguk mengiyakan permintaan tegas dari Miss Jung.

***

Suasana jadi tegang. Selain mereka takut dengan aura Miss Jung yang terbawa kuat sebagai guru killer, juga sesekali Jaemin mendapat pandangan tajam dari anak-anak. Jeno sempat berbicara dengannya saat izin ke toilet dan ia juga tidak ada ide untuk membuat Miss Jung pergi. Bagaimanapun, ini pertemuan khusus mereka, bukan jam bimbel yang perlu adanya guru bergabung.

Semuanya menurunkan tangan dari meja dengan gugup, bahkan Donghyuck yang biasanya melipat kaki saat duduk menjadi tegak badannya sebab kedatangan Miss Jung. Tidak ada percakapan berarti saat beliau datang, sementara Miss Jung sendiri bermain ponsel seperti tidak peduli.

Entah wanita itu merasakan suasana tegangnya atau bagaimana, ia lantas mulai berbicara, "Kenapa diam? Kalian tidak mungkin secanggung ini, kan?"

"Tidak, Miss." Mereka juga tahu ini bukan pertanyaan di dalam kelas, tapi menjawab secara bersamaan mungkin jadi tradisi murid sekolah. Miss Jung jadi mengangkat kedua alisnya, kemudian meletakkan ponsel ke atas meja untuk berbicara lebih lanjut.

Sejenak Miss Jung mengusap dagunya. "Jaemin bilang tujuan kalian ke sini untuk membahas liburan setelah ulangan nanti." Lantas ia menatapi satu per satu anak muridnya seperti dalam kelas. "Benar?"

Tatapan dari Miss Jung terlalu tajam hingga membuat mereka semua terkunci dalam tubuhnya. Sepertinya ada firasat buruk, takut-takut jika mendapatkan wejangan apalagi dari guru killer seperti beliau.

"Kalian mau liburan padahal sudah kelas tiga? Satu semester lagi kalian akan lulus. Yakin?"

Jaemin kemudian memberanikan diri untuk menjawab, "Ini cuma liburan biasa, Miss. Jalan-jalan seharian, tidak sampai lama." Suaranya tidak lagi bergetar seperti menghadapi guru-guru di kelas, tapi tetap saja keraguan terdengar di nadanya.

"Kenapa tidak liburan ke kampung-kampung sambil belajar?"

Mereka tambah bingung jadinya. Merasa aneh dengan kepribadian Miss Jung, walau sebagai guru beliau memang sering membingungkan murid sendiri. Jadi sebenarnya Miss Jung menyetujui liburan ini apa tidak?

Lagi, mungkin Miss Jung menangkap ekspresi bingung dari anak-anak, lantas ia meluruskan semuanya. "Kalian sudah merencanakan liburan, tidak mungkin terima kalau dilarang, kan? Miss bisa beri saran pada kalian untuk tujuannya. Bagaimana?"

Liburan ke sebuah kampung? Jaemin pikir itu tidak ada salahnya. Ia mungkin bisa santai dengan suasana sunyi setelah dihadapi keramaian kota.

"Kampung di mana, Miss?"

Dan setelahnya mereka bersama Miss Jung membahas hal ini ....

Tanpa mereka sadari kedepannya nanti sesuatu yang besar akan menimpa mereka berenam.











TBC

Keepers of The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang