"Sebenarnya kenapa juga kita harus lihat hal semacam ini?"
Renjun mengangkat kedua bahunya untuk merespon pertanyaan Junkai. Firasatnya mengatakan bahwa ini adalah potongan cerita, tapi siapa yang menyimpan sisa itu? Pasti salah satu dari mereka, si cenayang, Donghyuck atau Jaemin.
Namun, mendengar celotehan Donghyuck sedari tadi, sepertinya itu mematahkan pikiran Renjun. Apalagi anak itu terlihat melongo sampai sekarang, entah karena pikirannya penuh atau bingung pada bahasa yang orang-orang itu gunakan.
Kemungkinan besar itu Na Jaemin. Renjun yakin sekali, terlebih melihat anak itu shock dan terkesan panik dalam tingkahnya. Jangan ragukan penilaian Renjun, dia benar-benar pintar membaca ekspresi orang. Apalagi dia juga termasuk cenayang dengan insting tajam diantara 2 lainnya, Jaemin dan Donghyuck.
"Hei, hei! Mereka pergi!"
Perhatiannya teralih pada arah telunjuk Donghyuck. Dia kerutkan keningnya, penasaran dan keheranan memenuhi pikirannya. Dalam keadaan seperti ini, ingin sekali dirinya belajar bahasa asing yang diucapkan orang-orang di masa lalu ini agar tahu apa yang sedang terjadi di sini.
Selepas kepergian warga yang berkumpul tadi, waktu menjadi terasa begitu cepat bagaikan alur film yang sengaja dipercepat. Tidak ada yang tidak terkejut melihatnya, sebab ini adalah suatu hal tidak wajar dalam dunia nyata. Namun, jelas ini adalah dunia lain. Ketidakwajaran adalah kata yang lumrah.
Beberapa saat kala waktu melambat, Donghyuck berbisik, "Pemandangannya jadi lucu. Seperti kaset rusak." Yang berakhir ditempeleng oleh Mark.
Plakk!
Lantas, ketiga saudari yang sempat mereka lihat sebelumnya, kini berjalan keluar rumah. Dengan si anak kecil memimpin dan salah satu menggendong saudarinya. Tiap langkah kaki mereka diiringi oleh dentuman dan keramaian mengerikan seperti tengah porak poranda. Mereka bahkan dengan jelas dapat mendengar betapa menakutkannya suara tawa yang menggelegar entah di mana tempatnya.
Donghyuck melihat sekeliling, pada langit-langit dan asap pekat yang membubung tinggi. Entah kenapa, dia berpikir bahwa keadaan menjadi gawat. Dia sedang berpikir ada peperangan dan otaknya menghubungkan prediksi jika tiga perempuan tersebut adalah orang penting. Siapa tahu, mungkin orang pintar.
Sebab itulah dirinya bergegas menarik tangan Mark. "Sepertinya kita harus mengikuti mereka."
Mark lantas melakukan gestur mengangkat kedua bahu beriringan mata membulat, tepat seperti tengah bertanya 'untuk apa'. Walau begitu Donghyuck tidak berniat menghabiskan waktu untuk menjawab, mereka sudah hampir tertinggal ketiga perempuan tersebut.
Bagaimanapun juga, Mark secepatnya mempercayai apa yang akan direncanakan oleh Donghyuck. Semua rancangan lelaki itu biasanya menarik dan sangat tepat pada prediksi pemikirannya. Mark tahu, Donghyuck pasti menanggapi keadaan ini lewat otak pintarnya.
"Hei, ayo pergi." Mark mengayunkan tangannya pada Junkai, yang ditanggapi positif dengan anggukan.
"Injun, ayo." Sebelumnya Renjun benar-benar tenggelam pada lamunannya. Hingga saat Junkai menepuk bahu, ia berjengit seperti terkejut setengah mati. "Tidak apa-apa, Njun?"
Napas Renjun jadi cepat, walau akhirnya perlahan menurun dan semakin normal terlebih melalui ekspresinya. Ia menggeleng segera, kemudian menjawab, "Tidak, Ge."
"Ayo." Junkai menggamit lengan Renjun, menunjukkan ke depan sana di mana Donghyuck dan Mark sudah mulai berjalan mengikuti ketiga saudari. Renjun lantas mengangguk, mengikuti arahan, tapi lantas menghentikan langkahnya secara mendadak.
Lelaki mungil itu menoleh ke belakang, mengarah pada Jeno juga Jaemin tengah berdekapan. "Tapi mereka?" Renjun ganti menggamit lengan Junkai, kemudian menunjuk mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keepers of The Dark
FanfictionJangan berharap ada suara derum mesin yang bergetar, juga derap langkah, terlebih dengung manusia bergumul. Kota ini sungguh sunyi, lumut pun debu menempel membantu identifikasi. Kami tidak tahu apakah salah melangkah atau salah menyadari tentang ap...