• Act 4 Part 1

6 0 0
                                    

Sosok Itu ... Sosok itu, wanita berambut panjang yang menjuntai hingga ke bawah. Wanita dengan pakaian tradisional berwarna merah terang ....

Tidak salah lagi ....

DIA ADALAH SULUNG!

Jaemin begitu pula Jeno terpaku. Mendadak semua mata mereka menuju si sulung, saling berpandangan. Tatapan matanya menarik mereka semua, mengendalikan hingga rasanya pandangan telah terkunci secara paten.

Mereka terkejut melihat wanita berkebaya merah itu. Sosoknya perlahan terpampang jelas dihadapan mereka. Wajah ayu melayu, dengan kulit pucat khas makhluk ghaib, tanpa disadari telah mendekati posisi mereka.

Entah apa yang akan dilakukan Sulung pada mereka, tapi Jaemin merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.Wanita itu tersenyum kepadanya, bukan sebuah senyuman yang diberikan oleh seorang gadis pemalu kepada orang lain, tapi senyuman mengerikan, lebih mirip seorang psikopat.

Sejenak Jaemin menggulirkan matanya, memandang sesosok berbaju hijau yang berada pada balkon tadi kemudian menghilang perlahan. Hal itu menambah suasana semakin mengerikan sebab kini mereka benar-benar hanya berdua berhadapan dengan wanita berpakaian merah itu.

Jaemin benar-benar takut. Tangannya bergetar tanpa diminta, mukanya pucat pasi. Jeno yang sadar, segera menggenggam tangan kekasihnya, mengirimkan kekuatan pada Jaemin. "Na, jangan takut. Ada aku."

Lewat sudut matanya terlihat jelas bahwa Jaemin mengangguk, entah menyetujui ucapan Jeno atau menandakan dia tidak akan takut lagi. Kendati demikian Jeno yakin, Jaemin memberikan kepercayaan penuh padanya sebagai guardianpsychic.

"Kita turun dulu, jangan naik," perintah Jeno.

Perlahan mereka berdua akhirnya memutuskan untuk turun, mencari mustikanya di lantai satu, sembari harap-harap demit lorong telah menghilang. Baru dua langkah menapaki anak tangga, Jaemin berhenti.

Seluruh tubuhnya dingin, darah berdesir cepat, dan kedua tangan yang lantas menyentuh bahu Jaemin terasa seperti diguyur air es. Jelas itu bukan tangan Jeno, jari-jarinya sangat lentik dan pucat. Akan tetapi Jaemin pun tidak berani untuk berprasangka buruk bahwa ....

Lady in Red, wanita itu mendekatkan wajahnya pada telinga Jaemin. Berbisik, "Rek kamana?" Yang membuat Jaemin lantas melompat kaget dan hampir terjatuh jika Jeno tidak sigap menangkapnya.

"Na, kamu enggak apa-apa?" Sebuah pertanyaan tanpa jawaban pasti dari Jaemin lantas membuat Jeno geram sendiri.

Setelah ia membuat Jaemin terduduk pada anak tangga, Jeno menggertakkan giginya, dengan sigap tangannya terkepal dan melesat pada rahang Lady in red. Itu terjadi dengan sangat cepat, sehingga Jeno terkejut ketika kepalannya sungguhan tidak menyentuh apa-apa.

Padahal dengan jelas sosoknya ada di hadapan tepat. Itu kejadian yang tidak pernah diduganya. Jeno perlahan mundur, menyadari bahwa makhluk ini bukan tandingannya.

Mendadak wanita itu tertawa, sangat keras sekali, hingga menggema pada ruangan seluas ini. Melihat hal mengerikan ini membuat Jeno bergegas menarik Jaemin menjauh. Kakinya berlari turun, meninggalkan rupa yang semakin mengerikan dengan gelegar tawa tersebut.

"Nana, ayo lebih cepat! Dia pasti sudah gila!"

"Jeno, kita juga harus cepat bisa menemukan mustika blorong itu!" Jaemin mengatakan itu pada Jeno karena teringat kembali tujuan mereka setelah tadi sempat dibuat takut sekaligus merinding akan sosok dan keberadaan Si Sulung.

"Tapi dimana kita harus mencarinya? Padahal kita sudah hampir menulusuri lantai satu ini tapi gak dapat tempat dimana mustika itu diletakkan. Kalau dilantai dua aku takut dirimu akan diserang lagi oleh Lady In Red itu, Jaemin! Aku gak mau kamu kenapa-kenapa." Jeno sungguh terlihat begitu kalut. Ia cemas tiada henti, memberikan tatapan pada Jaemin dengan tulus hingga perasaannya menjadi transparan.

Keepers of The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang