12-Masa Lalu

48 6 6
                                    

"Tenang, saya tahu kok kalau masa lalu itu untuk dilupakan, dan kamu masa depan saya untuk diperjuangkan dan didoakan."

-Teman dekat Falisha

*****

"Ini Varsha, temanku selama sekolah," ujar Erland memperkenalkan Varsha kepada Falisha.

"Hai Varsha, kenalin gue Falisha." Falisha menjulurkan sebelah tangannya untuk berjabatan.

"Hai, saya Varsha."

"Pakai gue-lo aja, saya-kamu kaku banget, ga cocok buat dipake jaman sekarang." Falisha menepuk bahu Varsha.

Falisha, katanya 'teman dekat' Erland satu tahun yang lalu, sebelum Falisha pergi meninggalkannya ke Jerman. Falisha terlihat sangat cantik dengan rambut keriting gantungnya dan kulit putih yang mulus tanpa cela apapun. Ia memiliki senyum yang sangat manis, dapat membuat siapapun terpesona dengan senyumnya.

"Ohh iya, duduk disini. Lo mau pesan apa? Gue buatin," ujar Varsha, ia bangkit dari tempat duduknya, mempersilahkan Falisha duduk.

"Gue-" Falisha menatap ke arah Erland, "Cappucinno aja deh, gue ga suka teh."

"Disini ga jual teh, Sha."

"Kamu kok minum teh?"

"Ini khusus, aku kan ga suka kopi."

"Ohh iya, aku hampir aja lupa. Yaudah cappucinno satu ya."

"Iya," Varsha berjalan ke arah Doni—salah satu barista di Kafe ini.

"Mas, cappucinno-nya satu ya."

"Siap, cappucino satu." Mas Doni segera membuatkan pesanan Varsha.

"Itu siapa Kak?" tanya Mbak Nita sambil menyamakan arah pandangnya dengan Varsha, ke arah dua orang yang sedang bercengkrama dengan asyiknya.

"Falisha."

"Teman Kak Varsha sama Mas Erland?"

"Teman Kak Erland, Varsha baru aja kenal. Emangnya dia belum pernah kesini sebelumnya, Mbak?"

Mbak Nita menggelengkan kepalanya, "Kayaknya sih belum pernah, baru pertama juga lihat dia di sini."

Varsha menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Ia melihat Erland dan Falisha bergantian, cantik dan tampan, sangat serasi.

"Falisha cantik ya Kak," ujar Mbak Nita.

"Iya, cocok sama Kak Erland."

"Enggak dong, Mas Erland mah cocoknya cuma sama Kak Varsha."

"Kak, ini cappucino-nya." Mas Doni memberikan secangir kopi ke hadapan Varsha. "Makasih Mas Doni."

"Kak Erland sama Varsha cuma teman biasa Mbak, ga usah macam-macam deh." Varsha berjalan meninggalkan Mbak Nita ang sedang tertawa, karena berhasil meledek Varsha.

"Ini cappucino-nya." Varsha meletakkan secangkir cappucino buatan Mas Doni di hadapan Falisha.

"Wah udah jadi? Cepet banget." Falisha mengambil kopi itu dan meneguknya, "Enak, aneh banget kalau ada orang yang ga suka kopi."

"Kamu juga aneh, ga suka teh."

Varsha membalikkan badannya, berniat untuk pergi dari sini. Memangnya dia harus ngapain lagi? Berdiri menjadi patung sambil mendengarkan obrolan dua orang teman yang baru saja bertemu kembali itu? Membosankan, lagipula Varsha juga tak ma mengganggu.

"Mau kemana Sha? Sini gabung aja bareng gue sama Ando, masih ada kursi kosong kok di sini." Falisha memanggil Varsha, menunjuk satu kursi kosong yang tersisa di antara Falisha dan juga Erland.

Varsha : Si Pencinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang