9-Teh Panas

63 7 7
                                    

"Tehnya manis, hanya saja pahit di awal. Iya, seperti hidup."

-Perbincangan dua orang pencinta teh tanpa gula

*****

Pulang dari sekolah, Varsha langsung saja pergi ke Kafe, tentu saja dengan seijin Mamanya. Mbak Nita baru saja mengabari dirinya bahwa keadaan Kafe saat ini sedang ramai dan dua orang karyawan sedang cuti.

Varsha segera mengganti seragam putih abu-abunya menjadi setelan biasa untuk menjaga Kafe. Ia segera melayani semua pelanggan yang semakin lama, semakin banyak berdatangan. 

"Huhh, ternyata capek juga ya jadi seperti Mbak Nita." Varsha duduk di hadapan Mbak Nita yang sedang mengelap keringatnya.

"Haha nggak kok, saya juga sudh terbiasa kerja kaya gini dari dulu, Kak."

Keringat yang bercucuran sedang diberihkan menggunakan secarik tisu. Varsha menatap Mbak Nita penuh kasihan, ia tahu Mbak Nita pasti lelah.

"Mbak kalau haus sana buat kopi di dapur atau istirahat dulu, biar seger. Varsha bisa kok jaga Kafe-nya sendirian."

"Gausah kak, saya sudah minum air putih barusan"

"Ohh yaudah kalau Mbak Nita ga capek." Varsha menatap ke arah langit yang sedang mendung, "Hujan-hujan gini malah jadi ramai pengunjung ya Mbak."

"Iya memang gitu biasanya, kan kalau dingin-dingin gini banyak yang butuh kehangatan."

Varsha mengangukkan kepalanya sembari mengedarkan pandangannya, mencari sosok pelanggan setianya yang biasanya selalu datang.

"Mbak, Kak Erland itu datang setiap hari ya kesini?" Varsha menoleh ke arah Mbak Nita.

"Harusnya iya, tapi kadang juga dia ga dateng sih, tergantung."

"Gitu ya, tumben hari ini dia ga datang."

Mbak Nita menatap Varsha serta tersenyum penuh arti, "Kalian pacaran ya?"

"H-hah? Kami baru juga kenal Mbak."

"Beneran nih baru kena? Tapi, kayaknya deket banget gitu," goda mbak Nita.

"Ada-ada aja deh Mbak, deket darimana coba."

"Saya dukung loh, kalau misal kalian pacaran, cocok."

Varsha menggeleng pelan mendengar ucapan Mbak Nita, "Ada-ada saja Mbak Nita, kami itu cuma teman."

"Mbak, teh panasnya dua ya," pesan seseorang yang sedang dibicarakan oleh Mbak Nita dan Varsha. Erland duduk di hadapan Varsha dan Mbak Nita yang sedang sama-sama tertawa pelan, entah menertawakan apa.

"Ehh ada Mas Erland, panjang umur."

"Kok panjang umur? Lagi ngomongin saya ya?"

"Iya, kak Varsha yang ngomongin?"

"Lah kok saya sih mbak?" Varsha bertanya ke arah Mbak Nita karrena merasa dituduh, padahal kenyataannya ia baru saja membicarakan Erland.

"Kan benar Kak, udah deh saya mau buatin teh panasnya dulu. Kalian ngobrol aja dulu di sini ya."

"Ish dasar, Mbak Nita."

"Ciee, sekarang suka ngomongin saya ya? Saya cuma telat satu jam udah diomongin apalagi ga datang seharian."

"Siapa juga yang ngomongin kamu."

"Kamu."

"Nggak, saya ga pernah ngomongin kamu."

"Yakin?"

"Yakin."

"Iyadeh iya. Benar ternyata artikel yang saya baca semalam."

Varsha : Si Pencinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang