11-Orang Munafik

47 6 9
                                    

"Kasihan hujan, dia pasti kecewa, dia hanya disukai tapi tidak benar-benar dicintai."

-Pencinta hujan yang tidak munafik

*****

Saat ini Erland sudah berada di depan rumah milik Varsha, menunggu Varsha keluar dari rumahnya. Mereka akan pergi ke Kafe Hujan bersama.

Seseorang yang ditunggu akhirnya keluar, Varsha berlari kecil menghampiri Erland, "Maaf ya sudah membuat kamu menunggu."

"Gapapa kok, ini saya bawakan helm." Erland hendak memasangkan helm itu di kepala Varsha. Namun, segera ditahan oleh Varsha, takut merepotkan Erland.

"Makasih, saya bisa kok pakai sendiri."

"Ini mau langsung berangkat atau mau makan dulu?"

"Langsung ke Kafe saja."

Erland segera menjalankan sepeda motornya. Asal kalian tahu, ini baru pertama kalinya Erland membonceng seorang wanita, ralat ini kedua kalinya.

"Kamu kenapa kerja? Ga capek?"

"Saya suka bekerja di Kafe, seru banget."

"Apalagi kalau ada saya, pasti lebih seru ya."

Varsha tertawa pelan mendengar ucapan Erland.

"Saya suka ke Kafe sejak kecil, sejak saya masih SD."

"SD? Saat Kafe pertama kali buka?"

"Iya, waktu itu kan pembukaan Kafe sekaligus acara ulang tahun anaknya Pak Abian yang ke-" Erland terdiam sebentar untuk berpikir, "Yang ke-berapa tahun ya, saya lupa."

"Ke-9 tahun."

"Kamu juga diundang ke sana?"

"Iya," jawab Varsha mengiyakan, padahal kan dirinya yang sedang berulang tahun saat itu. Bisa-bisanya Erland sebagai tamu tidak tahu menghadiri acara ulang tahun siapa.

"Anaknya Pak Abian cantik ya, tapi gatau sih gimana sekarang, pasti cantik banget."

"Mungkin," ujar Varsha tersenyum.

Setetes demi setetes air dari langit kembali turun ke bumi.

"Gerimis nih, mau hujan."

"Iya, hujan datang lagi."

Hujan yang jatuh dari langit semakin deras, membuat Erland memberhentikan sepeda motornya di sebuah halte agar bisa meneduh terlebih dahulu.

"Neduh dulu ya, masih hujan." Erland memarkirkan sepeda motornya, lalu menggandeng Varsha, membawanya meneduh di bawah halte bus yang hanya berisikan mereka berdua.

"Katanya, kamu suka hujan?"

"Iya, saya memang suka hujan."

"Tapi kenapa harus meneduh dulu?" Varsha duduk di sebelah Erland sambil menunggu jawaban.

"Saya takut kamu sakit. Lagipula baju kamu nanti juga ikutan basah, kamu kan mau kerja."

"Alasan saja."

"Memangnya kenapa?"

"Banyak orang yang bilang, katanya menyukai hujan atau bahkan mencintai hujan, tapi saat hujan datang mereka malah enggan untuk menyatu dengan hujan. Katanya, mereka menyukai hujan, tapi saat hujan datang, mereka malah melindungi diri mereka dengan payung ataupun jas hujan, dasar manusia munafik. Kasihan hujan, dia pasti kecewa, dia hanya disukai tapi tidak benar-benar dicintai."

Erland menatap Varsha kagum, ia merasa terpana dengan kalimat demi kalimat yang Varsha ucapkan barusan.

"Kalau kamu, suka hujan? Atau hanya pura-pura mencintai hujan?"

Varsha : Si Pencinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang