4-Kedai Kopi bukan Kedai Teh

80 10 8
                                    

"Ya, karena kamu dan teh panas di sini cuma punya saya."

-Erland pencinta teh bukan kopi

*****

Seperti biasanya, setelah pulang sekolah Varsha harus segera bergegas untuk pergi ke salah satu Kafe Ayahnya yang berada di kota ini. Ayahnya sudah berpesan, bahwa dia harus mengurus ini semua jika tidak ada Ayahnya.

Dengan sangat terburu-buru akhirnya ia sampai ke tujuannya, tempat dengan papan kayu bertuliskan 'Kafe Hujan' di depannya.

"Selamat siang Kak Varsha," sapa salah satu karyawan Ayahnya yang paling lama bekerja disini.

"Selamat siang juga Mbak. Ohh iya Mbak, Varsha mau ngelayanin pelanggan hari ini, tolong ambilin apron punya Varsha ya," ujar Varsha meminta tolong kepada Mbak Nita—karyawan yang menyapanya tadi.

Mbak Nita adalah karyawan yang paling setia sekaligus karyawan pertama di Kafe Hujan. Mbak Nita tidak terlalu  tua, masih cukup muda, dua puluh tujuh tahun umurnya. Jika kalian tidak tahu umurnya, mungkin kalian akan menyangka bahwa Mbak Nita masih  berumur dua puluh tahun. Dengan kulit putih yang bersih dan badan yang lumayan tinggi memebuat penampilan Mbak Nita tak seperti pelayan Kafe biasanya, Mbak Nita terlihat seperti seorang model.

Setelah beberapa lama menghilang dari hadapannya, Mbak Nita kembali lagi dengan sebuah apron yang memang punya Varsha, "Makasih ya Mbak."

Varsha segera memakainya dan melayani semua pelanggan yang baru saja datang, menghampirinya, memberikan menu, menanyakan pesanannya, catat, lalu pesan. Varsha mengerutkan dahinya melihat seseorang yang baru saja datang. Dia Erland, Kakak kelasnya.

"Mau pesan apa?"

Erland menjawab tanpa mendongak, "Seperti biasa ya, Mbak Nita."

"Saya bukan Mbak Nita, mau pesan apa?"

Erland mendongak, melihat siapa yang melayaninya. Biasanya pasti Mbak Nita yang sudah hafal dengan pesanannya sedari kecil, sejak delapan tahun yang yang lalu, tak pernah berubah.

Erland mengerutkan dahinya, karena yang ia dapatkan bukan Mbak Nita, tapi malah Varsha, "Kamu sudah berapa lama menjadi pelayan di Kafe ini?"

"Umm, sudah agak lama," jawab Varsha seadanya. Masa Varsha harus berkata, "Sedari kecil, sejak dalam kandungan."

"Kenapa para pelayan yang lain tidak bilang kepada saya bahwa kamu kerja disini? Saya baru tahu."

"Memangnya kenapa harus bilang ke kamu?"

"Ya karena saya pelanggan lama, pelanggan paling setia di Kafe ini."

"Emang iya?" Varsha heran karena ia juga tidak pernah melihat Erland di Kafe miliknya atau Varsha saja yang tidak terlalu memperhatikan, entah, "Yang punya Kafe ini saja pasti tidak akan mengenalimu."

"Kenal kok."

"Bohong."

"Saya enggak akan pernah bohong."

Varsha tidak berniat untuk melanjutkan acara tuduh-tuduhan itu, "Kamu mau pesan apa?"

"Saya pesan teh panas tanpa gula, seperti biasanya saya pesan ke Mbak Nita."

"Di menu tidak ada." Varsha memberikan menu yang sedari tadi ia pegang ke hadapan Erland.

"Tapi saat saya pesan sama pelayan lain ada kok."

"Ya tapi di menunya tidak ada, saya cuma lihat di menu."

"Tapi, saya cuma mau teh tidak mau kopi."

Varsha : Si Pencinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang