5-Kenapa dan Karena

75 9 4
                                    

"Saya suka kamu, tapi saya masih belum cinta kamu."

-Varsha penggemar Dilan

*****

"Asha?" tanya Erland bingung mendengar sebuah nama yang agak asing di telinganya.

"Iya, Kakak saya yang sudah meninggalkan dunia ini sejak dua tahun yang lalu. Ah andai saya saja yang meninggalkan dunia ini."

"Kenapa? Kenapa harus kamu?"

"Kenapa jadi kamu yang bertanya kenapa?"

"Ya karena saya butuh jawaban, bukan alasan."

"Kenapa kamu harus tahu jawaban saya?"

"Karena, jika kamu meninggalkan dunia ini, maka saya juga akan meninggalkannya."

"Kenapa malah kamu yang meninggalkan dunia ini?"

"Karena kamu alasan saya hidup."

"Hah?"

"Katanya semuanya butuh alasan, ya kamu alasan saya." Erland kembali menyeruput teh panasnya yang sudah berubah menjadi teh hangat.

"Kamu hidup juga tidak langsung bertemu saya."

"Tapi, kalau saya terus menjalankan hidup, maka saya akan selalu bersama kamu."

"Kenapa?"

"Karena kamu hidup saya."

"Kenapa harus saya?"

"Sudah, terlalu banyak 'kenapa' yang kamu tanyakan kepada saya."

"Bertanya kenapa adalah hobi saya."

"Ya sudah kalau kamu maunya begitu, saya ikuti."

"Bagaimana cara mengikutinya? Kamu juga ikut menjadikan bertanya kenapa menjadi sebuah hobi?"

"Bukan, hobi saya menjawab dengan karena, karena kamu bertanya kenapa."

Varsha terdiam mendengarkan jawaban milik Erland yang hampir sama dengan jawaban Ayahnya beberapa tahun yang lalu.

"Ayah, menurut Ayah bertanya kenapa itu wajar tidak?" tanya Varsha kecil di pangkuan Ayahnya, sambil menikmati dinginnya angin mau hujan.

"Wajar, memang kenapa? Tuh kan, Ayah saja selalu bilang kenapa."

"Ah mulai sekarang hobi Varsha bertanya kenapa saja, lagipula Varsha tidak memilik hobi."

"Kalau hobi Varsha itu bertanya kenapa, maka hobbi Ayah menjawab karena."

"Kenapa gitu Ayah? Kenapa hobi Ayah ga bertanya kenapa juga? Biar kita sama, biar kita bisa sama-sama bertanya kenapa."

"Jika kamu bertanya kenapa, terus siapa yang bakalan jawab karena?"

"Terus kenapa Ayah hobi jawab karena?"

"Kan karena melengkapi kenapa. Jika tidak ada kenapa maka tidak ada karena, nah jika tidak ada karena bisa saja tidak ada kenapa."

Varsha kecil yang mendapat jawaban seperti itu hanya terdiam, menanyakan apa yang dibicarakan oleh ayahnya di dalam hati, sungguh saat itu ia tidak mengerti.

"Kenapa hobi kamu harus menjawab karena?"

"Untuk melengkapi kamu, sudah jangan tanya kenapa lagi, saya tidak punya jawaban."

"Si pemilik hobi menjawab karena harus punya banyak alasan."

"Tapi saya tidak suka alasan, saya hanya suka jawaban."

"Kenapa?"

"Karena alasan bisa saja berbohong."

"Memangnya jawaban tidak pernah berbohong?"

"Seharusnya tidak."

"Kenapa masih seharusnya bukan pastinya?"

"Karena beda orang beda pendapat. Bisa saja diluar sana bilang bahwa jawaban bisa juga berbohong, saya tidak bisa membantahnya."

"Sudah dulu ngomong kenapa dan karena, kita ganti topik saja sekarang gimana?" tanya Varsha, karena sudah agak bosan untuk berdebat tentang kenapa dan karena.

"Terus saya yang harus cari topiknya?"

"Ohh iya saya tahu topik yang harus dibicarakan tentang apa."

"Tentang apa?"

"Tentang kesukaan saya."

"Kamu mulai suka saya?"

"Bukan itu."

"Apa?"

"Saya suka Dilan."

Erland mengerutkan dahinya, "Dilan siapa? Mantan kamu? Saya tidak kenal. Lagi berdua gini, kamu malah ngomongin cowok lain."

Varsha tertawa kecil mendengar jawaban Erland, memangnya Erland hidup di jaman apa sampai tidak tahu dengan siapa Dilan, sang panglima tempur Bandung.

"Itu aku pernah baca dan nonton filmnya."

"Buku dan film karya Dilan?"

"Bukan, tapi buku dan film tentang Dilan."

"Ohh gitu, kamu bisa kok anggap saya ini sebagai Dilan. Ya tapi jangan kecewa, karena saya Erland."

"Saya lebih suka Erland daripada Dilan."

"Berarti kamu suka saya?"

Varsha terdiam mendengar pertanyaan yang diucapkan Erland barusan. Padahal, Varsha tidak berniat untuk berbicara seperti itu.

"Saya suka kamu, tapi saya masih belum cinta kamu," ujar Varsha dengan agak ragu, sengaja ia bilang belum, karena ya siapa tahu nanti mereka saling jatuh cinta? Hanya Tuhan yang tahu.

Erland mengerutkan dahinya, "Memangnya apa yang beda dari suka dan cinta?"

"Saya bingung jelasinnya, yang penting kalau ke hubungan yang lebih serius itu cinta, bukan suka."

"Jadi hubungan kita mau dibawa serius atau tidak?"

"Bahkan, kita belum kenal 24 jam."

"Berarti kalau sudah lebih dari 24 jam tidak apa-apa?" Erland terkekeh pelan, padahal ia mengerti maksud Varsha barusan, ia suka pura-pura bodoh di depan Varsha.

"Bukan gitu juga maksud saya."

"Terus maksud kamu gimana?"

"Saya capek buat jelasinnya."

******

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Varsha : Si Pencinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang