2-Bertemu

104 10 3
                                    

Langit yang cerah dan matahari yang mulai masuk menyapa semua orang, menandakan bahwa kini sudah pagi. Seorang gadis dengan rambut yang terurai indah keluar dari kamarnya untuk menghampiri Mamanya.

"Selamat pagi, Ma," sapa Varsha kepada seseorang yang sudah berusia kepala empat, sedang duduk di meja makan.

Delia, Mama serta keluarga satu-satunya yang masih Varsha punya saat ini. Menurut Varsha, Mamanya ini sangatlah cantik, sehingga tak dapat dipungkiri bahwa Abian-Ayahnya yang di cap sebagai pemilik Kafe terbanyak di kotanya juga ikut mencintai Mamanya.

"Semalam Varsha masak ayam goreng buat sarapan hari ini," ujar Varsha memberi tahu sambil mengeluarkan makanan-makanan yang sudah ia siapkan dari semalam ke meja makan.

Ya, ia memang menyiapkannya malam-malam, karena biasanya setelah memasak ia akan belajar hingga pagi lalu sekolah, tidak ada waktu lagi. Sebenarnya Varsha bisa saja menyewa banyak asisten rumah tangga, tapi ia tidak ingin orang lain yang menjaga Mamanya selagi  masih ada dirinya.

"Makasih, kamu memang sama seperti Asha."

Nama itu lagi yang disebut, sepertinya Delia memang sudah tidak ingat bahwa ia memiliki anak selain Asha.

"Ini Varsha ma," ujar Varsha pelan sekadar mengingatkan Mamanya.

Asha, anak pertama Abian dan Delia. Asha adalah sosok anak kesayangan Delia, bahkan saat Asha salah pun ia tetap mendapat belaan dari Mamanya. Sejak kecil, Varsha memang selalu dibanding-bandingkan dengan Asha, dari segi kepintaran, kecantikan, ke-rajinan dan banyak lagi. Varsha akui, Asha memang lebih segalanya dibanding Varsha. Untung saja sejak dulu ada Ayahnya yang selalu menjadi pelindug sekaligus pembela bagi Varsha. Jika Asha dibela oleh Mama, maka Varsha akan selalu dibela oleh Ayah.

Sayangnya, dua tahun yang lalu, Asha meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Asha meninggal karena kecelakaan mobil yang disebabkan oleh overdosis minuman keras. Setelah diprediksi, katanya Asha meminum minuman keras itu dikarenakan terlalu stress memaksakan dirinya belajar tanpa henti dengan paksaan, tentunya paksaan dari mamanya.

Kondisi Mamanya saat ini tetap tidak ada perubahan, tetap sama seperti dua tahun yang lalu, disaat mendengar kabar bahwa anak pertamanya telah meninggal.

Sejak saat itu, Mamanya tidak bisa benar-benar menerima kepergian Asha. Kini, Delia semakin memaksa Varsha agar bisa berperilaku yang sama seperti Asha, rasanya Varsha hidup hanya untuk menjadi pengganti Kakaknya. Banyak yang bilang, katanya Varsha sangatlah mirip dengan mendiang kakaknya, bahkan ada yang bilang bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari kakaknya, konyol. Varsha saja tidak merasa bahwa dirinya bisa semirip itu dengan Asha. Dulu saja saat masih ada Asha di sunia ini, ia selalu dibanding-bandingkan oleh Mamanya, Asha lebih cantik dan lebih sempurna daripada Varsha.

Abian—Ayah Varsha, sosok Ayah terbaik yang baru saja meninggal dua bulan yang lalu. Varsha pun masih belum bisa menerima sepenuhnya bahwa Ayahnya memang sudah benar-benar tiada. Dunianya juga ikut hancur seketika saat mendengar Ayahnya sudah tak bisa lagi berada di sampingnya.

"Dimakan Ma, Varsha yakin pasti Mama suka."

Delia pun menyuapkan sesuap nasi ke dalam mulutnya lalu tersenyum ke arah Varsha, "Enak kok, Varsha."

Varsha tersenyum, tersenyum karena namanya disebut.

"Kamu makan sayurnya," ujar Delia melihat piring Varsha yang tidak ada sayur disana.

Varsha kembali tersenyum, melihat Mamanya perhatian dengannya.

"Enggak usah Ma, Mama aja yang makan. Lagi pula Varsha juga ga terlalu suka sayur," jawab Varsha jujur.

Varsha : Si Pencinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang