11. DIA

17 4 0
                                    

"Parah lo kak, nekat banget lo nyolong mangga." Ucap Senja dengan napas yang tak beraturan.

"Untung itu anjingnya udah gak ngejar lagi." Lanjutnya.

"Brisik lo!" Ucap Gema.

"Sini ikut gue," Gema menarik tangan Senja menuju sebuah bangku yang ada di halte sekitar mereka.

Senja memperhatikan gerak gerik Gema tanpa berkedip sedikit pun. Mungkin ia sudah mulai mengagumi Gema dalam diamnya.

Senja melotot kaget, "Wah, parah lo kak kok pake acara bawa-bawa pisau sih ke sekolah?" Tanya Senja heboh.

"Oh, pisau ini?" Ucap Gema sembari mendekatkan pisau yang ia pegang ke leher Senja.

"Iss... Jangan main main deh kak sama pisau, ngeri tau."

Gema tak menghiraukan ucapan Senja, namun ia malah semakin mendekatkan mata pisaunya pada Senja.

"L-lo, mau apa kak?" Ucap Senja gemetar.

"Gue mau kupas kulit, seditik demi sedikit." Gema

Senja hanya bergidik ngeri. Pasalnya daerah tempat mereka berada sekarang cukup sepi, tidak ada orang yang melintas di sini.

Pikiran Senja kembali berandai andai. Dalam pikiran Senja terus saja menebak apa yang akan Gema lakukan dengan pisau itu dan kenapa ia membawa pisau?

Senja terus saja membayangkan bagaimana nasibnya jika ternya Gema adalah seorang psikopet? Eh, psikopat maksudnya. Mungkin saja sebentar lagi ia akan menjadi daging cincang.

"Hoi!"

Seketika itu pula Senja tersadar dari lamunannya yang sangat menyeramkan itu.

"Hah, kenapa kak?"

"Ini lo mau atau enggak?" Tawar Gema.

Senja hanya mampu diam mematung. Pasalnya sedari tadi ia sudah berandai-andai yang tidak tidak. Mungkin bisa dikatakan berlebihan.

"Ini udah gue kupas sama udah gue potongin loh." Gema menawarkan sepotong mangga kepada Senja.

Akhirnya Senja sudah bisa kembali bernapas dengan tenang. Untung saja apa yang ia bayangkan tadi hanya hayalan dan tidak menjadi nyata.

"Makasih." Ucap Senja menerima mangga pemberian dari Gema.

"Gimana enak gak?" Tanya Gema di sela merek menikmati mangga itu.

Senja terlihat tengah berpikir, "Em, lumayan lahh."

"Serah lo deh."

"Hm..."

Gema beranjak dari tempat duduknya, "Yok pulang udah sore, tar sampe rumah bisa bisa malem kalau kelamaan di jalan."

Tanpa menjawab sepatah kata pun Senja berjalan begitu saja meninggalkan Gema. "Emang dasar lo ya, main pergi aja. Gue di tinggal lagi." Gerutu Gema.

"Lo sih lelet kak, kek keong racun."

"Keong racun pala lo pitak cil." Ucap Gema dengan berlari menyalip Senja yang lebih dulu berjalan, tak lupa tangannya juga ikut menjitak agak keras kepala Senja dari belakang.

Senja yang tak terima dengan perlakuan Gema pun akhirnya ikut berlari mengejar Gema. "Sialan Lo kak, sakit nih."

"Bodo gak perduli, sini kejar kalau bisa cil." Ledek Gema.


****

Seperti hari hari biasanya. Seorang gadis cantik berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya. Kondisi sekolah memang masih sepi. Hanya beberapa siswa siswi yang sudah berada di kelasnya, itu pun hanya mereka yang mendapat jatah untuk piket kelas.

GEMA SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang