10. MANGGA

17 5 3
                                    

***

"Kak, kenapa liatin gue terus?"

"Ada yang salah ya sama penampilan gue?" Senja celingak-celinguk mencari sesuatu yang mungkin menjadi titik dari pandangan Gema.

Senja semakin di buat penasaran olehnya yang sedari tadi hanya diam menatap Senja dengan serius sembari tangannya mengaduk-aduk semangkuk bakso. Senja yang tak nyaman dengan situasi seperti itu hanya bisa pasrah, bertanya pun tiada guna. Gema masih saja bungkam dan tak mau angkat bicara.

"Lo mau tau apa yang salah dari lo?" Tanya Gema, Senja hanya mengangkat satu alisnya sebagai pertanda 'apa'.

"Sebenernya sih bukan lo yang salah"

"Jadi?" Senja hanya mengerutkan keningnya dengan perkataan Gema. Sudah bingung ditambah bingung lagi dengan teka-teki Gema.

Gema menghela napasnya, "Tuhan yang salah."

"Tuhan?" Tanya Senja bingung.

Gema hanya tersenyum melihat raut kebingungan dan beribu lertanyaan yang sepertinya akan membanjirinya sekarang. Bisa-bisa, butuh waktu satu minggu untuk meladeni semua pertanyaan Senja.

"Kenapa Tuhan yang salah? Terus hubungannya apa sama gue?" Tanya Senja lagi.

"Lo tau kenapa Tuhan yang salah?" Tanya Gema.

"Karena Tuhan salah, kenapa Dia mengenalkan bidadari kepada seseorang yang tak berbudi seperti gue." Jelasnya

"Dan ya, kenapa juga Tuhan ciptain makhluk secantik lo?" Lanjut Gema.

Bluss...
Senja menjadi salah tingkah karena kata-kata Gema. Tempat duduk yang semula nyaman menjadi tidak nyaman. Udara yang tadinya sejuk dengan langit yang mendung kini menjadi sedikit gerah. Sama halnya dengan degub jantung Senja, ia tak pernah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Tapi entah mengapa saat berada dekat dengan Gema detak jantungnya menjadi lebih cepat. Apalagi mendengar kata-katanya barusan? Ya Tuhan... bisa-bisa jantungnya melompat keluar dari tempatnya.

"Ya... i-iya lah cantik kan gue cewek masa iya ganteng?"

"Oh iya ya, kan kalau yang ganteng cuma gue."

"Ya gak?" Lanjut Gema terus menggoda Senja. Entahlah, mengapa ia bisa menjadi seperti ini. Sangat berbeda sekali dengan dirinya yang dulu. Ia yang cuek dan terkesan tidak perduli pada perempuan kini menjadi sebucin ini pada perempuan. Entah sihir apa yang memancar dari Senja sehingga membuat Gema berubah menjadi seperti ini.

"Iss... apaan sih, gaje lo kak."

Gema tersenyum manis, "Gaje-gaje gini lo suka kan?" Tanya Gema.

"Gak!" Jawab Senja cepat.

"Ngaku aja kalau emang suka, gak usah malu-malu tikus lo"

"Hidih, siapa juga yang malu? Ngapain juga malu sama lo?" Senja masih saja terus mencari-cari celah agar ia bisa lolos dari situasi ini dan juga Gema pastinya.

Jika terus terusan seperti ini semua penyakit akan lagsung menyerangnya. Penyakit? Apa hubungannya? Tentu saja banyak sekali hubungannya. Mulai dari senyum manis Gema yang akan membuat Senja mengalami diabetes karena terlalu banyak asupan yang manis-manis, penyakit jantung bila terlalu lama berada di dekat Gema karena entah mengapa bisa berdetak di atas normal.

"Hm..." Gumam Gema, ia mengalah saja pikirnya.

"Habisin tuh makanannya, biar cepet gede gak boncel mulu lo."

"Enak aja ngatain gue boncel?" Kata Senja yang kembali hanya dibalas senyuman oleh Gema.

Untuk sepersekian waktu suasana menjadi hening. Tak ada kata yang terlontar dari mulut keduanya. Mereka sama-sama hening, kembali menikmati makanan yang mereka pesan tadi.

***

"Lo mau pulang bareng gue atau gimana?" Tanya Vera.

"Sendiri aja deh Ver, lagian arah ke rumah lo sama ke rumah gue kan beda arahnya?"

"Oke deh kalo gitu, hati-hati ya"

"Bye, gue duluan."

Mereka berpisah di depan gerbang sekolahnya. Vera yang sudah mendapatkan jemputannya langsung saja pulang, sedangkan Senja masih harus menunggu lagi. Tapi sepertinya tidak, dia kini memutuskan untuk pulang sendiri saja. Senja memilih pulang dengan berjalan kaki menuju rumahnya.

"Senja!" Teriak seseorang dari arah belakang. Tapi tunggu, sepertinya ia mengenal betul siapa pemilik suara itu.

Gema menoleh ke belakang, "Kak Gema." Gumamnya.

Gema mulai menormalkan napasnya yang ngos-ngosan, sehabis berlari beberapa ratus meter dari sekolahnya guna menghampiri Senja.

"Pulang bareng, ya?" Kata Gema setelah napasnya kembali normal.

"Lah, terus motor lo gimana kak?"

"Masa iya di tinggal di sekolah? Yang ada hilang nanti lah." Lanjut Senja.

Gema hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Dasar bocah, orang belum selesai ngomong udah main di potong aja." Ucap Gema kemudian mengacak rambut Senja gemas.

"Iss... jangan di acak-acak, jadi berantakan kan?" Ucap Senja sembari merapikan rambutnya karena ulah Gema.

"Ya sudah, iya maaf deh."

"Habisnya lo gemesin sih, jadi pengen gue karungin terus dibawa pulang."

"Dih, di kira buah nangka kali pake acara di karungin segala."

"Kak, lo belom jawab pertanyaan gue loh?"

"Pertanyaan?" Tanya balik Gema.

"Itu loh, motor lo di mana kok lo mau pulang jalan kaki bareng sama gue?"

"Owh, itu motor gue lagi di servis. Biasa lah motor lama jadi kadang manja." Jelas Gema.

"Owh, gitu... "

"Kak, liatin apaan sih?" Tanya Senja. Matanya ikut celingak-celinguk menirukan apa yang Gema sedang lakukan.

"Sini deh gue bisikin."

Senja mendekatkan telinganya kepada Gema, "Dih gila lo kak, yang ada nanti di gebukin warga lah. Gak mau gue, gak mau!" Tolak Senja. Pasalnya apa yang baru saja Gema katakan adalah hal yang sangat konyol menurutnya.

"Iss... ayo lah..."

"Kan ada gue?" Rayu Gema.

"Gak mau gue, konyol banget ide lo kak."

"Masa iya mau nyolong mangga sih, kek gak ada duit aja buat beli. Tuh di pasar atau supermarket juga banyak yang jual." Jelas Senja.

"Ya, lo mah gitu."

"Nih ya gue kasih tau, kalau sesuatu yang diambil langsung dari sumbernya itu tuh masih fress... masih seger, enak mantap." Jelas Gema di akhiri dengan mengacungkan kedua jempolnya pada Senja.

"Apalagi ngambil lo langsung dari orang tuanya, iya gak?" Goda Gema sembari menaik turunkan alisnya.

"Dah deh kak, suka hati lo aja mau kek mana. Intinya gue mau pulang, bye." Ucap Senja kemudian berlalu pergi meninggalkan Gema yang masih tetap setia pada tempatnya. Masih tetap melirik mangga matang yang ada di pekarangan rumah Pak Bewok.

Setelah berjalan lumayan jauh dari tempat ia tadi berada Senja merasa heran, mengapa Gema tak menyusulnya. Padahal ia berharap Gema akan berlari menghampirinya. Seperti apa yang di lakukan oleh para aktor di FTV yang ia tonton beberapa hati yang lalu. Tapi nyatanta? Nihil... apa yang ia bayangkan hanya tetap impian.

"BURUAN LARI!!!" Teriak Gema. Senja tersentak kaget, pasalnya ia tak siap dengan apa yang Gema lakukan barusan. Menarik tangan kanannya secara tiba-tiba.




















Hallo gays...

Gimana kabarnya nih?

Akhirnya bisa up juga nih...

Jangan lupa follow sama voment ya...

See you next part...

GEMA SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang