Seperti hari-hari yang lalu, Senja kembali melanjutkan aktifitasnya yaitu belajar di sekolah. Kelas XI MIPA 2 SMA Tunas Muda. Sekolah yang cukup bisa dibilang favorit dengan fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap tentunya.
Saat tengah menuju kelasnya tanpa sengaja dia kembali bertemu dengan Gema. Kakel nyebelin plus suka cari muka depan ayahnya, itu menurutnya. Dia masih saja kesal karena kejadian kemarin sewaktu mobil ayahnya mogok.
Dengan sengaja Gema menghentikan langkahnya tepat di depan Senja. Alhasil langkah Senja terhalang oleh tubuh jangkungnya. Gema hanya diam dan memperhatikan Senja secara intens dari ujung rambut hingga kaki.
"Apa lo liat-liat? Lo naksir ya sama gue?" Tanya Senja penuh selidik.
"Ternyata lo termasuk golongan cewek yang punya kepercayaan diri yang cukup tinggi juga ya?" Ucap Gema.
"Gak jelas lo kak, mending minggir deh gue mau lewat. Keburu nanti gurunya masuk kelas lagi, bentar lagi bell nih." Senja sedikit mendorong tubuh Gema, mencoba melewatinya. Namun itu hanya sia-sia saja, Gema sama sekali tidak berpindah dari posisi tempatnya berdiri.
"Iss... minggir deh lo kak, gak bosen apa cari ribut mulu sama gw?"
"Enggak tuh, menurut gw sehari aja gak ribut sama lo dunia ini tu terasa hambar. Kurang menarik gitu loh," ucap Gema seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Udah ya kak, ini masih pagi gw gak mau ribut dulu."
Gema membiarkan Senja pergi. Mungkin sekarang dia membiarkannya lolos tapi lihat saja nanti apa yang akan Gema perbuat pada Senja.
---------------
"Niel, ke kantin yok?" Ajak Gema setelah merapihkan buku-bukunya.
"Kuy berangkat om,"
"Om? Mata lo katarak ya? Orang seganteng gue dan semuda gue lo panggil om?" Tanya Gema kepada Daniel secara bertubi-tubi.
"Dah bosen punya mulut lo?" Tanya Gema lagi.
"Kan lo kumat lagi gobloknya."
"Sekarang gue tanya, orang kalo dah bosen punyamulut mau lo apain coba?" Lanjut Daniel.
"Ya, kalo lo dah bosen punya mulut mending lo jual gantiin sama paruh burung bangau. Cocok banget tuh buat lo." Kata Gema.
"Dah gila lo, ya kali babang tamvan kek gue punya paruh." Bela Daniel.
"Babang tamvan? Tukang nampan gue percaya, Niel." Ejek Gema lagi.
"Udah-udah, malah jadi kek debat pilpres gak ada selesai-selesainya. Katanya tadi mau ke kantin, ya sudah ayo keburu bell masuk nanti."
"Ya sudah ayo" Sahut Gema.
Mereka mulai memasuki area kantin yang bisa dikatakan cukup ramai itu. Mereka berdua melangkahkan kaki mereka berniat untuk memesan makanan untuk mengisi perut keroncongan mereka.
Setelah selesai dengan acara pesan memesan makanan Gema mengedarkan pandangannya, mencari-cari tempat duduk yang kosong agar mereka bisa duduk dan menikmati makanan mereka dengan tenang.
"Niel, gak ada tempat duduk kosong nih terus gimana?" Tanya gema dengan semangkuk bakso dan segelas es teh di tangannya.
Daniel ikut mengedarkan pandangannya, "Itu ada noh di pojokan, ke sana aja yok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA SENJA
Teen FictionAda rasa yang hanya jadi wacana. Ada pula cinta yang hanya jadi rencana. Ada rasa yang kalah dengan rupa. Ada pula insan yang hanya terpendam dalam aksara. Bukan takdir, kamu, atau aku. Namun semua tentang waktu. Lama dirasa yang membalas malah luka.