"Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa yang tau."
---------------
Sepasang suami istri tengah menunggu kehadiran putri mereka yang tak kunjung juga pulang dengan kawatir. Bagaimana tidak, mereka orang baru di sini dan tak hapal betul daerah ini.
"Ayah, cepet dong di telphone lagi Senja. Bunda kawatir banget ini kok belum pulang-pulang juga." Kata Ratih kawatir.
"Ini tuh udah mau magrib lo yah," Katanya lagi.
"Sabar dong bun, ayah juga lagi coba telphone Senja ini." Ucap ayah dengan jari yang masih setia mengotak-atik gawainya.
"Ada apa ini kok ribut-ribut?" Tanta Tio yang baru saja datang dari kamarnya.
"Itu kok bunda keliatan kawatir banget? Ayah juga dari tadi telphone siapa sih kok ribet banget keknya?" Tanya Tio lagi.
"Kamu itu kalau tanya tuh satu-satu kenapa, bingung ayah mau jawab yang mana dulu." Hardik ayah.
Tio hanya cengar-cengir tidak jelas, "He... he... he..." tawanya.
"Jadi adik kamu itu belum pulang-pulang juga dari sekolah, Tio..."
"Hah, yang bener bun?" Ucap Tio kaget. Bagaimana tidak, senja itu lerempuan dan sekarang hari sudah hampir gelap bukan.
"Kok belum pulang sih, ini aja udah mau gelap loh?" Lanjut Tio.
"Mana bunda tau, kalo bunda tau alesan adik kamu belum pulang mungkin bunda gak sekawatir ini."
"Yaudah gini aja, mendingan Tio cari aja gimana?"
"Nah, bunda setuju sama Tio,"
"Ya sudah, sana cepetan cari adik kamu. Ayah takut dia kenapa-kenapa di jalan."
"Kalau gitu Tio berangkat yah, bun?"
"Iya hati-hati di jalan ya"
Tio berjalan dengan tergesa-gesa, pikirannya selalu saja menerka-nerka hal yang negatif tentang adiknya.
Sampai di depan rumah Tio kembali lagi ke dalam, ada sesuatu yang sangat penting baginya tertinggal di kamar.
"Loh Tio kok balik lagi? Senja mana emang dah ketemu?" Tanya Ratih.
"Belum, bun"
"Terus kamu ngapain balik lagi kalau Senja belum ketemu?" Bukan Ratih, tapi gantian Rudi yang angkat bicara.
"Itu loh yah... an... anu..."
"Anu... anu... anu apa sih Tio? Kalau ngomong yang jelas dong jangan bikin bunda sama ayah bingung."
"Ck, makanya ayah sama bunda diem dulu Tio belum selesai bicara aja dah di potong sama bunda sama ayah."
"Ya sudah cepetan ngomong, minta uang bensin?" Tanya Rudi.
"Bukan yah, itu loh kunci motor Tio ketinggalan di toilet." Jelasnya.
"Lah, kok bisa di toilet sih? Emang kamu berak perlu kunci motor?"
"Enggak gitu juga kali bun, tadi tuh pulang kuliah Tio keburu pibgin buang air jadi kunci motor kebawa ke toilet deh sama Tio" ucapnya sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Ya sudah cepetan sana ambil habis itu langsung cari Senja, sampai ketemu!"
"Iya-iya bun, galak amat sih."
Tio langsung saja berlari mengambil kunci motornya kemudian ke luar dari rumah untuk mencari sang adik. Tidak biasanya adiknya itu keluyuran sampai sesore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA SENJA
Teen FictionAda rasa yang hanya jadi wacana. Ada pula cinta yang hanya jadi rencana. Ada rasa yang kalah dengan rupa. Ada pula insan yang hanya terpendam dalam aksara. Bukan takdir, kamu, atau aku. Namun semua tentang waktu. Lama dirasa yang membalas malah luka.