05. APA, HMM...?

25 8 16
                                    

---------------

"Niel, lo kalo gue bonceng bisa munduran dikit gak?" Tanya Gema dengan suara lantang. Jika tidak demikian mungkin suaranya tidak akan terdengar oleh Daniel karena kalah oleh angin yang berhembus.

"Ya lo nya aja tuh yang sengaja bawa motornya kebut-kebut." Kata Daniel dengan sedikit mengeratkan pegangannya pada pinggang Gema.

Meskipun memiliki tubuh yang bisa dikatakan maco alias mantan copet ( enggak-enggak cuma bercanda kok ) Daniel merupakan orang yang takut untuk di ajak kebut-kebutan di jalan raya seperti yang Gema lakukan sekarang. Maklum saja anak manja.

"Dasar penakut! Baru kayak gini aja lo udah teriak-teriak, gimana mau gue ajak adu balap lo."

"Yang ada gue udah nyebrangin Selat Sunda lo belum sampe pelabuhan, parah lo mah." Ejek Gema lagi.

"Sumpah lo jahat banget sama gue, lo kan dah tau dari dulu gue tuh takut kalo naik motor kebut. Makanya bokap gue gak pernah beliin gue motor ogeb!" Teriak Daniel.

Raut wajahnya sudah pucat pasi, entahlah mungkin saja jika dia bukan laki-laki dia akan lebih memilih pura-pura pingsan. Daripada dia harus terus di bonceng oleh gema yang menjalankan motor seperti orang kesetanan.

"Udah lo tenang aja kalau pun kita jatuh, kan tetep ke bawah gak ke atas."

"Ya iya lah bego dari zaman nenek moyang gue brojol kalo yang namanya jatuh ya ke bawah gak mungkin ke atas! Lo tuh jadi orang pinter kok belagak bego sih? Heran gue sama lo!" Cerocos Daniel yang panjang sepanjang harapan.

"Kecuali satu hal yang bikin jatuh tu ke atas," lanjutnya.

"Jatuh apa?" Tanya Gema heran.

"Jatuh hati! Haa... haa... haa..." Dan ketika itu pula tawa Daniel pecah begitu saja.

"Banke lo!" Kata Gema, kemudian dia mempercepat laju motornya.

"Gila lo, kalau mau mati jangan ajak-ajak gue bego!"

"Salah sendiri lo tadi mau pulang sama gue, dah tau juga kalo lo takut naik motor kebut dan lo tau juga tau kan gue naik motornya gimana?"

"Iya tau gue..."

"Kek mana tuh?" Tanya Gema.

"Kek orang kesetanan!" Teriak Daniel.

"Anjim lo Niel!"

Sedikit-demi sedikit Gema mulai mengurangi kecepatan motornya. Dia melihat sebuah mobil sedan tengah terparkir di pinggir jalan yang sepi dengan seorang lelaki paruh baya yang berdiri di samping mobil.

"Niel, liat deh tu mobil kenapa ya?"

"Iya ya tu mobil kenapa?" Daniel bertanya balik kepada Gema.

"Eh, liat deh Niel tuh orang keknya minta batuan. Tu liat orangnya ngelambai-lambain tangan?"

"Eh iya itu, mogok kali ya? Samperin yuk," Ajak Daniel.

Gema mulai mendekati mobil tersebut dan menghentikan laju motornya tepat di samping mobil yang mogok.

"Maaf om ada yang bisa kami bantu?" Tanya Gema sopan.

"Oh iya, kebetulan mobil saya mogok dan saya gak tau apapun tentang mesin."

"Biasanya supir saya yang ngecek kondisi mobil. Tapi karena supir saya sudah keluar jadi mau tidak mau saya yang harus lakuin semuanya sendiri." Katanya lagi.

Gema dan Daniel hanya diam dan mengangguk-anggukan kepala mereka mendengar penuturan dari orang tersebut.

"Boleh saya cek dulu om kondisi mesin mobilnya?" Tawar Gema.

GEMA SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang