"Yang namanya teman itu tetap teman, mau sekonyol dan seaneh apapun kalau bisa menerima ya pertahankan."
~Gema Aditya
---------------
Sesampainya di depan rumah, Senja langsung dibawa masuk oleh sang ayah. Bunda Senja yang sedari tadi gelisah memikirkan anaknya yang tak kunjung pulang menjadi bertambah hawatir dengan kepulangan anaknya dalam kondisi basah kuyup dan kedinginan.
Suasana rumah yang biasanya tenang kini berubah menjadi sedikit ricuh karena kepulangan Senja dalam kondisi yang dapat dikatakan sedikit buruk.
"Astagfirullah, Senja kamu kenapa nak?" Tanya bunda.
"Senja kenapa yah?" Tanya bunda lagi, kini bukan kepada Senja namun beralih kepada ayah.
"Senja enggak papa kok bun, cuma tadi kehujanan jadi basah kuyup gini deh bun." Jelas senja.
"Maafin ayah bun, tadi ayah telat jemput Senja karena ada operasi dadakan." Sesal ayah Senja.
"Sudah-sudah, sekarang kamu istirahat dulu ya, nak." Kata bunda sembari mengelus rambut panjang Senja.
Tak menunggu lebuh lama lagi Senja langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Dia melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga menuju ke kamarnya.
Sepeninggal senja hanya ada keheningan yang menyelimuti ayah dan bunda. Tak ada yang memulai obrolan lebih dahulu.
"Bun," panggil ayah.
"Iya, kenapa yah?"
"Maafin ayah ya, bun?"
"Iya gak papa, ini juga bukan salah ayah sepenuhnya kok. Lagi pula itu semua sudah tugas ayah sebagai seorang dokter bedah, benar bukan Dokter Rudi?"
"Tapi, lain kali kalau misalkan ayah enggak sempet jemput Senja ayah bisa kasih kabar dulu. Biar kejadian seperti ini gak keulang lagi." Lanjutnya.
Ayah tak menjawabnya tapi malah merengkuh tubuh bunda ke dalam dekapannya, lalu mengecup singkat pucuk kepala bunda.
"Makasih."
---------------
Tepat pukul 19.13 malam Gema baru sampai di rumahnya. Seperti biasa, seorang pria dengan perawakan jangkung berdiri di ambang pintu sembari melipat tangannya di depan dada. Tak lupa dengan tatapan elangnya yang terfokus kepada Gema.
Gema mulai medekat, lebih dekat lagi. Hingga berhenti tepat di hadapan pria tersebut.
"Kenapa baru pulang?" Tanya pria itu dingin.
Tak berbeda dengan yang menatap, Gema yang ditatap dingin ikut membalas dengan tatapan yang sama. "Tadi Gema latihan basket dulu." Jawab Gema tak kalah dingin.
"Lain kali kalau mau pulang telat itu kasih kabar, biar papah gak kawatir kayak gini." Kini tatapan dan kalimat yang dilontarkan pria yang mengaku sebagai papah Gema sedikit melembut.
"Maaf, tadi ponsel Gema batrenya habis pah." Terangnya.
"Kenapa bisa habis? Emangnya kamu gerogotin itu batre ponsel kamu?"
Seperti inilah papa Gema, seseorang yang bisa dikatakan sebagai orang yang humoris. Begitu pula dengan Gema. Dia merupakan seorang anak yang periang.
"Ya enggak gitu juga kan pah?"
"Lagian kamu itu bikin papa hawatir aja, sekolah pulang kok malem banget kayak gini." Omel Satya pada Gema.
"Iya-iya, besok Gema gak akan kayak gini lagi." Kata Gema.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA SENJA
Teen FictionAda rasa yang hanya jadi wacana. Ada pula cinta yang hanya jadi rencana. Ada rasa yang kalah dengan rupa. Ada pula insan yang hanya terpendam dalam aksara. Bukan takdir, kamu, atau aku. Namun semua tentang waktu. Lama dirasa yang membalas malah luka.