13. Freedom

1.9K 95 11
                                    

Sorry banget nih buat yang nungguin cerita ini, perasaan kemaren tuh aku udah publish, tapi bingung kok notif sepi, pas di cek ternyata ga ke publish Yaaa 😭... Ga tau juga sih, mungkin sebagian ada yang udah masuk ada juga yang belom. Yaudh ga usah lama-lama ngomong nya. Selamat membaca semua
----------------

Setelah beberapa hari, masalah kontrak baru yang aku tanda tangani semakin terngiang-ngiang di kepalaku. Waktuku sudah mulai berhitung mundur dan tidak ada yang semakin baik.

Malahan semakin hari, Daddy semakin sering menghilang begitu saja. Aku tidak tahu entah dia sedang sangat sibuk bekerja atau apa. Yang pasti, waktuku dengan Daddy semakin sedikit. Dia menjadi lebih sering bekerja di kantor dan sangat jarang menghubungiku kalau tidak untuk bertanya beberapa hal penting.

Biasanya Daddy akan selalu mengangkat telepon dariku, tapi belakangan ini aku semakin merasa semuanya berubah. Dia tidak setiap saat mengangkatnya, malah tidak ragu untuk menolak panggilanku. Aku sempat berpikir Daddy mungkin sedang benar-benar sibuk dan akan bertambah sibuk setiap harinya.

Entah apa ini hanya karena pikiranku saja, atau memang aku merasa Daddy semakin berusaha untuk menjauhiku lebih awal? Mungkin itu hanya pikiran negatifku. Daddy sudah mengatakannya kalau dia masih akan menghabiskan waktu denganku sebulan ini. Mungkin ini hanya akan berjalan beberapa hari, lalu semuanya kembali seperti semula untuk sementara.

Bahkan saat ini aku tidak bisa fokus dengan skripsiku. Aku hanya sedang membacanya kembali untuk memastikan kalau nanti aku akan bisa menjawab semua pertanyaan yang mungkin saja di tanyakan. Tapi rasanya tidak ada yang bisa masuk ke dalam otakku di saat kepalaku sedang terisi penuh oleh hal-hal negatif yang aku pikirkan.

Aku ingin menyusul Daddy ke kantornya, tapi aku takut itu malah akan mengganggu pekerjaannya.

Sekarang aku hanya berada di rumah Daddy yang besar ini sendirian. Tidak banyak yang bisa aku kerjakan disini. Aku juga tidak sebebas berada di apartemenku sendiri. Di sini aku tidak bisa banyak berulah, tidak boleh sampai membuat kekacauan disini.

Apa aku akan kembali ke apartemen saja hari ini?

Tanganku mengambil ponselku dan mengirim beberapa pesan pada Daddy.

Me : Dad, kapan pulang? Apa pekerjaanmu masih banyak?

Daddy : Sorry for leaving you alone baby, ya, sepertinya pekerjaanku masih banyak.

Me : Apa sebaiknya aku kembali ke apartemenku dulu?

Tidak ada balasan lagi dari daddy. Sepertinya dia sudah kembali sibuk bekerja. Aku sudah memberitahunya, dia tinggal membacanya saja kan?

Aku membereskan barang-barangku yang sepertinya akan aku bawa kembali ke apartemen.

Victor.

Apa aku harus memanggilnya untuk mengantarku pulang? Sepertinya tidak perlu, aku rasa aku bisa pulang sendiri.

Barang-barangku sudah beres. Tidak ada pakaian yang aku bawa. Aku punya pakaianku sendiri karena semua yang ada disini sebenarnya bukanlah punyaku, aku hanya meminjamnya dari Daddy dan baju-baju itu akan tetap berada di sini.

Mataku melihat jam di ponselku. Sekarang sudah pukul 12 siang, sepertinya aku bisa sambil mencari makan di perjalanan pulang.

Sekarang aku pergi dari sini. Semoga saja tidak banyak penjaga yang mencegatku. Aku sudah lelah jika harus berurusan dengan mereka satu per satu. Begitu aku membuka pintu, terlihat di luar cukup aman. Tidak ada orang disini.

"Where are you going?"

Aku mengenali suara itu dengan sangat jelas.

"Hai Victor, aku hanya ingin kembali ke apartemen," jawabku jujur.

"Aku akan mengambil mobil."

"Tidak. Tidak perlu. Aku ingin berjalan-jalan sambil mencari makan di jalan nanti."

Dia menatapku ragu. "Apa bos sudah tahu tentang ini?" tanyanya pelan. Sepertinya Victor tidak yakin denganku.

"Aku sudah mengirimkan pesan padanya. Tenang saja, katakan saja ini kemauanku, kalau dia sampai marah katakan saja untuk langsung menemuiku."

Victor masih terlihat diam di sana. Aku tidak ingin membuang waktuku menunggunya menjawabku. Jadi aku meninggalkan dia sendirian di sana.

Kakiku melangkah keluar dari sana dan sekarang aku bisa menghirup udara segar dari rerumputan yang ada di depan rumah. Tapi itu tidak bertahan lama, begitu aku melewati gerbang, mulai terdengar suara klakson yang cukup kencang dan beberapa kendaraan yang melintas.

Udara hari ini tidak terlalu panas, lebih ke arah mendung. Semoga saja tidak hujan, setidaknya sampai aku tiba di apartemen. Aku tidak ingin mandi hujan sekarang. Laptopku bisa rusak kalau begini. Bagaimana bisa aku tidak sadar dengan cuaca untuk memutuskan jalan kaki di tengah cuaca mendung dan hampir hujan. Bahkan langitnya saja sudah gelap tertutup awan.

Sepertinya aku akan mencari taksi saja. Firasatku tidak begitu enak tentang ini.

***

Benar saja, belum lama aku sampai di apartemen, hujan pun mulai turun dengan deras. Untungnya sekarang aku sudah berada nyaman di apartemenku.

Di tengah udara yang dingin seperti ini, makan sesuatu yang hangat pastinya akan terasa sangat enak. Jadi asparagus mungkin akan menjadi pilihan bagus. Sebungkus asparagus mungkin akan cukup, ditambah dengan telur dan juga beberapa jagung tambahan. Semuanya aku masukkan ke dalam panci dan menunggu semuanya hingga matang.

Sambil menunggu mungkin aku akan membersihkan sedikit tempat ini. Aku jarang menempati apartemenku belakangan ini, jadi wajar saja kalau ini terlihat sedikit berdebu di beberapa tempat. Tanganku mengelap meja tempat aku akan makan dan mengepel lantai dapur dulu. Setidaknya tempat untuk aku makan bersih untuk sekarang.

Bukannya aku malas untuk membersihkan semua, tapi kalau aku membersihkan satu apartemenku, asparagusku mungkin akan hangus begitu aku selesai. Diriku sedang tidak ingin mengambil risiko itu. Membersihkan semuanya bisa setelah aku makan saja untuk mencari aman.

Aku memeriksa kembali asparagusku setelah selesai dan semuanya tepat waktu. Asparagusku matang tepat setelah aku selesai.

Makan siang sambil menonton drama Korea mungkin akan menyenangkan. Sudah lama aku tidak sebebas ini. Sebelum aku melakukan semua itu, aku kembali mengecek ponselku. Daddy masih belum membaca pesanku. Sepertinya dia sedang benar-benar sibuk sampai belum sempat membaca pesanku.

Aku sedikit berharap tidak ada yang menggangguku sampai selesai makan siangku. Setidaknya aku bisa menikmati kebebasanku untuk sesaat.

Setelah menyiapkan laptop di depanku, aku mencicipinya sedikit. Makanan instan selalu terasa lebih enak daripada buatan sendiri. Entah apa aku yang kurang berbakat dalam memasak atau memang ini selalu menjadi yang terbaik. Aku tidak tahu apa banyak orang yang setuju dengan ku atau hanya diriku saja.

Sayangnya selama ini Daddy selalu melarangku memakan banyak dari makanan-makanan instan karena tidak sehat. Walaupun tidak sehat tetap saja ini sangat enak untuk di makan. Siapa yang bisa menolak makanan instan seperti mie dan sup?

To Be Continued

Baby Girl | HunReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang