16. Do You Love Me?

2K 95 23
                                    

Ini sudah cukup lama aku berada di dalam kamar. Perutku juga sudah mulai memberontak, meminta untuk di isi kembali. Makanan terakhirku hanya semangkuk sup, dan itu tidak membuatku kenyang lama. 

Keluar dari kamarku, hanya ada keheningan disini. Sudah aku duga. Dia pasti sudah pulang kembali ke rumahnya. Untuk apa dia berlama-lama disini kalau tempatnya jauh lebih nyaman dari pada apartemenku. 

Semua terlihat cukup gelap. Hanya lampu dari dapur yang menyala. 

Aku tidak ingat menyalakan lampu dapur tadi siang. Apa Daddy yang menyalakan lampu? Aku tidak tahu apa dia kebiasaan, habis menyalakan lampu tidak pernah dimatikan. Padahal di rumahnya juga aku tidak seboros itu. 

Kaki ku perlahan melangkah keluar dengan hati-hati. 

Aku mulai bisa mendengar suara talenan dan pisau yang beradu. Lalu ada suara seperti air yang sedang di rebus. 

Apa Daddy masih disini? Tidak mungkin ada orang lain lagi kan? Hantu juga seharusnya tidak bisa memasak seperti ini. Terutama di tempat terang karena kondisi lampu yang menyala. 

Dari sini aku bisa melihat seorang pria dengan kemeja hitam sedang memasak di dapurku. 

"Dad?" 

Pria itu menengok ke belakang dan ternyata benar. 

"Baby, kamu sudah keluar dari kamar." 

"Ya," jawabku pelan. Aku melihat apa yang dengan Daddy lakukan. 

"What are you doing?

"Makan malam. Aku tanpa sengaja melihat bungkus makanan instan di tempat sampahmu. Jadi aku pikir kamu bisa makan sesuatu yang sedikit bergizi untuk makan malam ini." 

Mataku perlahan melirik ke arah tempat sampah. Aku tidak menduga kalau Daddy akan kesini, jadi tidak mungkin aku menyembunyikan sesuatu di apartemen ku sendiri.

"Umm, okay," jawabku pelan.

"Duduklah, sebentar lagi makan malamnya matang." 

Aku duduk di sana. Memperhatikan apa yang sedang Daddy lakukan. Sebenarnya aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Maksudku, Daddy di dapur, memasak untukku. 

"Apa yang sedang Daddy masak?" tanyaku. 

"Sejujurnya, aku juga tidak yakin. Tapi aku harap ini bisa di makan," jawabnya sambil sedikit tertawa. 

"Butuh bantuan?" 

"Sepertinya tidak perlu, duduk saja di sana. Hanya sebentar lagi dagingnya akan matang." 

Aku kembali mengintip ke arah kompor. Sedikit takut dan khawatir menjalar di tubuhku. Aku tidak khawatir tentang makanan itu bisa di makan atau tidak, lebih tepatnya aku khawatir karena kondisi dapur ini terlihat tidak manusiawi. Semuanya sangat berantakan. Sisa potongan sayur dan daging berserakan dimana-mana. 

Memang meja kerja, kantor dan kamar Daddy selalu bersih dan rapih. Tapi sepertinya aku tidak bisa mengatakan hal yang sama pada saat dia berada di dapur. 

Mungkin ini yang dinamakan semua orang pasti punya kekurangan. 

Tidak lama kemudian, Daddy berbalik untuk mengambil dua buah piring. Aku tebak masakan Daddy pasti sudah jadi. Dari aromanya, ini seharusnya masih layak untuk di makan. 

Daddy menaruh dua piring di hadapanku. Mengambil dua gelas air sebelum duduk. 

Tanganku mengambil sendok dan memakannya. Ini tidak terlalu buruk juga. Sambil makan, aku melihat apa yang sedang Daddy lakukan di sana. Dia masih belum duduk dan makan. 

Baby Girl | HunReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang