5. Still Working?

3.1K 134 18
                                    

Hari ini waktu berjalan dengan sangat cepat. Entahlah. Mungkin karena aku hanya seharian berbaring di atas kasurku sambil bermain ponsel di kamarku dari waktu selesai makan siang dengan Daddy jadi waktu sama sekali tidak terasa lama. Drama Korea ternyata bagus juga untuk menghabiskan waktu. Menonton beberapa episode, aku sudah melewatkan beberapa jam. 

Sekarang aku berada di rumah Daddy. Sejak tadi Daddy sama sekali tidak memanggilku lagi. Aku pikir mungkin dia sedang sibuk bekerja. Biasanya dia bekerja sampai sore, tapi hari ini Daddy pulang lebih awal. Jadi yang ada di kepalaku, Daddy mungkin membawa pulang sisa pekerjaannya di kantor untuk dikerjakan di rumah. 

Apa aku harus menemuinya? Seingatku, tadi siang dia memanggilku ke kantornya. Pasti ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Tapi begitu aku berada di rumahnya, dia malah sama sekali tidak mencariku lagi. 

Yang terakhir dia katakan sebelum menghilang hanya, "Istirahatlah, kamu pasti lelah. Daddy akan memanggilmu lagi jika memang butuh sesuatu."

Tapi sampai detik ini dia masih belum mencariku juga. Apa dia sedang bersama Karin lagi? Tapi sepertinya tidak mungkin. Dia mengatakan kalau Karin adalah mantan kekasihnya. Apa mereka berencana untuk kembali bersama? Masalah Karin ini kembali mengganggu pikiranku lagi. Padahal tadi aku sempat melupakannya untuk sesaat. 

Kalau aku pikir-pikir lagi, serius, kenapa aku peduli? Aku hanya seseorang yang dikontrak oleh Daddy untuk menemaninya. Kenapa aku begitu khawatir tentang ini? Bukankah ini semua terserah pada Daddy. Bahkan kalau mereka ingin bersama lagi juga aku tidak bisa melarangnya. Toh aku juga tidak seharusnya memiliki perasaan dengan Daddy

Tapi untuk sekarang, karena dia belum mencariku, dan ini juga sudah hampir waktunya makan malam sepertinya lebih baik aku menemuinya. Siapa tahu dia terlalu fokus bekerja sampai lupa waktu. 

Aku bangun dari ranjangku dan berjalan keluar dari kamar. Rumah ini sangat gelap, sepertinya Daddy belum keluar dari ruang kerjanya sejak siang untuk sekedar menyalakan lampu. 

Ini terlalu gelap untuk melihat sekitar, jadi aku menyalakan lampunya. Sangat hening. Aku tidak tahu apa bibi masih berada disini atau tidak. Biasanya dia yang mengurus kebersihan rumah ini. Tapi aku belum melihatnya sejak siang tadi. Tujuanku sekarang adalah mencari keberadaan Daddy. Ini sudah malam, waktunya dia untuk berhenti bekerja dan mengisi perutnya. Aku heran dengan Daddy yang tidak pernah merasa kelaparan. Padahal waktu makan kita sama, tapi kenapa aku selalu merasa lapar padahal suka makan. Untung saja Daddy rajin menyuruhku olahraga setiap pagi. Kalau tidak mungkin tubuhku ini sudah melar. 

Tempat pertama yang aku periksa adalah ruang kerjanya. Biasanya Daddy menghabiskan sebagian besar waktunya berada di sana. Tidak seperti ruangan kerja biasa, khusus ruangan yang satu itu dibuat agar gangguan dari luar tidak bisa terdengar sampai dalam, begitu pula sebaliknya. Jadi tidak ada suara bising yang mengganggu Daddy saat dirinya sedang bekerja di dalam sana. Mungkin itu salah satu alasan kenapa Daddy lebih suka bekerja dari rumah saja.

Aku membuka pintu ruangan itu. Bahkan suara pintunya saja sama sekali tidak berisik. 

Mataku mengintip sedikit ke dalam ruangan itu. Terlihat Daddy yang masih duduk di depan laptopnya dengan tatapan yang sangat fokus. Entah apa aku harus mengganggunya dengan kedatanganku? Sekali lagi aku melihat ke arah ponselku. Ini sudah hampir pukul 7 malam, kapan Daddy akan selesai bekerja?

Perlahan aku masuk ke dalam ruangan itu. Daddy baru menyadarinya begitu mendengar suara kaki ku yang berjalan mendekat. 

"Ada apa baby?" tanyanya. Tangannya berhenti bekerja dan tatapannya teralihkan oleh kedatanganku. 

"Maaf dad, apa aku mengganggu?" tanyaku. 

"Tidak sama sekali baby. Aku hanya mengurus beberapa pekerjaan. Jadi? Apa pertanyaan pertamaku akan dijawab?" tanyanya sekali lagi. 

"Aku ingin mengajak Daddy makan malam. Ini sudah hampir jam 7, apa Daddy tidak lapar?" 

Daddy melihat ke arah ponselnya. "Kamu benar, perasaan tadi masih jam 4 sore, tiba-tiba saja sudah malam. Jadi apa yang ingin kamu makan hari ini?" 

"Daddy selalu bertanya padaku, Lama-lama aku jadi bingung karena kita sudah banyak mencoba makanan baru juga." 

"Kalau begitu ganti bajumu, kita akan pergi makan lagi. Sekalian menginap di hotel mau?" tanya Daddy

Aku menatapnya bingung. Kenapa menginap di hotel? "Apa Daddy ada acara?" tanyaku. 

"Tidak ada," jawabnya sambil menggeleng. 

"Lalu kenapa kita menginap di hotel?" tanyaku. 

"Kebetulan sahabat Daddy baru saja membuka hotel baru, di lantai paling atasnya ada kamar yang memiliki jendela menghadap ke langit, siapa tahu kamu ingin mencoba tidur melihat bintang sesekali." 

"Hanya itu saja? Daddy tidak akan melakukan apa pun padaku kan?" tanyaku dengan khawatir. Tiba-tiba saja hal itu terlintas di pikiranku. Teman-temanku pernah mengatakan tentang hotel. 

Daddy bangun dari tempatnya dan mendekatiku. Dirinya tersenyum gemas padaku. "Kamu ini sangat lucu dan menggemaskan. Memangnya Daddy pernah memaksamu? Kalau kamu belum siap Daddy tidak pernah memaksamu, baby." 

"Jadi kita akan berangkat sekarang?"

Mata Daddy tertuju pada pakaianku yang sedang ku pakai dari atas sampai bawah saat ini. "Maksudmu, kita ke hotel mewah dengan dirimu memakai kaos polos dan celana rumahan? Kamu yakin? Daddy sih tidak masalah, tapi tidak bertanggung jawab kalau kamu malu saat berada di sana." 

Aku melihat pakaianku sendiri. Apa yang harus ku pakai malam ini?

"Lalu, apa aku harus memakai dress?" tanyaku. 

Daddy terkekeh pelan. "Tidak perlu, pakai saja pakaian yang biasa kamu gunakan untuk jalan-jalan, lalu bawa satu baju tidur. Kita akan menginap di hotel malam ini. Lagi pula besok hari minggu, kamu tidak ada kelas." Aku mengangguk mendengar arahan dari Daddy

Baru saja aku berniat menggerakkan kakiku, Daddy kembali membuka suaranya. "Oh ya, hampir lupa, jangan lupa juga sekalian bawa baju pesta buat besok, Kita ada rencana besok," sambungnya. 

"Acara? Acara apa?" 

"Teman Daddy ada yang sedang merayakan pesta ulang tahun anaknya. Daddy mengenal anaknya cukup baik, jadi tidak enak kalau tidak datang ke acara ulang tahunnya." 

Aku mengangguk. Hanya sebuah pesta ulang tahun anak kecil. Tidak masalah untukku. Tapi yang aku takutkan hanya omongan orang dewasa di sana. 

Daddy sudah berumur, tapi membawa anak remaja seperti ku? Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti. 

"Apa Daddy yakin ingin mengajakku? Aku takut Daddy menjadi bahan omongan di sana besok." 

Daddy mengacak-acak rambutku. "Tidak perlu memikirkan itu, Daddy sudah memikirkannya. Cepat beres-beres. Jangan buat aku menunggumu terlalu lama baby." 

"Daddy yakin?" tanyaku sekali lagi. 

"Jangan pernah meragukan Daddy mu baby, you don't wanna get any punishment right?" Suara berat Daddy tiba-tiba keluar. Suara favoritku. Setiap kali Daddy mengeluarkan suara berat itu membuatku patuh dalam sekejap. Tubuhku sekakan-akan memberikan reflek patuh pada ucapan dan perintah Daddy saat itu juga. 

To Be Continued

Baby Girl | HunReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang