Prolog

6.7K 213 23
                                    

[ Irene POV ]

Sejak kecil orang tua ku adalah strict parents. Tidak ada yang namanya kebebasan untukku. Terlebih lagi, aku adalah anak tunggal. Anak satu-satunya yang mereka punya. 

Sejak kecil aku juga sering bertanya, kenapa mereka tidak ingin memberiku adik? Apa salahnya dengan itu? Lagi pula orang tuaku dulu juga tergolong orang kaya. Aku hanya ingin teman bermain di rumah agar tidak merasa kesepian. Tetap saja mereka menolak permintaanku yang satu itu. Tidak mungkin karena kendala biaya. 

Lalu saat aku ingin bermain dengan teman, mereka selalu melarangnya dan mengatakan kalau itu hanya membuang-buang waktu. Lebih baik aku menggunakan waktu itu untuk belajar atau mengasah bakatku di rumah. Ada banyak les yang aku ikuti, mulai lagi les musik, les bahasa sampai instruktur pribadi untuk menjaga kesehatan tubuhku. 

Begitu mereka tidak percayanya denganku kalau aku bisa menjaga diriku sendiri. Apa susahnya menjaga kesehatanku? Terbukti juga kan, aku selalu jatuh sakit ketika ujian tiba. Tapi namanya juga orang tua, apalagi mereka adalah strict parent, apa yang bisa aku lakukan selain menerimanya? 

Aku sudah berusaha untuk melupakan itu semua sejak lama karena sekarang akhirnya semuanya telah berubah. 

Diriku akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan sekolahku dan menginjak dunia perkuliahan. 

Di awal semester, mungkin sama seperti kebanyakan orang, tentunya para remaja yang baru masuk kuliah akan merasa sangat senang dan antusias dengan perkuliahan. Banyak kebebasan yang didapatkan di perkuliahan. Tidak ada tuntutan untuk memakai seragam, masuk kelas dan juga mengumpulkan tugas karena semua itu didasari dari kesadaran diri masing-masing untuk lulus dari mata kuliah masing-masing. Tapi untukku, perasaan menyenangkan itu tidak bertahan lama. 

Beberapa semester berada di dunia perkuliahan, orang tua ku memang tidak lagi mengganggu kehidupanku. Mereka akhirnya bisa melepask ku untuk hidup mandiri dengan pilihanku sendiri dan merekapun sudah pindah ke luar negeri karena mereka bilang diriku sudah cukup besar untuk hidup sendiri sekarang.

Tapi sekarang mungkin hidupku terlalu bebas. Ini semua juga akibat dari pergaulanku di kampus.

Beberapa dari mereka juga sudah berkali-kali membicarakan Sugar Daddy yang mereka miliki.

Sejujurnya aku hanya mendengarkan mereka, aku tidak tahu apa hebatnya memiliki orang yang akan membayarmu saat dirimu menghabiskan waktu bersama pria tua demi membeli barang-barang mewah bermerek.

Siapa sangka, malam itu aku hanya iseng membuka link yang diberikan oleh salah satu temanku. Mereka mengatakan untuk mengisi formulir data diri untuk kampus. Tidak ada kecurigaan sama sekali di sana, jadi saat itu juga aku mengisinya.

Tapi beberapa saat kemudian, muncul sesuatu di SMS ku. Sesuatu yang ku pikir hanya sebuah penipuan ternyata sungguhan.

Sebuah kontrak lengkap dengan semua data pribadiku yang baru saja aku isi dalam bentuk digital.

Aku pikir itu untuk kampus. Ternyata tidak. Semua itu ulah teman-temanku.

Mataku membaca kontrak itu, terdapat nama ku di sana.

"KONTRAK PERJANJIAN RAHASIA"

Tentu saja aku panik sekarang, apa yang akan dikatakan orang tuaku begitu mereka mengetahui hal ini. Bisa saja aku terjalin kedalam prostitusi online, atau perdagangan manusia.

Jariku terus menggeser layar ponselku dan membaca semuanya hingga akhir file tersebut. Jantungku berdetak sangat cepat, tanganku basah dan diriku tidak tenang. Sedangkan teman-temanku hanya tertawa melihat reaksiku.

Baby Girl | HunReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang