Sepulang dari rumah sakit, keempat remaja itu memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe mengingat mereka belum makan siang sejak tadi.
Raja dan Nadine duduk berdampingan, begitupun Arjuna dan Prita. Begitu pesanan mereka datang, Prita, Arjuna dan Raja sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menyantap makanan mereka.
Berbeda dengan Nadine yang tampak sibuk dengan botol air mineralnya. Nadine berdecak berkali-kali karena tidak bisa membuka tutup botol itu, membuat Raja menoleh padanya dan bergegas mengambil botol minuman dari tangan Nadine.
Raja membukanya dengan mudah, kemudian menyerahkannya pada Nadine yang tersenyum manis padanya. Kemudian Nadine melirik sepiring nasi goreng di depannya. Nadine mencolek lengan Raja, lalu mengangguk ke arah piring Raja, membuat lelaki itu mendesah malas dan mendorong piringnya mendekat.
Nadine bergegas memindahkan setengah porsi nasi goreng miliknya ke dalam piring Raja, lalu setelah itu Raja memindahkan telur ceplok di piringnya ke atas piring Nadine.
Raja tahu betapa pedulinya Nadine dengan bentuk tubuhnya. Dia selalu menjaga pola dan porsi makannya. Dan karena Nadine sudah mengurnagi nasinya terlalu banyak, Raja merasa dia membutuhkan telur ceplok lebih banyak untuk membuatnya tidak mati kelaparan.
"Thank you." Ujar Nadine dengan suara kekanakannya.
Raja dan Nadine sudah sibuk dengan makanan mereka masing-masing, tapi tidak dengan dua ornag lainnya. Arjuna dan Prita masih menatap keduanya dengan tatapan tak percaya dan mulut setengah terbuka.
Bagaimana bisa kedua orang di depan mereka ini, yang biasanya selalu saja bertengkar setiap kali bertemu, tapi baru saja terlihat bagaikan sepasang kekasih yang begitu romantis.
Prita dan Arjuna saling tatap satu sama lain, lalu keduanya mendesah tak percaya.
"Lo abis ini mau kemana lagi, Nad?" tanya Prita di sela kegiatan makannya.
"Nemenin Raja kerja." Jawab Nadine ringan.
Raja melirik malas padanya. "Ngapain sih, udah, pulang aja sana lo."
"Ih, nggak mau! Kan biasanya gue memang nemenin lo kerja."
"Warnet tutup hari ini."
"Ya udah, kita bisa ngobrol kan di sana?"
Raja menghela napas, tubuhnya bergerak miring ke arah Nadine. "Kenapa lo betah banget main di ruko?"
Nadine hanya mengedikan bahunya ringan, dan itu membuat Raja menggeram kesal.
Kekehan Arjuna terdengar hingga ketiga orang lainnya menatapnya. "Kak Nadine suka ya sama Raja?"
Ditanya seperti itu membuat Nadine mengerjap kaku, apa lagi kini Raja kembali menatapnya dengan satu alis terangkat angkuh ke atas, membuatnya gelagapan untuk mencari jawaban.
"Gue? Suka sama Raja? Enak aja!" bantahnya.
Prita menyahut, "Terus kenapa lo doyan banget ngekorin dia?"
"Ya..." Nadine melirik Raja. Duh, jawab apa nih gue... "memangnya kenapa?! Kan lo tahu, Prita, kalau gue punya misi jinakin cowok nyebelin ini." Nadine mengarahkan garpunya ke wajah Raja.
Raja hanya mendengus malas dan menggelengkan kepalanya. Nadine masih saja salah tingkah karena pertanyaan Arjuna tadi hingga tubuhnya berdiri tegak dan dia tersenyum kaku pada mereka semua.
"Hm, gue... ke toilet dulu ya," gumamnya. "Prita, temenin..."
"Gue masih makan, Nad."
"Ck, sebentar aja kok..."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJA
General FictionRaja tidak percaya pada cinta. Cinta pertama Raja dalam hidupnya adalah Mamanya sendiri. Sayangnya, cintanya harus kandas karena Mamanya lebih memilih hidup bersama lelaki kejam yang senang memukuli mereka setiap kali dia merasa marah. Tepat ketika...