Siasat Nadine (3)

4.3K 707 107
                                    


Sebagai sikap sopan santun, ketiga teman baru Arjuna itu menawarkan diri untuk membantu membereskan meja makan sekaligus mencuci piring kotor. Awalnya Rahayu melarang, Tapi mereka bersikeras karena sungkan sudah disajikan makan siang selezat itu oleh Rahayu.

Dan kini, ketiganya sedang berada di dapur. Prita mencuci piring, Luna menyusun piring yang sudah selesai di cuci sedangkan Nadina yang berdiri sambil menyandar di pintu kulkas tanpa melakukan apa pun.

Tentu saja Nadine hanya berdiam diri karena yang berinisiatif untuk melakukan pekerjaan mulia itu adalah Prita dan Luna, sedangkan Nadine yang memang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga seperti itu karena sudah terlalu banyak pekerja di rumahnya yang akan melakukannya, selama kedua sahabatnya bekerja, dia hanya sibuk berkomentar mengenai Raja.

"Itu cowok beneran jahat banget mulutnya!" rutuk Nadine. "sumpah ya, seumur hidup gue, baru pertama kali ini ketemu cowok model begini!"

Luna melirik Nadine geli. "Bukannya lo jadi makin suka ya, Nad?"

Nadine mengerjap, lalu melirik Luna yang menatapnya dengan tatapan mengerjek, membuat Nadine mendengus kuat. "Gue? Suka sama dia? Dih! Najis banget!"

Prita mencibir malas. "Sebenarnya ya, Nad, dengan rencana lo ini, itu sama aja kaya ngebiarin si Raja semakin menjajah elo. Udah deh, lo nggak bakalan bisa menang ngelawan dia. Percaya sama gue."

"Ih... Prita, kok lo ngomongnya gitu sih. Masa gue harus kalah sebelum berperang." Rengek Nadine.

Prita kembali menggumam dengan nada sebal, membuat Nadine mengerucutkan bibirnya lucu. Dan tanpa sengaja, matanya menangkap sosok Raja yang sedang berdiri menatapnya tajam, membuat tubuh Nadine menegang dan kedua matanya membulat cepat.

Raja mendekat, Nadine ingin berlari kabur tapi dia tidak bergerak. Nadine memalingkan muka, menatap kedua sahabatnya, dia ingin memanggil keduanya namun sayangnya, Raja sudah lebih dulu mencengkram pergelangan tangannya dan menyeretnya dengan langkah lebar.

"Eh, apaan sih!" rutuk Nadine sambil berusaha melepaskan tangannya. "lo mau bawa gue kemana?! Heh! Raja!"

Raja tidak memedulikan pekikan Nadine yang terdengar ketakutan. Raja bahkan semakin mempercepat langkahnya menuju kamarnya, membawa Nadine masuk ke sana, mengunci pintunya, kemudian dengan cara yang kasar Raja mencengkram kedua bahu Nadine dan menghempaskan punggung Nadine ke balik pintu hingga gadis itu merintih sakit.

Satu telapak tangan Raja menyentuh pintu, wajahnya merunduk ke bawah hingga jarak di antara wajahnya dan Nadine semakin menipis. Kedua mata Raja menatap tajam pada Nadine.

Di tatap setajam itu, apa lagi dalam keadaan sedekat ini, tentu saja membuat Nadine seolah membatu. Nadine mengerjapkan wajahnya, meneguk ludahnya berat, tatapan tajam Raja yang seolah ingin mengulitinya membuat Nadine hampir mati ketakutan.

"L-lo... mau apa?" tanya Nadine dengan suara gemetar.

Raja memiringkan wajahnya. "Mau gue?" bisiknya dengan suara rendah yang sejujurnya terdengar memesona di telinga Nadine tapi sayangnya untuk saat ini Nadine tidak bisa terpaku dengan keterpesonaan itu. "bukannya gue ya, yang harusnya nanya gitu ke elo?"

Nadine kembali mengerjap.

"Mau lo apa, hm? Kenapa lo selalu aja muncul di sekitar gue dan buat hidup gue selalu aja sial semenjak gue ketemu sama lo!"

Nadine yang merasa tidak terima dengan tuduhan Raja, kini berusaha memberanikan dirinya. Dia tidak lagi membalas tatapan Raja dengan takut, malah Nadine mengangkat wajahnya menantang ke atas. "Maksud lo apa?!"

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang