"Gimana?" tanya Abi pada Raja. Dia baru saja sampai di Ruko, masuk ke ruangannya kemudian memanggil Raja.
Pagi ini wajah Raja tampak lusuh dan mengantuk. Dia bahkan menguapbeberapa kali. "Berhasil. Semalaman gue kerjain."
Satu alis Abi terangkat tidak percaya hingga Raja memberikan laptop di tangannya pada Abi sambil menguap lebar.
Setelah memeriksa pekerjaan Raja, Abi tersenyum puas. "Gila, makin pintar aja lo, Ja. Gue pikir bakalan susah buat lo ngurusin enskripsi hash seratus juta data yang udah gue curi."
"Lumayan ribet juga."
"Tapi ini bisa."
"Minta bantuan temen."
"Siapa?"
"Adalah, orang luar."
"Tapi aman, kan?"
"Aman. Terus itu semua data mau diapain?"
Abi menyeringai sambil menghisap vapenya. "Ada teman gue yang mau beli semua data ini dengan harga mahal."
Mendengar soal harga mahal, kedua mata mengantuk Raja sedikit berbinar cerah. "Berapa?"
"Sepuluh ribu Dollar." Jawab Abi.
Otak Raja langsung bekerja dengan cepat untuk menghitung semua uang itu. Lalu kedua matanya membulat tak percaya menatap Abi. "Mahal dari mana, cuma seratus jutaan juga!"
Mendengar rutukan Raja, Abi tertawa kuat. Lihat lah betapa entengnya anak buahnya itu membahas soal uang ratusan juta. Padahal remaja seusianya pasti sudah akan berteriak histeris jika memiliki uang sebanyak itu.
"Seratus juta juga duit, kan?" cibir Abi.
Raja tertawa hambar dengan wajah kesal. "Lo minta gue kerja semalaman ngurusin kerjaan bernilai murah kaya gini, bang? Gue pikir nilainya T atau minimal M lah, tahunya cuma segini!"
Abi semakin tertawa terbahak-bahak mendengar rutukan Raja serta melihat wajah kesalnya. "Duitnya buat lo semua kok."
"Makasih!" umpat Raja yang setelah itu memutar tubuhnya dengan gerakan kesal.
"Ja," panggil Abi. Raja hanya menoleh malas padanya. "seenggaknya, kerjaan yang gue kasih berhasil ngalihin mood buruk lo, kan?"
Mendengar itu, Raja menatap Abi tertegun. Abi duduk menyandar di kursinya, menghisap dan menghembuskan asap vape dari mulutnya dengan gaya santainya selagi dia menatap Raja.
"Gue... nggak apa-apa kok." Ujar Raja lirih.
Abi mendengus. Tanpa bertanya pun, dia sudah tahu alasan mood Raja yang berubah. "Lo tahu nggak, satu-satunya solusi atas kemarahan lo itu cuma satu," Abi menyipitkan matanya tajam. "lampiaskan. Kalau cuma lo pendam, nggak akan pernah selesai. Yang ada lo semakin pusing mikirin semua itu. Lo bisa contoh cara gue untuk melampiaskan semuanya, tapi ingat, jangan diluar batas."
Raja mengerjap. "Beneran boleh?"
Abi mengangguk.
"Minum?"
"Hm."
"Sampai mabuk?"
"Asal lo nggak ngotorin setiap lantai ruko dengan muntahan lo, atau ngeribetin gue sampai harus ke kantor polisi jemput lo yang lagi teler, terserah."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJA
Tiểu Thuyết ChungRaja tidak percaya pada cinta. Cinta pertama Raja dalam hidupnya adalah Mamanya sendiri. Sayangnya, cintanya harus kandas karena Mamanya lebih memilih hidup bersama lelaki kejam yang senang memukuli mereka setiap kali dia merasa marah. Tepat ketika...