Mengalah Pada Hasrat (2)

3.6K 471 74
                                    


Luna baru saja memasuki sebuah pusat perbelanjaan, langkahnya terlihat terburu-buru, dan sesekali dia melirik jam tangannya. Setelah berada di lantai tiga, Luna menolehkan kepalanya kesana kemari mencari dimana keberadaan Raja.

Mereka telah membuat janji, akan bertemu di sana pukul setengah tiga siang ini. Tapi karena tadi Luna tidak memiliki alasan apa pun untuk menolak ajakan Nadine dan Prita makan siang bersama, akhirnya Luna terlambat setengah jam.

Langkah Luna terhenti ketika dia mendapati keberadaan Raja. Sedang berdiri dan menyandarkan kedua tangannya di atas pembatas, wajahnya menunduk ke bawah, melihat orang-orang berlalu lalang dari tempatnya berdiri.

Di tempatnya, Luna meremas tali tas selempang yang dia kenakan. Mengamati Raja sedikit lebih lama. Raja ini sebenarnya tidak terlalu tampan, wajahnya selalu saja tampak muram. Penampilannya juga terlihat biasa. Dia selalu memakai jeans, kaus, sweater atau juga jaket kulit. Tapi entah kenapa, di mata Luna, Raja terlihat begitu berkharisma. Dia terlihat biasa, hanya saja tidak sebiasa dirinya yang sesungguhnya.

Apakah ini yang dinamakan dengan sebuah kekaguman? Atau mungkin...

Luna menggelengkan kepalanya kuat. Tidak, apa yang dia pikirkan sebenarnya? Raja adalah kekasih Nadine, sahabatnya. Tidak sepantasnya Luna merasakan hal itu.

Menarik napas panjang dan membuangnya perlahan, Luna melangkah cepat menghampiri Raja. Dia menepuk pelan pundak Raja, membuat lelaki itu menoleh padanya.

"Sori ya, telat. Tadi abis makan siang bareng Nadine sama Prita." Ujar Luna.

Raja mengangguk sekedar. "Tapi Nadine nggak tahu kan, kalau lo ketemu sama gue?"

Luna menggelengkan kepalanya sambil mengulum bibirnya ragu. "Hm... memangnya ada apa sih, Ja? Kok... tiba-tiba ngajakin gue ketemu di sini?"

Raja menatap Luna lekat, membuat Luna mengerjap salah tingkah. "Gue mau minta bantuan lo."

"Bantuan... apa?"

"Lo udah lama kan sahabatan sama Nadine? Lo pasti tahu seleranya dia gimana. Minggu depan Nadine ulang tahun. Hm, gue... mau beli hadiah ulang tahun buat Nadine."

Bisa Luna temukan rona merah di wajah Raja saat mengatakan itu. Kini Luna tersenyum tipis, tampak lirih. Jadi karena alasan ini Raja mengajaknya bertemu.

"Kenapa nggak minta bantuan Prita?" tanya Luna.

Raja berdecih. "Prita berisik."

Rutukan Raja membuat Luna tertawa pelan. Meski ada perasaan sesak di hatinya, namun Luna tetap berusaha terlihat sebiasa mungkin di hadapan Raja. "Oke, gue bantuin. Lo... mau beliin hadiah apa memangnya?"

Raja mengangguk ke sebuah toko perhiasan, kemudian mereka melangkah beriringan memasuki tempat itu.

Raja dan Luna melihat-lihat semua koleksi perhiasan di sana. Sesekali Luna bertanya, perhiasan seperti apa yang ingin Raja berikan pada Nadine, tapi Raja hanya meringis bingung sambil menggaruk pelipisnya, membuat Luna terkekeh geli.

Luna berinisiatif membantu Raja, menunjuk beberapa perhiasan yang menurutnya akan sangat cocok jika dipakai oleh Nadine. Tapi Raja selalu saja menggelangkan kepalanya dan memberikan banyak sekali alasan mengenai betapa perhiasan itu tidak cocok untuk Nadine.

Pada akhirnya, membuat Luna menghela napas berat memandangi Raja yang masih saja kebingungan. Raja mengacak rambutnya kesal, ternyata sesulit ini mencari hadiah untuk Nadine.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang