Motor Raja berhenti di depan rumah Leo. Setelah dia melepaskan helmnya, wajah kusutnya terlihat begitu saja. Dengan malas-malasan, dia turun dari motor kemudian menekan bel rumah besar dan luar biasa mewah di depannya itu.
Seorang ART membukakan pintu untuk Raja.
"Mau cari Bang Abi." Cetus Raja begitu saja tanpa mau berbasa basi sedikitpun.
"Oh, Pak Abi ada di dalam, Mas, masuk aja."
Begitu pintu dibuka lebar, Raja bergegas masuk dan mencari dimana keberadaan Abi. Ternyata dia sedang tiduran di atas karpet di depan televisi, sedang bermain bersama Arka dan Adel, anak Leo dan Rere. Sedang Leo si pemilik rumah tampak sibuk bermain game dengan ponselnya di atas sofa.
Melihat itu, wajah Raja terlihat semakin kusut. Jadi ini hal penting yang Abi katakan sampai tidak bisa datang ke Ruko untuk mengambil ponselnya yang ketinggalan. "Bang!" panggilnya dengan nada ketus hingga Abi dan Leo menoleh serentak padanya. Raja mengulurkan tangannya ke depan, ada sebuah ponsel di tangannya.
"Ja." Sapa Leo. Raja hanya berdehem dan mengangguk kecil.
Abi beranjak duduk untuk mengambil ponselnya. "Thanks." Ucapnya sambil berkutat dengan benda itu. Benar saja, sudah banyak chat dari klien. Kemarin, ponsel khususnya itu tertinggal di ruko dan hari ini dia menyuruh Raja mengantarkannya.
"Udah ya, gue pulang." Pamit Raja.
"Nggak makan dulu? Gisa sama Rere lagi masak." Tawar Leo. Semakin mendekati waktu kelahiran bayinya, Gisa semakin rajin belajar memasak bersama Rere karena takut jika anaknya akan mati keracunan setelah memakan masakannya nanti.
"Iya, makan aja dulu." Sahut Abi meski matanya masih tetap menatap layar ponselnya dengan tatapan serius.
Raja menggelengkan kepalanya. "Mau buka Warnet."
"Makan siang nggak sampai lima jam, Ja." Desah Leo ringan. Sama seperti Abi, dia masih sibuk dengan ponselnya.
Raja mengamati kedua lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya kedua lelaki ini bicara dengan orang lain tanpa mau menatap orang tersebut.
"Nggak." Jawab Raja lagi. Dia sudah berbalik pergi, namun gumaman Abi membuat langkahnya kembali terhenti.
"Cewek yang kemarin mau ke Ruko lagi?"
Belum lagi Raja menyahut, suara Leo sudah lebih dulu terdengar. "Cewek? Pacarnya Raja?"
"Nggak tahu. Tapi semalem di Ruko itu cewek nangis-nangis. Mana banyak uang berserakan lagi di Ruko. Gue tanya Arjuna, katanya bukan dia yang ngebuntingin. Ya kayanya nggak mungkin Arjuna juga sih."
Kini, kedua lelaki itu serentak mengangkat wajahnya dari ponsel mereka masing-masing untuk menatap Raja yang mendadak mati kutu. Bahkan untuk bersuara saja Raja tidak bisa.
"Cewek lo hamil?" tanya Leo.
"Lo minta dia gugurin kandungannya, kan?" sahut Abi.
"Jangan bego."
"Gue tendang titit lo sampai impoten kalau lo ngelakuin hal kaya gitu."
"Apaan sih!" rutuk Raja dengan wajah kesalnya. "hamil dari mana coba."
"Hamil? Siapa yang hamil?"
Ketiga lelaki itu serentak menoleh pada Rere dan juga Gisa yang berjalan susah payah karena perutnya yang semakin membesar. Menemukan keberadaan Gisa membuat Raja memejamkan matanya putus asa. Kalau Gisa sudah ikut campur, maka habis sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJA
General FictionRaja tidak percaya pada cinta. Cinta pertama Raja dalam hidupnya adalah Mamanya sendiri. Sayangnya, cintanya harus kandas karena Mamanya lebih memilih hidup bersama lelaki kejam yang senang memukuli mereka setiap kali dia merasa marah. Tepat ketika...