Raja sempat memberikan uang dua puluh ribu pada dua penjaga di depannya. Dari luar, bangunan tua itu tampak tak berpenghuni, tapi begitu mereka masuk, Nadine terperangah mana kala menemukan banyak sekali orang berada di sana.
Suara berisik dari orang-orang di sana menyambut mereka bersamaan dengan benturan yang berasal dari dua bola billiard, belum lagi asap rokok yang mengepul di berbagai tempat.
Nadine meringis pelan, dia semakin menempeli Raja, tidak mau Raja menjauh sedikit pun darinya.
Banyak sekali lelaki berpenampilan urakan di sana, bercaka-cakap dengan kalimat kasar dan membuat Nadine risih. Ada juga beberapa perempuan terlihat di sana, sedang mengantarkan minuman kebeberapa lelaki di sana.
Nadine menyipitkan matanya saat melihat seorang lelaki memukul pelan bokong perempuan yang baru saja mengantarkan minuman untuknya. Lelaki itu tertawa dan membuat perempuan itu memakinya.
Melihat itu saja sudah membuat Nadine mati ketakutan. Tempat ini pasti tempat yang mengerikan, pikirnya. Nadine memang bukan perempuan polos, dia juga cukup sering bersenang-senang di kelab malam bersama teman-temannya. Hanya saja, rasanya kelab malam tidak semenyeramkan ini.
"Oi, Ja!" teriak salah seorang lelaki.
"Oi, Bang Erik!" Raja melambaikan tangan padanya, kemudian menghampiri Erik. Raja mengulurkan kepalan tangannya pada Erik yang menyambutnya.
"Mau main lo?" tanya lelaki itu.
Raja mengangguk. "Tumben rame, bang."
"Tahu nih. Mentang-mentang masih tanggal muda, pada doyan banget main judi."
"Kan lo yang untung, Bang."
Raja menyeringai kecil hingga membuat Erik tertawa geli. Erik ada pemilik tempat itu. Dia menyediakan banyak sekali meja billiard di sana untuk smeua pelanggannya yang datang. Tentu saja mereka akan berjudi di sana. Erik juga menyediakan minuman yang tentunya akan membuat pelanggannya semakin betah berlama-lama di sana.
Raja salah satunya.
"Meja yang itu kosong, bentar, gue cariin temen main lo." ujar Erik. Raja hanya mengangguk. Erik sudah akan pergi, namun keberadaan Nadine membuatnya mengernyit melirik Raja. "cewek lo?"
Ditanya seperti itu membuat Raja melirik Nadine yang sejak tadi hanya menjadi pendengar setia tanpa mau melepaskan genggaman jemari mereka.
Raja hanya tersenyum tipis tanpa mau menjawab pertanyaan Erik.
"Wah, pintar juga lo cari cewek." Goda Erik, Raja hanya mengedikan bahunya ringan.
Erik sudah menyediakan sebuah meja untuk Raja dan dua pemain lainnya. Raja mengambil sebuah kursi lalu meletakannya di sudut ruangan di dekat mejanya. Dia menyuruh Nadine duduk di sana.
"Duduk."
Nadine menggelengkan kepalanya. "Takut..." rengeknya.
"Takut apaan sih."
"Lo nggak lihat di sini serem banget? Kalau gue diapa-apain sama mereka, gimana?"
"Tenang aja, mereka di sini buat main judi." Raja menekan bahu Nadine hingga gadis itu duduk di kursinya. Kemudian Raja mengambil sweaternya dari tangan Nadine, menyampirkannya di atas paha Nadine agar bagian tubuh Nadine yang satu itu tidak bisa dilihat siapa pun.
Mendapati perlakukan seperti itu membuat Nadine tertegun. Apa lagi ketika Raja mengangkat wajahnya, menatap lekat pada Nadine. "Jangan kemana-mana, di sini aja. Dan jangan pindahin sweater gue sembarangan. Ngerti lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJA
Fiksi UmumRaja tidak percaya pada cinta. Cinta pertama Raja dalam hidupnya adalah Mamanya sendiri. Sayangnya, cintanya harus kandas karena Mamanya lebih memilih hidup bersama lelaki kejam yang senang memukuli mereka setiap kali dia merasa marah. Tepat ketika...