16

3K 374 20
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

 Semenjak kompetisi itu terjadi, Renjun dinobatkan sebagai pangeran terkejam di seluruh benua sama seperti sang ayah dan Raja Jung. Begitu pula dengan dengan Chenle dan Jisung, Raja Choi bernafas sangat lega mereka berdua selamat. Jika tidak, sudahlah! Mungkin benua Northwind tidak akan tenang selamanya.

 Saat kembali, mereka dikawal khusus oleh pasukan elite dari Kerajaan SJ, perintah dari Pangeran Mark tentunya. Chenle juga sudah dirawat lebih intensif oleh dokter istana, membuat lukanya kian lama membaik.

 Namja mungil itu dengan setelan piyama tengah terduduk diatas pembatas balkon dengan kaki yang diayunkan kesana kemari. Menikmati suasana senja yang sangat indah tanpa peduli ia akan jatuh atau tidak.

Maklum, anak senja. Ga!

"Mama sama papa disana lagi apa ya??" Memandang langit yang berwarna jingga

 Menghembuskan nafasnya pelan, "tiba-tiba aku merindukan Juhoon padahal kemarin baru saja ketemu" menendang-nendang kakinya

"Juhoon? Nugu?"

 Seketika Chenle membeku di tempat mendengar suara husky milik seseorang. Menghembuskan nafasnya berat, "apa pedulimu? Urus saja urusanmu sendiri, Ji!" Ujarnya tanpa berbalik menatap sang lawan bicara

 Chenle kambali memainkan kakinya menghiraukan keberadaan pemuda dibelakangnya.

 Sebuah tangan tiba-tiba melingkar di perutnya, tubuhnya terhuyung ke belakang hingga tubuhnya berada digendongan seseorang.

"YAKK!!! Turunin ga?!" Ketusnya

"Asal jangan seperti tadi!" Tegas Jisung. "Iya iya turunin, Park!!!" Perlahan menurunkan tubuh mungil itu

 Chenle berdiri menaruh kepalanya dipembatas balkon menatap kembali langit yang sudah mulai gelap. Ia masih malas untuk masuk, ingin menikmati udara dingin yang menyapu wajahnya membuat kedua pipi gembilnya memerah.

 Intensitasnya memandang pemukiman penduduk dan hamparan yang sangat luas. Imajinasinya seketika membayangkan 'Bulan Bantai' itu terjadi. Sangat jelas sekali dibenaknya, memori lama Jung Chenle perlahan mengingatkannya bahwa sebentar lagi peristiwa kelam itu terjadi.

 Suara kobaran api, intruksi jendral, teriakan dan tangisan penduduk terdengar jelas ditelinganya. Menutup kedua matanya, bayangan itu sangat jelas sekali seakan ia tengah melihatnya dari sini.

 Penduduk tidak bersalah menjadi korbannya, prajurit elite dalam berberapa jam tumbang. Bau anyir dari para penduduk yang paling sangat dibencinya tercium jelas di indranya. Kerajaan sebagian hancur, tidak hanya mayat prajurit yang berserakan, tetapi mayat anak kecil yang tidak mengerti apa-apa menjadi korbannya.

Sakit

 Berjuta pedang seakan menusuk bersamaan tepat dijantungnya. Ia tidak bisa apa-apa, semuanya seakan seperti ditelan waktu, sangat cepat tanpa ada celah sedikitpun.

STORY THAT WON'T END | CHENJI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang