Chapter 18

4.4K 382 26
                                    

CERITA INI TELAH DIHAPUS, KARENA PROSES PENERBITAN‼️






TAPI BOHONG☺️☺️ HHHHHHHHHH

happy reading 💕

.
.
.

Percakapan terakhirnya dengan Jungkook terus menggema di kepalanya seperti sebuah kaset rusak. Ekspresi wajah pria itu seakan menghantuinya di malam hari, membuat Aeri tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Aeri merindukannya.

Sudah lebih dari satu pekan ia tidak melihat sosok Jungkook. Pria itu seakan menghilang dari kehidupannya tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Menyingkirkan pikiran tentang Jungkook dari benaknya, Aeri meluruskan pandangannya dan berjalan cepat melewati lorong. Ia merasakan seluruh pasang mata menatapnya diiringi dengan bisikan yang Aeri yakin pasti akan membuat telinganya panas saat mendengarnya. Selama hampir satu pekan terakhir, ia tahu dirinya sedang digosipkan oleh seisi gedung.

Saat Jungkook mengejarnya minggu lalu, hal itu jelas memunculkan desisan yang berubah menjadi sebuah pusaran berbahaya, membuat Aeri mulai kehilangan kenyamanannya dalam lingkungan kerja.

Entah sudah berapa kali ia menemukan surat yang berisi tentang ancaman yang diselipkan dari celah pintu ruangannya. Begitu banyak cemooh dan kebencian dalam semua pesan itu, merendahkannya dan menuduhnya sebagai seorang jalang. Dan ia tahu, bahwa ini adalah risikonya.

Langkah Aeri kemudian berhenti di depan ruangan Kim Seokjin. Ia menghirup napas dalam dan mengetuk pintu sopan, ia tahu apa yang menunggunya di balik pintu tersebut. Mengumpulkan semua keberaniannya, Aeri mengetuk pintu dan masuk saat dipersilahkan oleh Kim Seokjin.

"Anda memanggilku, Presdir Kim?"

"Ah, Sekretaris Park. Duduklah."

Aeri menarik sebuah kursi terdekat darinya dan duduk. Ia meletakkan buku buku bawaanya ke atas pangkuan dan menunggu dengan sabar.

"Aku yakin kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini." Seokjin membuka pembicaraannya. Pria itu menopangkan sikunya di atas meja dan menyentuh pelipisnya dengan ibu jari dan telunjuk sementara sebelah tangannya yang lain mengetuk permukaan meja dengan pelan.

"Kurasa aku bisa menebaknya." Suara Aeri terdengar serak di telinganya.

Sementara Seokjin menganggukkan kepala. "Jadi? Apa kau akan menjelaskan kenapa seluruh isi gedung ini membicarakan hubunganmu dengan Jeon Jungkook? Belum lagi tidak sedikit yang mengatakan bahwa mereka melihatmu sedang bertengkar dengan Jeon Jungkook."

Aeri menelan ludahnya dengan susah payah. Lucu. Bagaimana bisa ia melakukannya, sementara bibirnya terasa kering saat ini?

"Maafkan aku." Hanya itu yang keluar dari tenggorokkannya.

"Kau tidak ingin meluruskan kesalapahaman ini?"

Mata Seokjin menatapnya menyelidik. Aeri sangat berharap dapat membantah semua rumor yang sedang beredar itu, namun ia tidak bisa.

"Tidak," jawab Aeri. "Tidak ada kesalahpahaman."

Pria berusia tiga puluh tahun di hadapannya itu menghela napas. Dengan ekspresi penuh penyesalan, Seokjin mengaitkan kedua jemari tangannya di depan tubuhnya.

"Kau tahu aku tidak bisa membiarkan hal ini, bukan?"

Aeri menundukkan kepala dan tersenyum. Tangannya mulai mencari sebuah amplop yang sudah dipersiapkan olehnya sejak kemarin, ketika ia tahu bahwa Seokjin memintanya untuk menemui pria itu. Dengan berat hati Aeri meletakkan surat pengunduran dirinya tersebut di atas meja dan mendorongnya ke arah Seokjin.

Travieso [M]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang