Jungkook mendengar suara pintu kamar yang baru saja dibuka. Ia menoleh ke balik sandaran sofa agar ia dapat melihat Aeri dengan jelas.
Meninggalkan permukaan sofa yang empuk, ia berjalan mendekati Aeri yang berdiri memunggunginya. Wanita itu mengangkat tangannya untuk mengambil cangkir yang berada di dalam lemari, membuat pakaian yang dikenakannya tertarik dan menunjukkan punggung bawahnya.
"Pemandangan yang bagus," komentar Jungkook.
Aeri terkesiap mendengar suara seseorang di baliknya dan memutar tubuh cepat. Ia hampir saja menjatuhkan cangkir yang berada dalam genggamannya karena terlalu terkejut.
"Sejak kapan kau di sini?"
"Di dapurmu atau di apartemenmu?"
Sementara Aeri menyipitkan matanya kesal. "Kau tahu apa maksudku, Jeon Jungkook."
Jungkook tersenyum dan berjalan mendekati Aeri, baru berhenti ketika tubuh mereka berdiri terlalu dekat sehingga membuat Aeri mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi agar dapat melihat wajah Jungkook.
"Dengar, Jeon—" ucapan Aeri terputus, karena Jungkook merebut cangkir yang berada dalam genggamannya.
Tanpa rasa malu, Jungkook mengisi cangkir tersebut dari mesin pembuat kopi yang berada di balik tubuh Aeri, tanpa membiarkan wanita itu menyingkir dari posisinya.
Aeri tertegun, memandang pundak lebar dan dada telanjang di hadapannya. Bagaimana bisa hanya dengan mengisi secangkir kopi, otot pria itu ikut bergerak di depan matanya? Sial.
Jungkook tidak menyembunyikan senyumnya saat ia melirik ke bawah, melihat ekspresi tertegun Aeri. Dengan sengaja, ia menopangkan sebelah tangannya yang bebas ke atas konter dapur dan memenjarakan tubuh Aeri.
Jungkook menyeruput pelan kopinya seraya memperhatikan tatapan Aeri yang turun memandang tubuhnya.
Wanita itu tampak malu-malu mencuri pandang dan mulai menjelajahi tubuhnya dengan mata. Lalu tatapan Aeri merangkak naik dan berakhir pada pundak dan lehernya.
Jungkook mengerutkan kening bingung saat menyadari raut wajah Aeri yang berubah kembali menjadi dingin.
Dengan satu sentakan, Aeri mendorong tubuhnya dan melangkah keluar dari kungkungan tangannya.
"Kalau sudah selesai dengan kopimu, kuharap kau segera pergi," ucap Aeri, lalu memunggunginya.
Jungkook meletakkan cangkir kopinya ke atas konter dan menarik lengan Aeri, mencoba untuk memutar tubuh wanita itu agar melihatnya. Tetapi Aeri sedang tidak ingin disentuhnya, sehingga tangannya menampik tangan pria itu dan melangkah menjauh.
"Aku bukan mainan seksmu, Jeon." desis Aeri.
Kedua tangan wanita itu terkepal di sisi tubuhnya dan Jungkook dapat melihat bahwa tubuh Aeri sedikit bergetar menahan amarahnya serta cairan bening menggenang di pelupuk matanya.
"Hei, aku tidak sedang mempermainkanmu, Sekretaris Park," kilah Jungkook.
"Lalu?" tanya Aeri tanpa berusaha menyembunyikan kemarahannya.
"Menggodamu? Mendekatimu?"
Aeri tersenyum sinis disertai air mata yang menetes. "Jangan bercanda, kau membuatku muak mendengarnya."
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" tanya Jungkook membuang semua formalitasnya.
"Jangan membohongi dirimu sendiri, Jeon. Kau jelas sedang mempermainkanku, memanfaatkanku untuk kesenanganmu sendiri. Bukan begitu?"
"Apa?"
"Kau tahu apa yang kukatakan. Park Aeri, wanita perawan yang tidak pernah memiliki kekasih dan kau mempermainkanku untuk menunjukkan kepada dunia bahwa aku adalah wanita yang haus akan sentuhan laki-laki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Travieso [M] ✔
FanfictionTidak ada yang menyangka bahwa sebuah sentuhan bisa membuat mereka berdua saling mempelajari apa yang tidak pernah mereka dapatkan dalam buku manapun. Tidak dengan Jungkook dan juga Aeri. DON'T BE A GHOST READER ‼️ (i beg u) © 2020