Chapter 03

7.9K 563 18
                                    

Warning!!!
18+

***

Ciumannya kali ini tidak terasa ragu ataupun pelan, tetapi langsung dimulai dengan panas dan basah. Lidah Jungkook menyeruak masuk ke dalam kehangatan mulut Aeri dan mulai menjelajah.

Ia menggoda lidah wanita itu lembut agar membalas belaiannya. Usahanya tidak sia-sia, sebab lidah Aeri mulai membalas ciuman Jungkook dan ikut menjelajah bersamanya.

Kedua tangan Aeri yang tergantung di kedua sisi tubuhnya perlahan mulai merayap naik dan mencengkram pundak Jungkook. Ia dapat merasakan napas Aeri yang mulai tidak teratur dan bagaimana wanita itu semakin berjinjit dan merapatkan tubuhnya.

Tangan Jungkook sendiri tidak tinggal diam dan mulai mengelus punggung dan pinggul Aeri, sesekali meremas bokong wanita itu.

Erangan yang kemudian keluar dari bibir Aeri membuat tubuh Jungkook semakin panas. Pria itu kemudian mendorong Aeri agar berbaring di atas meja. Posisi ini menyadarkan Aeri pada apa yang sedang mereka lakukan.

"Hentikan, Jeon!" ucapnya panik dan berusaha untuk bangkit berdiri. Namun, tubuh Jungkook yang lebih besar darinya itu sudah menjulang di atasnya dan menindihnya.

Kedua tangan Aeri ditahannya di atas kepala wanita itu dengan satu tangan, dan tangannya yang lain mulai melepaskan kedua kancing blazer Aeri.

Ketika tangan Jungkook meremas kedua gundukannya yang masih terhalang blouse, Aeri melenguh dan sedikit membusungkan dadanya.

Bibir Jungkook berpindah turun ke leher. Pria itu dapat melihat bekas ciuman yang ia tinggalkan sehari sebelumnya, dari turtle neck milik Aeri.

Dengan cekatan, ia membuka dua kancing teratas pakaian itu dan menampakkan tulang selangka Aeri. Lidah nakal Jungkook tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan mulai menjilat ceruk sensitif leher Aeri.

Aeri sendiri tak kuasa menahan desahannya dan mulai menikmati jilatan dan remasan tangan Jungkook di dadanya. Dan tanpa ia sadari, kaki pria itu sudah menyusup di antara kakinya dan menekan kewanitaannya.

Merasakan yang panas berpusat pada dirinya, napas Aeri semakin terengah dan tidak teratur. Rok hitam ketat yang dikenakannya sudah naik dan berkumpul di pinggulnya, sementara lutut Jungkook mulai menekan kewanitaan Aeri dengan lembut.

Aeri tidak bisa memahami situasi apa yang sedang terjadi sekarang. Ia hanya tahu bahwa di bawah sana terasa panas dan sangat ingin disentuh. Sial.

Tekanan lembut dari Jungkook seakan tidak cukup, dan wanita itu mulai menggerakkan pinggulnya tanpa sadar.

"Oh," lenguhan Aeri ketika kenikmatan yang dirasakannya mulai bertambah.

Jungkook tahu apa yang sedang dirasakan oleh wanita itu. Kedua mata wanita itu berkabut dan dadanya naik turun tidak beraturan. "Kau menginginkannya, Sayang?" bisiknya di telinga Aeri.

"Y-ya," jawab Aeri terbata. Ia tidak tahu apa yang ditawarkan Jungkook, namun ia tahu bahwa pria itu bisa memberikan apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya sekarang.

Jungkook tersenyum dan melepaskan genggamannya pada kedua tangan Aeri yang ditahannya. Dengan cepat ia menyelipkan tangan kanannya ke balik celana dalam wanita itu sementara tangannya yang sebelah menangkup mulut wanita itu agar tidak bersuara.

"Basah, hm?" tanya Jungkook—lebih tepatnya pantas dijadikan pernyataan.

Aeri mengerjapkan matanya merasakan jari kasar Jungkook mengusap dirinya, menggodanya dengan jemari pria itu.

Menerima perlakuan seperti ini, Aeri ingin berteriak namun tidak bisa, karena tangan Jungkook membekap mulutnya.

Oh, sial.

Pria itu memperhatikan bagaimana Aeri memejamkan matanya rapat-rapat dan bernapas kasar melalui mulut, sesekali menyesap permukaan telapak tangannya. Ini sungguh membuatnya gila.

Jungkook semakin mempercepat ritme belaian jarinya, ingin memberikan pelepasan pada wanita itu. Saat tubuh Aeri mulai mengejang, Jungkook menekankan jarinya dan menahannya di sana hingga klimaks Aeri mereda.

Aeri berusaha mengatur napasnya dan menenangkan pikirannya. Ia tidak bisa berpikir jernih saat merasakan denyut pelepasan pertamanya.

Setelah Aeri tenang, Jungkook melepaskan tangannya dan menegakkan tubuhnya kembali. Ia memperhatikan pemandangan di depannya, seorang sekretaris perusahaan dengan wajah memerah dan kacing blouse yang terlepas, dengan kedua kaki terbuka lebar menampakkan celana dalamnya yang basah.

Aeri bangkit berdiri dan berusaha mengancingkan blousenya dengan tangan yang gemetar. Wanita itu tidak sanggup menatap Jungkook yang bediri dengan bangga. Bedebah!

"Kau memiliki tissue, Sekretaris Park?" tanya Jungkook. Sementara Aeri mengerutkan keningnya bingung.

Ia mendapat jawabannya ketika Jungkook mengangkat tangan kanannya, menunjukkan jemarinya yang basah. Kemudian pria itu tertawa melihat wajah Aeri yang berubah semakin merah dan panas. Mengibaskan tangannya, Jungkook mendekatkan wajahnya pada telinga Aeri.

"Aku tahu kau menikmatinya, Sekretaris Park. Sampai jumpa besok." Jungkook langsung melangkahkan tumitnya keluar dari ruangan meninggalkan Aeri yang terduduk lemas di lantai. Lagi.

Brengsek! Tahan dirimu, Park Aeri!

Tangannya masih gemetar dan Aeri merasakan panas yang belum hilang dari wajahnya.

Kedua tangannya saling menggenggam, berusaha untuk menghentikan getaran yang menjalarinya, namun semua terlihat sia-sia. Ia tidak berusaha untuk bangkit berdiri, karena ia tahu jika kakinya sudah kehilangan semua tenaganya setelah apa yang pria itu lakukan padanya.

Setelah beberapa saat ia berhasil menenangkan diri dan mengenyahkan bayangan sentuhan Jungkook dari benaknya, tangan Aeri terulur ke arah pakaian dalamnya sendiri dan membetulkan letaknya yang sedikit miring akibat ulah Jungkook.

Aeri mengumpat lagi begitu merasakan dengan tangannya, betapa basahnya dirinya di bawah sana. Terlalu lembab untuk merasa nyaman.

Ia tidak akan bisa bertahan barang lima menit saja dengan pakaian dalam lembab yang sangat mengganggu itu. Membuatnya risih dan terus terbayangi apa yang baru saja terjadi beberapa saat lalu. Jadi, Aeri memutuskan untuk pergi ke kamar kecil dan membersihkan diri.

Aeri merapikan pakaiannya agar tidak terlihat kusut dan berantakan akibat perbuatan Jungkook. Ia juga memastikan bahwa kancing blousenya sudah tertutup rapat dan tidak menampakkan kissmark yang ditinggalkan pria itu, kemudian menyisir asal rambutnya dengan tangan, berharap bahwa tatanan rambutnya cukup rapi, sebab ia tidak memiliki cermin di ruangannya. <>







don't forget to vote and follow me ❤️

Travieso [M]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang