DON'T. BE. A. SILENT. READER. PLEASE!
appreciate the author's work!
please and thank you🙏🏼—
Sebelum tiba di depan pintu apartemen Jungkook, Aeri sudah menanyakan password pintu tersebut kepada Jimin. Menurutnya, ini sudah terlambat, sebab sampai sekarang ia tidak tahu berapa angka digit pintu apartemen pria itu—membuktikan bahwa selama ini hanya Jungkook saja yang berusaha untuk mengenalnya secara sepihak.
Ah, setelah ini tidak akan lagi, pikir Aeri.
Aeri menekan bel pintu di hadapannya, menunggu selama beberapa menit. Saat tidak ada sahutan dari dalam, ia kembali menekan bel pintu sekali lagi.
Apa Jungkook tidak mau membukakan pintu karena tahu bahwa ia yang datang?
Tidak mungkin, bukan? Sebab Jungkook bukan pria seperti itu.
Namun, setelah menunggu beberapa lama tanpa ada hasil, akhirnya Aeri memberanikan diri untuk membuka pintu apartemen Jungkook dengan menekan satu persatu angka yang sudah ia hafal di luar kepala.
Dengan hati-hati, Aeri mendorong pintu dan membawa dirinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Suasana di dalam cukup remang, sebab sinar matahari sudah tidak begitu terang, tapi Aeri bisa melihat ruangan itu dengan cukup baik.
Begitu banyak box dan kain putih yang menutupi hampir seluruh furnitur di ruang tamu Jungkook. Beberapa dekorasi ruangan yang ia ingat—saat datang mengunjungi Jimin pun sudah tidak ada.
Ada perasaan aneh yang menjalar ke hatinya, namun Aeri membuang jauh perasaan itu, dan melangkah menuju kamar Jungkook.
Tidak seperti ruang tamunya di luar, kamar pria itu terlihat bersih-terlalu bersih malah. Tidak ada box yang berserakan sama sekali. Kasur pria itu kosong dan rak buku di sebelahnya pun sudah kehilangan isinya. Aeri semakin melangkah masuk menghampiri lemari pria itu dan membukanya dengan tangan gemetar. Kondisi lemari pakaian pun tidak berbeda, benar-benar kosong. Tidak ada satu helai pun pakaian di sana.
Meskipun Aeri yakin bahwa Jungkook akan kembali untuk mengambil sisa barangnya, tapi sepertinya pria itu tidak akan mengunjunginya. Bahkan Jungkook sama sekali tidak berkata apapun atas kepergiannya.
Aeri membawa tangannya tepat di mana jantungnya masih berdegup. Detak itu sangat kontras jika dibandingkan dengan apa yang sedang ia rasakan. Ia merasa dunianya seakan berhenti berputar, dan berpikir bahwa ia tidak akan bisa melewati satu hari lagi dengan kenyataan bahwa Jungkook memutuskan untuk pergi.
Tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Ia terduduk dengan memeluk kedua lututnya, memandang nanar situasi di sampingnya.
Aeri tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Tidak ketika Minhee membombardirnya dengan begitu banyak tuntutan, tidak ketika Juan memalingkan wajahnya atas apa yang ibunya lakukan, dan bahkan tidak saat ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Travieso [M] ✔
FanfictionTidak ada yang menyangka bahwa sebuah sentuhan bisa membuat mereka berdua saling mempelajari apa yang tidak pernah mereka dapatkan dalam buku manapun. Tidak dengan Jungkook dan juga Aeri. DON'T BE A GHOST READER ‼️ (i beg u) © 2020