Epilogue

5.7K 411 103
                                    

Let's end their long journey.

***

Setelah masalah di antara mereka selesai, tidak ada lagi yang menjadi penghalang kebahagiaan Aeri. Tidak ada lagi Minhee dan Juan, dan ancaman hubungan mereka yang bisa membuat Aeri dan Jungkook dipecat dari pekerjaannya.

Jungkook tidak pernah bosan menatap wajah berseri yang sering ditunjukkan oleh Aeri sekarang. Seakan tidak ada lagi beban di atas pundaknya, untuk pertama kalinya Aeri tertawa lepas, memperlihatkan kepada Jungkook dan seluruh dunia wajah bahagianya yang cantik dan bebas.

Dan Jungkook merasa dunianya sudah sempurna. Sesempurna yang bisa diraihnya dengan Aeri. Jungkook juga berharap tidak ada lagi permasalahan yang kembali mengguncang mereka. Untuk waktu yang lebih lama dari selamanya.

Tidak peduli seberapa keras Jungkook mengusahakan hubungannya dengan Aeri agar selalu baik-baik saja, namun tetap saja ada hal-hal kecil yang mengganggunya. Tapi kali ini, masalahnya jelas berbeda.

Jungkook tahu, tidak seharusnya ia pergi ke Tokyo di saat Aeri sedang kesal kepadanya. Seharusnya ia bisa mendelegasikan pekerjaannya kepada orang lain dan tinggal di Seoul, berusaha untuk memperbaiki suasana hati Aeri.

Namun, kekesalan Aeri yang tanpa alasan kali ini membuat Jungkook ikut kesal, sehingga akhirnya memutuskan untuk pergi.

Selama dua pekan ini, Aeri tidak seperti dirinya sendiri. Aeri yang selalu dewasa dan sabar, tiba-tiba saja menjadi lebih sensitif dan mudah marah.

Puncaknya adalah kemarin pagi. Saat Jungkook mengucapkan selamat pagi, Aeri sama sekali tidak menggubrisnya, menganggap seolah Jungkook tidak ada. Selama lebih dari enam bulan tinggal bersama, itu pertama kalinya Jungkook dibuat marah oleh wanita itu.

Jungkook frustasi, sebab ia tidak tahu di mana letak kesalahannya. Dua pekan berjalan di atas kulit telur yang rapuh seperti itu rupanya cukup untuk membuat Jungkook membanting pintu dan pergi tanpa mengatakan apa pun kepada Aeri. Saat Aeri menghubunginya pun, ia menjawabnya dengan setengah hati. Dan pikirannya melayang pada percakapan telepon mereka saat itu.

"Kau mau ke mana?" tanya Aeri, ketika Jungkook menerima panggilannya.

"Kerja," jawab Jungkook singkat.

Aeri terdiam sejenak. " Ini akhir pekan? Kau tidak ingin menghabiskan waktu bersamaku?"

Jungkook sudah hampir memutar mobilnya lagi begitu mendengar nada sedih dalam ucapan wanita itu, namun kekesalan menahannya. "Tadi kau terlihat sedang tidak ingin menghabiskan waktu denganku."

"Maafkan aku." Aeri bergumam kecil.

Jungkook menghela napasnya. "Kalau tidak ada apa-apa lagi, akan kumatikan."

Ia menunggu Aeri mengatakan sesuatu, namun wanita itu tidak berkata apa-apa, hingga akhirnya ia berkata, "Aku akan pergi ke Tokyo sore ini, kurasa kita butuh jarak untuk sementara."

Dan Jungkook mematikan sambungan.

Jadi, di sinilah Jungkook, duduk dalam pesawat yang akan membawanya ke Jepang. Bodohnya dia, sesaat setelah pesawat lepas landas, penyesalan langsung merayapi hatinya. Tidak seharusnya ia pergi dalam keadaan marah dan kesal.

Dan sekarang, karena ia sudah memutuskan untuk pergi, ia harus menyelesaikan urusan pekerjaan sebelum pulang kepada Aeri, setidaknya akan memakan waktu selama satu pekan—yang artinya, ia baru bisa menemui Aeri untuk bicara paling cepat minggu depan.

Ini akan menjadi satu pekan yang paling panjang dan paling menyiksa bagi mereka.

*** One week later ***

Travieso [M]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang