Langit barat tak nampak jingga sore ini, melainkan kehitaman tertutup mendung seluruhnya. Hujan tak mau kalah, tiap bulirnya berlomba-lomba menghujam tanah, memercikkan sisa dinginnya, menguarkan aroma khasnya.
Menggosok lehernya, Tiara mendesah pelan setelah lima belas menit menopang dagu di meja. Hanya termenung menatap deras hujan di seberang jendela kamar kosnya. Dari lantai dua, pemandangan di kala hujan seperti ini sungguh menenangkan.
Perlahan Tiara membuka sedikit jendelanya, mengeluarkan jemarinya untuk membelai hujan. Saat bulir hujan terpercik mengenai jarinya, mendadak terbersit pikirnya pada Lyodra.
Sebelum mengenal Lyodra, Tiara sudah jatuh cinta pada hujan terlebih dahulu. Seperti Lyodra, hujan terlalu nyaman bagi Tiara. Ingin rasanya menatap hujan lama-lama, melamun sepuasnya.
Tiara memejamkan mata, berandai-andai tentang Lyodra dan hujan, dua hal yang sama-sama membuatnya jatuh cinta.
Selalu membuatnya ingin menatap hanya padanya, candu akan aromanya, candu mendengar suaranya yang merdu. Ingin Tiara memeluknya, meski Ia tahu akan dingin.
Hujan selalu dingin padanya, begitupun Lyodra yang hatinya terlalu dingin untuk dicairkan sehingga mau mengganti nama Keisya yang beku di dalamnya dengan namanya. Meskipun secara fisik, Ia yakin, genggaman Lyodra akan lebih hangat daripada genggaman hujan.
Tiara harap begitu.
Menatap kembali hujan, Tiara mendapati sesuatu yang berbeda. Di bawah hujan, ada seseorang berdiam di depan pagar kosnya, diam menatap langit, seolah menikmati hujan yang membelai tubuhnya kasar itu.
"Siapa?" gumamnya mengerutkan dahi.
Tiara menunggu beberapa saat. Mungkin itu tamu dari penghuni kamar yang lain.
Tapi seingatnya, penghuni kamar yang hanya ada lima selain kamarnya itu adalah spesies mahasiswa kunang-kunang dan kura-kura. Mereka jarang ada di kosan, selalu pulang malam. Maka kalau masih sore begini, Tiara sering sendirian.
Lalu siapa orang itu?
Ia amati sekali lagi postur tubuh orang yang berdiri tegak di bawah hujan itu. Entah kenapa nama Lyodra muncul di pikirannya.
"Lyly?"
Tiara bergegas keluar kamar, turun dari tangga tak lupa membawa payung. Ia berlari secepat mungkin, cemas, takut ada hal yang buruk terjadi pada Lyodra.
"Lyly!"
Orang yang berdiam diguyur hujan itu menoleh ke arah gadis yang tergesa keluar pagar. Tiada senyum di wajahnya yang basah. Datar, hanya menatap lurus Tiara yang kini sudah ada di hadapannya.
Dengan tergesa Tiara membuka payungnya, memayungi tubuh Lyodra yang sudah basah dari ujung rambut hingga kaki.
"Kamu ngapain hujan-hujanan? Ini deres loh! Kalau sakit gima--"
"Hei," potong Lyodra pelan, menatap Tiara lekat dengan sorot yang asing.
Dingin.
Bahkan tanpa menyentuh kulitnya pun, Tiara mampu merasakan betapa dinginnya Lyodra saat ini. Lebih dingin dari hujan.
Bulir hujan yang menetes dari wajah dan rambut Lyodra seolah menyempurnakan narasi tentang indah dan dinginnya hujan.
Hujan dan Lyodra, perpaduan menawan.
Tiara tak mampu mengalihkan pandangan, seolah terhipnotis pesona hujan yang membelai wajah tegas Lyodra.
Dalam dingin itu, Lyodra perlahan mengeluarkan sebuah kertas dari dalam sakunya yang seketika menjadi basah, terguyur hujan.
![](https://img.wattpad.com/cover/242319874-288-k337572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing By The Past | Lyodra x Tiara
FanfictionBuku #2 dari Series: Andil Masa Lalu Ini hanyalah kisah tentang Lyodra dan Tiara. Dua gadis dengan bayangan masa lalu yang sama-sama traumatis meski berbeda luka. Berbekal perasaan senasib dalam trauma itulah, mereka mencoba saling bantu memulihkan...