Chapter 08 : Cupang

1K 83 55
                                    

Hutan
Pagi hari, pukul 08.15

Kicauan burung mengiringi langkah malas para mahasiswa melewati hutan. Mereka harus melewati hutan agar bisa sampai ke sungai untuk outbond.

Hutan yang terlihat tenang berhias rerimbunan pohon membuat siapapun akan mengantuk. Tapi tidak untuk gerombolan yang paling belakang, gerombolan tokoh utama kita, Lyodra dan kawan-kawan.

"Hai guys, balik lagi dengan Ainun di Ainun Show!!" Ainun mengibaskan rambutnya sambil menatap ponselnya yang sudah terpasang di tongsis, melakukan vlog ala-ala.

"Jadi kali ini saya sedang di Hutan nih guys, dan di sekitar saya ada apa saja Mahalini?" lanjutnya mencoba berinteraksi dengan orang sekitarnya.

"Hmm.. ada tanah, air, udara, terus... pohon alpukat." Tunjuk Mahalini pada pohon di dekatnya.

"Alphukaat, sawadikhaap, kapunkhaap," celetuk Lyodra asal menggunakan logat orang Thailand, mengundang tawa Tiara juga Keisya yang masih sedikit canggung.

Meski mereka sudah sepakat untuk tidak memikirkan masa lalu dan hanya akan bersenang-senang pada kegiatan ini, tetap saja gadis itu masih canggung. Lyodra paham, karena itulah Ia melempar candaan aneh tadi, lumayan untuk mencairkan suasana.

"Emang muat ya sawah di cup?" tanya Ziva polos, salah menangkap kalimat Lyodra.

Novia menghembuskan napas, jengkel akan otak lemot sahabatnya itu. Ia hendak menjelaskan, tapi-

"IH MONYET!"

Teriakan cempreng Keisya yang akhirnya dapat Lyodra dengar setelah sekian lama. Aneh, Ia masih saja kaget mendengar suara supersonik itu.

Teman-temannya tentu kaget, bahkan ponsel Ainun yang ada di tongsis sempat bergetar. Mungkin kalau sedikit lebih keras lagi layarnya akan retak.

"Ngapain sih teriak-teriak, kaya di Hutan aja!" Lini yang kaget mendadak sewot, ikut mengomel.

"Kan emang di Hutan," ucap Nuca menanggapi sambil tangannya terus mencatat macam-macam tumbuhan yang tumbuh di hutan ini dalam bahasa latin. Sebagai anak FMIPA, kebiasaan ini membantu hafalannya. Tipe orang yang rajin, juga pandai.

"Balikin Miu!" Teriak Keisya lagi, memaki-maki monyet yang telah mengambil boneka kucing buluknya, Miu.

"Monyet kok nyuri bonekanya monyet." Samuel menyeletuk membuatnya ditatap tajam oleh gadis cempreng itu.

Sementara Keisya memaki-maki, Tiara memeluk Nyonyo --bonekanya-- erat-erat, takut diambil monyet nakal yang entah muncul darimana.

Monyet itu tampak sangat menyukai Miu, bahkan keluarga monyetnya tak diizinkan sama sekali menyentuh boneka curiannya itu.

"Duh, nyusahin aja monyet." Lyodra ikutan memaki pelan. Masalahnya Keisya tidak mau melanjutkan perjalanan tanpa Miu.

Padahal lanjut tanpa dirinya saja bisa.

"Sam, bilangin kembaran lu noh si monyet." Lyodra melanjutkan, kali ini sambil menggoyang-goyangkan batang pohon tersebut menyebabkan daun-daun berguguran.

Samuel menoleh, hendak marah tidak terima karena disamakan dengan monyet, namun mendadak terdiam kala melihat wujud monyet tersebut.

Ia terbengong, monyet itu memang mirip dengannya.

"Lah iya beneran mirip woy, sama-sama sipit," ucap Richard melihat muka Sam lalu monyet itu bergantian, membandingkan keduanya dan tertawa keras setelahnya, disusul tawa teman-temannya yang lain.

Chasing By The Past | Lyodra x TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang