Hari ini tepat dua hari pernikahan Aluna dan Asyraf. Selama itu mereka menginap di rumah orang tua Aluna.Suasana di rumah itu tidak jauh dari tangisan Aluna, karna hampir setiap saat dia menangis. Apalagi saat melihat Asyraf.
Gadis itu tidak ingin melihat ataupun berbicara dengan Asyraf, dia seolah mengobarkan api permusuhan. Dan selama dua hari ini dia tidur bersama Mama Isti dan Bunda Amira.
Sedangkan Asyraf hanya bisa menghela nafas, sebenarnya ada alasan kenapa dia mengajak istrinya pindah. Tidak mungkin dia selalu tinggal bersama mertuanya, dia ingin mandiri. Tapi dia harus tetap sabar menghadapi sifat labil istri kecilnya, apalagi istrinya itu terlihat sangat manja sudah pasti tidak mudah untuk memisahkannya dengan ke dua orang tuanya.
Dan alasan utama Asyraf ingin pindah adalah pekerjaan, jarak antara rumah Aluna dan RS tempat ia bekerja terbilang sangat jauh. Karna sudah terhitung satu minggu sejak Asyraf tidak masuk kampus dan RS, apalagi sekarang dia adalah seorang pembimbing mahasiswa Koas. Dia yakin mahasiswanya sekarang sudah uring-uringan mencari dirinya.
Saat mereka sedang berkumpul di ruang makan, tiba-tiba Aluna datang.
"Dek! Abang mau bicara sebantar, bisa?" ucap Asyraf.
Aluna menoleh dan menatap Asyraf dengan sinis, jangan lupakan bibirnya yang maju, seperti bebek saja.
Sebenarnya Asyraf ingin tertawa melihat istrinya, sungguh menggemaskan ujar Asyraf dalam hati.
" Adek nggak mau!" jawab Aluna dengan setengah berteriak.
Mereka yang ada di ruangan itu terkejut tidak terkecuali Asyraf.
"ADEK!" bentak Rian, dia sangat marah dengan sikap putrinya.
Aluna yang mendengar bentakan Ayahnya pun tak dapat menahan air matanya.
Hiks ... Hiks ... .
"Apa Ayah pernah mendidik mu seperti ini ha? apa Ayah pernah mengajarkanmu untuk berbicara tidak sopan kepada orang yang lebih tua? bukankah Bunda sudah mengajarkanmu tentang bagaimana bersikap pada suami?! Bersikaplah lebih dewasa Aluna! kamu bukan bocah lagi, yang apa apa harus di bujuk! Tidakkah kau kasihan melihat suamimu yang sudah berusaha membujukmu sejak kemaren. Hargai itu!" ujar Rian tajam, Aluna pun semakin terisak.
"Nangis lagi, Nangis! dikit-dikit nangis, apa-apa nangis. Minta maaf!"
Aluna sangat sakit hati, karna sebelumnya Ayahnya tidak pernah seperti ini, meskipun dia berbuat hal yang lebih besar daripada ini."Ayah! sudah, jangan seperti ini!" Isti berusaha menenangkan suaminya, dia pun sudah ikut menangis melihat putrinya yang menangis. Tidak diragukan lagi darimana datangnya sifat Aluna itu.
Aluna berjalan ke arah kursi tempat Asyraf duduk, dia menunduk dan tidak berani menatap mata Asyraf tidak lupa dia menggaruk kukunya. Karna dia sangat takut, dia takut Asyraf juga marah seperti Ayahnya.
Dia berdiri di samping Asyraf sembari menggigit bibirnya, dan Aluna masih tetap bungkam.
Sebenarnya Asyraf tidak tega melihat istrinya seperti ini, tapi melihat tatapan Ayah mertuanya dia tidak bisa apa-apa. Dan karna dia juga tau, bahwa ini adalah salah satu cara seorang Ayah mendidik putrinya.
"Minta maaf! bukan berdiri seperti patung!" suara Asyraf kembali terdengar.
Hiks ... hiks ...
Karna tidak tahan melihat istrinya yang menangis, Asyraf menarik tangan Aluna hingga Aluna terduduk dipangkuannya. Dan Aluna semakin terisak.
"Sudah, jangan menangis! sudah saya bilang, saya tidak suka melihat istri saya menangis!" ucap Asyraf.
Aluna pun semakin menggigit bibirnya demi menahan isakannya agar tidak semakin keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Random"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra