𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Saat Aluna beranjak, Asyraf ikut beranjak dan langsung menyelipkan tangannya di bawah lutut Aluna. Asyraf langsung menggendong tubuh Aluna menuju kamar mereka, Aluna memberontak, namun kekuatannya bukanlah apa-apa dibandingkan dengan kekuatan Asyraf. Apalagi kaki-nya yang sedikit lecet membuat dia susah untuk berjalan dan pasrah dalam gendongan Asyraf.
Saat berlari tanpa sendal kemarin malam membuat kaki-nya seperti mati rasa. Dan paginya Aluna melihat kakinya yang sudah dibalut perban. Sekarang Aluna sudah bisa berjalan walau masih sedikit tertatih.
Asyraf langsung mendudukkan bokongnya di tepi ranjang dan posisi Aluna dia rubah dalam posisi duduk di pangkuannya.
Aluna berusaha turun namaun lengan kokoh Asyraf menahan kuat pinggangnya, "Dengerin dulu penjelasan Abang, Dek. Abang nggak mau kita terus-terus begini." Ucap Asyraf tegas.
"Mau denger apa lagi? Mau denger kalau Abang lebih mentingin dia daripada Adek?!" Tanya Aluna dan matanya kembali memerah.
Asyraf menghapus air mata yang turun di pipi Aluna, "Makanya Adek dengerin dulu, ya."
"Hmm ... " Aluna bergumam dia juga sudah letih mendiami Asyraf sejak tadi, Aluna adalah orang yang tidak bisa lama-lama dalam amarah.
"Jadi, perempuan yang Adek lihat di mini market itu adalah Aisha, dia adal ..."
"Selingkuhan Abang," potong Aluna.
CUP
Asyraf mencium sudut bibir Aluna, "Jangan dipotong dulu, suaminya belum siap ngomong. Kalau dipotong lagi awas nanti dihukum!" Ucap Asyraf pada Aluna.
Aluna mengangguk patuh, Asyraf mengacak rambutnya.
"Aisha adalah anak dari pasien Abang. Sebenarnya dua minggu terakhir, Abang jarang di rumah karena ada masalah di kantor. Dan kemaren pasien Abang-- Pak Hamdan, mengalami komplikasi setelah menjalankan transplantasi jantung. Kamu masih ingat, kan? Saat pulang sidang kemaren, Abang pernah bahas tentang transplantasi jantung?" Asyraf bertanya pada Aluna dan Aluna menganggukkan kepalanya.
" Pasiennya itu adalah Pak Hamdan, Ayah-nya Aisha."
"Terus, kenapa kemaren Abang cuman nerima hadiah dari Aisha? Maksudnya apa?!" Aluna memukul dada Asyraf sambil menjerit.
"Sstt ... Sayang, tenang dulu. Abang jelasin, ya! Biar Adek nggak salah paham, hmmm ... ." Asyraf menarik Aluna kembali ke dalam dekapannya.
Aluna masih terisak dan mengangguk pelan di dada bidang Asyraf, Asyraf mengeratkan pelukannya. Asyraf sudah seperti seorang Ayah yang menenangkan anak-nya yang sedang merajuk. Asyraf tersenyum geli.
"Jadi, Pak Hamdan itu adalah pasien lama-nya Abang. Tapi akhir-akhir ini kondisinya memburuk sehingga harus menjalani operasi. Kemaren kebetulan, pas Abang sampai di rumah, tiba-tiba Aisha menelfon dan mengatakan bahwa kondisi Pak Hamdan sedang drop. Makanya kemaren Abang langsung pergi. Dan itu asal mula terjadinya kesalah-pahaman di antara kita, apalagi kemaren kita berjumpa di mini market sehingga memperkeruh suasana. Waktu itu, Abang hanya mengantarkan Aisha untuk membeli sesuatu. Jadi, Adek jangan salah paham lagi, hmmm ... "
"Teruss, yang nerima hadiah itu maksudnya apa?!" Aluna masih saja nyolot meski ia masih berada dalam pelukan Asyraf.
"Pakaian-nya aja yang dalam, tapi genit ih. Malah deketin suami orang," cinir Aluna.
"Adek, Abang nggak suka ya, kalau kamu ngomong kasar kayak gitu. Kita tidak berhak menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Apalagi Adek belum mengenal baik orang tersebut. Jangan suudzan dek, kamu tau itu dosa, kan?!" Asyraf berbicara tegas pada Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Diversos"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra