𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰 ...
Aluna keluar dari kamarnya dan pergi menemui Mama dan Mertuanya yang sedang ada di dapur."Dek, Abang-- nya mana?" tanya Amira pada menantunya.
"Abang balik ke rumah sakit, Bun." Aluna berbohong, padahal dia sendiri tidak tau kemana suaminya itu pergi.
"Dasar, baru aja tadi dinasehatin. Pulang nanti Bunda sunat lagi deh, biar tau rasa dia." Amira mendumel dihadapan Aluna dan Aluna terkekeh mendengarnya.
"Maklum ajalah mbak, Asyraf kan memang seorang dokter, dan harus siap sedia kapanpun dibutuhkan. Adek juga harus belajar dewasa dan mengerti dengan kondisi suami."
Aluna tidak membantah dan dia tersenyum, "Iya, Ma. Adek akan berusaha untuk jadi lebih dewasa lagi kedepannya."
Drrtt ... drtttt...
"Assalamu'alaikum Na. Ini gua udah depan gedung apartemen lu." terdengar suara dari seberang sana.
"Wa'alaikumussalam Ditdit. Ditdit tunggu di loby ya, Una mau siap-siap bentar."
"Ogheyy ..." Setelah itu, Aluna dan Dita sama-sama mematikan ponsel mereka .
"Adek, mau kemana?" Isti bertanya kepada Aluna, karena tadi dia dapat mendengar percakapan antara Aluna dan temannya.
"Mah, Bun, Adek mau izin. Adek mau nginap di tempat Dita," ucap Aluna, pada Mama dan Mertuanya.
"Loh, mau ngapain Dek? Percuma dong Mama sama Bunda kesini, kalau kamunya ternyata mau pergi. Lagian, apa kamu sudah izin dengan Asyraf?" tanya Isti.
"Adek mau ngisi LTMPT Mah, Adek mau daftar PTN biat bisa masuk lewat jalur SNMPTN, nanti biaya kuliahnya nggak terlalu besar. Tapi, Adek kesulitan untuk input datanya, makanya Adek mau nginap di tempat Dita, biar nanti kerjainnya bisa barengan." Aluna menerangkan panjang lebar kepada Mama dan Bunda-nya.
"Ya Allah, Sayang. Kamu nggak harus susah-susah mengejar itu, kalau kamu mau kuliah, dimanapun. InshaAllah ... suami kamu sanggup untuk membiayai kamu. Jangan nanti gara-gara target kamu itu, kamu malah stress." Amira angkat bicara, dan menatap Aluna dengan tatapan khawatir.
"Adek mau ngerasain berjuang dan menikmati hasil kerja keras sendiri Bun. Karena sedari dulu, Adek selalu dapatin apa yang Adek mau, dari Mama dan Papa. Dan sekarang kayaknya udah waktunya buat Adek, untuk belajar berdiri di atas kaki sendiri." Aluna tersenyum kepada kedua ibu-nya.
"Masha Allah, ternyata putriku sudah mulai dewasa." Isti tersenyum haru.
"Baiklah, kamu pergilah Sayang, nanti Bunda sama Mama-mu akan pulang lepas Isya. Sepertinya acara nginapnya kita tunda dulu. Kamu hati-hati, ya." ujar Amira.
"Iya Bun, Ma. Adek langsung pergi aja ya. Nggak enak soalnya, teman adek udah nunggu di loby." Aluna menatap Isti dan Amira kemudian menyalami kedua wanita paruh baya itu.
"Dek, Udah izin sama Abang, kan?" tanya Isti.
"Meskipun Adek mau izin, nggak bakal di angkat nanti Mah, apalagi dibaca. Jadi percuma," ucap Aluna dalam hatinya.
"Udah kok Ma."
"Bik ... " Aluna memanggil Bi Maryam.
"Eh, Iya Neng. Kenapa?"
"Bik, anterin Adek ke bawah ya."
Setiap Aluna ingin ke bawah atau ingin naik ke unit apartmen-nya dia selalu meminta bantuan Bi Maryam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Random"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra