Hari ini, Aluna akan menjalani rutinitasnya seperti biasa, yaitu menjadi siswa SMA.
"Bi, kopinya biar Una yang bikin," ujar Aluna pada bi Maryam.
Bi Maryam adalah asisten rumah tangga kepercayaan Bunda Asyraf. Karena Amira paham bahwa menantunya belum bisa menjalankan kewajiban sepenuhnya, makanya dia mengirim Bi Maryam untuk membantu Aluna. Apalagi Aluna masih sekolah, jadi belum bisa belajar memasak secara rutin.
"Ehh, iya Non," jawab Bi Maryam.
"Aishhh ... Bibi, jangan panggil Non! Panggil Nama aja, lagian Una nggak suka dipanggil begitu."
"Saya nggak enak Non," tutur Bi Maryam.
"Una juga nggak enak, kalau dipanggil begituan. Apalagi Bibi lebih tua dari Una. Kata Ayah, semua makhluk itu sama dihadapan Allah. Abang juga sering bilang gitu." ucap Una dengan senyum di bibirnya.
"Baiklah, Bibi panggil Neng aja, biar kita sama-sama enak." jawab Bi Maryam.
"Kul!" Bi Maryam menatap Aluna heran.
"Bi, itu artinyaa setuju." ujar Aluna, dan Bi Maryam hanya mengangguk. Walau sebenarnya dia heran. Bahasa mana itu? Bahasa Alien kah?
"Assalamu'alaikum ... Lagi bahas apa? sepertinya seru sekali?!" tiba-tiba Asyraf muncul dengan koko dan kain sarungnya. Jangan lupakan peci yang menambah kesan ganteng suami Aluna itu.
"Eh, Abang udah pulang? kok cepet banget pulangnya?!" tanya Aluna sambil berjalan menghampiri Asyraf.
Asyraf memang melaksanakan shalat subuh di mushalla yang ada di depan gedung apartmen mereka. Berhubung Aluna sedang dalam periode jadi mereka belum pernah melakukan shalat berjama'ah, walaupun sebenarnya mereka sangat ingin. Tapi, mau gimana lagi?
"Salamnya dek!"
"Ehhh ... Adek lupa. Wa'alaikumussalam!" Aluna menyalam tangan suaminya sambil nyengir kuda. Bi Maryam yang menyaksikan itu ikut tersenyum.
"Bukannya hari ini udah masuk sekolah?! kenapa belum mandi?" tanya Asyraf, sambil mengamati penampilan istrinya yang masih memakai pakaian tidur bermotif Spongebob dan Patrick.
"Iya, tapi Adek mau bantu Bibi dulu, sekalian belajar juga!"
"Belajarnya nanti aja, sekarang siap-siap dulu buat sekolah. Kalau mau belajar masak atau yang lainnya bisa nanti, pulang sekolah!" ujar Asyraf.
"Oke deh, Adek belajarnya nanti sore aja." sahut Aluna.
Asyraf perlahan menjauh dari dapur, dan Aluna mengikutinya. Saat Aluna melihat Asyraf ingin keluar kembali ...
"Abang, mau kemana lagi?" tanya Aluna, Asyraf pun menoleh.
"Mau balik ke Mushalla dulu dek, Tasbihnya Abang ketinggalan disana."
"Kenapa harus di jemput lagi? Biarin aja tinggal disana, pasti disimpan kok sama pengurusnya. Lagian nanti Abang bisa beli yang baru dan itu bisa dipakai orang-orang yang ada di Mushalla. Biar jadi sedekah."
"Nggak bisa!" Asyraf berbicara dengan nada datarnya.
Aluna yang melihat perubahan di raut wajah Asyraf terkejut. Kenapa ini? Apakah Aluna salah bicara?
"Aluna kan cuman nyaranin, kenapa Abang terlihat marah begitu?" tanya Aluna.
Asyraf yang menyadari itu langsung merubah wajahnya kembali. Asyraf tersenyum kepada Aluna.
"Maaf dek, bukan gitu maksud Abang. Abang nggak marah. Cuman tasbih ini pemberian seseorang, tidak baik disia-siakan." ujar Asyraf.
Pemberian seseorang? Siapa? Apakah sangat berharga? Kenapa tadi Asyraf terlihat tidak suka saat Aluna berbicara seperti itu? banyak pertanyaan yang gentayangan di kepala Aluna, namun dia menepisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Random"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra