𝓗𝓼𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Pagi harinya Aluna terbangun, kepalanya terasa benar-benar berat. Aluna menoleh ke arah kaca jendela apartmen-nya.
Matahari sudah bersinar lumayan terik. Astagfirullah ... sepertinya Aluna sudah melewatkan shalat subuhnya begitu juga dengan sekolahnya. Saat Aluna hendak bangun, tubuhnya terasa kaku dan dia tidak kuat untuk bangkit. Selain itu, ada sesuatu yang menimpa perutnya.
Aluna menoleh ke arah samping, dia melihat suaminya berbaring dengan memeluknya erat. Suaminya terlihat kacau dengan lingkaran hitam dibawah matanya dan rambut gondrong suaminya bahkan sudah menutupi hampir semua wajahnya, tidak biasanya Asyraf berpenampilan seperti ini! Suaminya adalah seorang yang perfeksionis dan selalu rapi, tapi kenapa sekarang malah terlihat sangat kacau?! Bahkan dia masih memakai baju kokonya, Aluna bisa melihat di sebelah ranjang mereka ada sajadah yang masih terbentang. Berarti Asyraf tidak pergi jama'ah di mushalla. Tumben sekali ... biasanya meskipun hujan lebat Asyraf akan tetap pergi ke Mushalla.
Aluna ikut menghadap ke arah suaminya. Tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah tampan suaminya.
Aluna yang membelai halus wajah Asyraf tiba-tiba berhenti. Aluna ingat kejadian semalam. Aluna menarik tangannya, kenapa rasanya sesak sekalii?
Asyraf langsung membuka matanya.
Dia sudah terbangun sejak tadi, tapi dia tetap menutup matanya dan menikmati sentuhan halus tangan isitrinya. Saat Asyraf membuka mata, dia sudah disuguhkan pemandangan yang membuat dirinya ikut sesak. Istri kecilnya tengah menangis sambil menutup mata dan menu mulutnya agar isakannya tidak terdengar dan badan istrinya tengah bergetar kuat.Asyraf langsung mendekap istrinya, Aluna tidak menolak, dia tidak punya kekuatan untuk itu. Badannya masih terasa remuk, bahkan untuk menangispun sebenarnya Aluna tidak begitu kuat lagi. Tapi rasanya sangat menyakitkan dan air matanya tidak mau untuk berhenti keluar.
"Lepas!" Aluna berucap dengan lirih, namun tidak digubris oleh Asyraf, bahkan pelukannya semakin erat.
"Nggak, kamu harus dengerin penjelasan Abang dulu, Sayang."
"Adek nggak bisa nafas," ujar Aluna sembari menepuk-nepuk lengan kokoh Asyraf.
Asyraf perlahan merenggangkan pelukannya, dan tidak mau melepaskan Aluna.
"Maaf, Sayang." Ujar Asyraf dengan lirih.
"Maaf? Buat apa? Memangnya, Abang ada buat salah?" Ucap Aluna, sambil membersihkan sisa air matanya dan berusaha untuk tersenyum. Bukannya terlihat baik-baik saja, justru Aluna terlihat sedikit menyeramkan, bagaimana tidak?! Disaat dia tersenyum air matanya ikut terjatuh.
"Abang akan ... ."
Ucapan Asyraf terpotong dengan sura panggilan dari ponsel Aluna.
Aluna ingin duduk, namun dia tidak begitu kuat. Asyraf membantu untuk mendudukkan Aluna.
"Assalamu'alaikum Ditdit," Aluna berusaha kuat agar suaranya tidak bergetar. Dia tidak ingin disini, dia ingin pergi ke Dita aja.
"Wa'alaikumussalam Na, kabar lu gimana? Lu sakit, ya? Kenapa nggak masuk sekolah?! Ntar sore gua jenguk lu ya Na."
"Ditdit, kalau nnya itu satu-satu dong. Biar Una bisa jawab," Dita ikut terkekeh di seberang sana.
"Una nggak apa-apa kok, ini cuman flu biasa, mungkin karna hujan semalam."
"Lu sih, sok-sok an main India India- an, sakit kan lu?! Makanya jangan sok keras."
"Ishh ... lagi sakit juga. Udah, masuk sana. Ntar ketahuan smma Pak Beno loh, ini kan masih jam pelajaran Dit-dit. Masuk kelas sana!"
"Hufft ... eneg gua di kelas Na, apalagi lihat si talam dua muka. Bawaannya pengen cekek. Apalagi wajah songonnya si Devan, pen nampol gua sumpah! Hari ini lu nggak datang lagi, nanti gua bakal presentasi sama Minyak jelantah, nasib-nasib." Suara Dita dari sana terdengar frustasi.
"Ditdit, nggak boleh gitu ah! Laima juga temen kita Dit, Dita juga nggak boleh terlalu benci sama Devan. Mama bil ... ."
"Dah- dah, gua tau lu mau bilang apa. Mending lu istirahat deh, ntar sore gua jenguk. Gua mau masuk kelas dulu, Assalamu'alaikum." Dita langsung memutus panggilannya sepihak.
Aluna meletakkan ponsel-nya dan menoleh ke samping, ternyata suaminya masih ada di sana.
Aluna hendak berdiri, namun ditahan oleh Asyraf. "Dek, mau kemana?" Aluna hanya diam, dan terus berusaha agar bisa berdiri.
"Abang gendong ya, Dek? Adek belum cukup kuat." Asyraf hendak meletakkan tangannya di bawah lutut Aluna, namun langsung ditepis sama yang punya. "Nggak usah, Adek masih bisa sendiri. Lagian akhir-akhir ini udah biasa sendiri kok." Ujar Aluna, dan langsung membuat Asyraf bungkam.
"Dek, Abang minta maaf. Abang tau kalau Abang salah, Adek dengerin penjelasan Abang dulu, ya?!" Ujar Asyraf yang tengah menahan tangan Aluna agar tidak beranjak.
"Adek masih pusing, nanti aja." Ujar Aluna cuek. "Oke, nanti aja. Sekarang, Abang bantu ya, mau ke kamar mandi, kan?!" Asyraf kembali berujar.
"Nggak perlu."
Asyraf menghela nafasnya, Asyraf harus sabar. Ini juga adalah salah-nya yang telah mengacuhkan istri kecilnya.
Aluna berdiri dengan susah payah, diikuti oleh Asyraf yang ikut berdiri di belakangnya. Asyraf takut istrinya terjatuh, karena istrinya ini tengah mengalami dehidrasi dan sepertinya dari kemaren istrinya belum ada memakan apa-apa. Asyraf memang bodoh. Asyraf selalu merutuki kebodohannya sendiri.
Saat sudah bisa berdiri sempurna, Aluna malah merasakan kepalanya berputar-putar. Dan Aluna langsung oleng.
Hap!
Untung Asyraf bisa menangkap istrinya dengan sigap. "Kan, Abang udah bilang! Adek, boleh marah sama Abang. Tapi jangan lupakan kondisi kamu yang masih belum stabil." Asyraf menatap Aluna dengan tajam.
Aluna yang mendengar nada bicara Asyraf yang berubah, langsung terisak. "Lepas, Adek bisa pergi sendiri," ujar Aluna dengan terbata-bata.
"Jangan keras kepala!" Asyraf langsung menggendong Aluna menuju toilet. Asyraf mengantar Aluna sampai ke dalam toilet kemudian mendudukkan Aluna disana. "Nanti kalau butuh apa-apa, langsung panggil Abang. Jangan kunci pintunya!" Ujar Asyraf tegas.
Asyraf menunggu Aluna di depan toilet sembari bersandar di dinding itu. "Huek ... huek ... ." Asyraf mendengar suara Aluna yang sedang muntah-muntah, tanpa ba-bi-bu Asyraf langsung berlari ke dalam toilet.
"Dek ... ." Asyraf langsung memijat tengkuk Aluna.
"Per-gi ... jor-rok!"
"Ssttt ... " Asyraf terus memijat tengkuk Aluna, saat Aluna mendongak, Asyraf langsung membersihkan tepi mulut istrinya yang masih terdapat sisa air liur. Padahal di sana ada tisu, loh. Kenapa harus pake tangan?
𖦹𖦹𖦹
Helooo gaesss, pekabar?
Pendek? Sengaja wkwkw
Nanti disambung lagi xixixix.
Ini Asyraf pas buka mata gaess, rambut gondrong nya acak-acakan, kan? ada rasa ingin memperbaiki wkw.
gajelas ya? Iya, emang gaje🤣𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚❤️
𝑷𝒖𝒕𝒓𝒊𝒋𝒂𝒏𝒖𝒂𝒓𝒊

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Random"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra